,

Rusak Hutan dan Renggut Korban Jiwa, Hentikan Pertambangan di Gorontalo

Pertambangan marak merambah hutan di Gorontalo. Dampaknya, tak hanya mendatangkan bencana seperti banjir, tetapi korban jiwa manusia berjatuhan. Pemerintah pun diminta menghentikan aktivitas maupun izin-izin pertambangan di daerah itu. Ini terungkap dalam diskusi memperingati Hari Anti Tambang, bertema,“Malam Kamis: Selamatkan Lingkungan dengan Cinta,” Rabu (29/5/13) malam.

Ahmad Bahsoan, Ketua Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Gorontalo, mengungkapkan akibat pertambangan yang merusak hutan di bumi Hulondalo, nama lain Gorontalo, mengakibatkan banjir.

Banjir terjadi di seluruh kabupaten dan kota di Gorontalo. Bahkan di beberapa titik, banjir baru surut bisa sampai setahun. “Persoalan utama rusaknya halaman rumah Gorontalo karena aktivitas pertambangan di hutan-hutan,” katanya.

Japesda pun menuntut, pemerintah pusat dan daerah segera menghentikan semua aktivitas pertambangan di bumi Gorontalo, dengan mencabut semua izin usaha pertambangan (IUP) yang ada atau sedang proses pengurusan. Juga menuntut perusahaan pertambangan bertanggung jawab agar segera mengambil langkah-langkah revitalisasi lingkungan di lokasi tambang yang kini berubah menjadi liang kuburan.

Sebab di Gorontalo, sering kali penambang meninggal tertimbun longsor di areal pertambangan.“Terbaru tiga warga di Kabupaten Pohuwato awal Mei 2013 tewas tertimbun longsor di lubang tambang.”

Menurut Ahmad, perusahaan harus bertanggung jawab dan pemerintah harus segera melestarikan kembali lokasi-lokasi tambang yang telah merusak ekosistem, habitat satwa endemik, dan tatanan sosial masyarakat Gorontalo yang terusik.

Salah satu perusahaan tambang terbesar yang mengancam halaman rumah Gorontalo, PT Gorontalo Mineral, anak perusahaan dari PT Bumi Resources, milik taipan keluarga Bakrie. Saat ini,  perusahaan baru memiliki izin eksplorasi namun sudah membangun jalan dan camp di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Dalam diskusi itu, juga digelar pembacaan puisi yang berhubungan dengan ekologi dan testimoni beberapa orang peserta yang menjadi korban banjir pada 14 Mei lalu. Hasrul Eka Putra, misalnya. Rumah dia sebelumnya jarang banjir, namun kali ini terendam setinggi paha orang dewasa dan terpaksa harus segera dievakuasi untuk mengungsi.

“Yang saya sedih juga, ikan-ikan yang saya pelihara sejak lama dan sudah besar-besar hilang dalam sekejap. Hingga hari ini, air masih merendam di bagian belakang rumah saya.”

Terry Repi, fasilitator kegiatan juga dosen di Universitas Muhamadiyah Gorontalo mengungkapkan, diskusi dan pembacaan puisi itu diharapkan menciptakan kesadaran anak muda lebih mencintai lingkungan mereka tinggal. Juga mencari tahu persoalan-persoalan yang menyebabkan Gorontalo, rusak.

Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Badan Lingkungan Hidup Riset dan Teknologi (Balihristi) Gorontalo, Rugaya Biki, mengungkapkan, banjir terjadi karena curah hujan sangat tinggi. Beberapa tanggul jembatan dan irigasi roboh.

Namun, akar masalah itu karena tutupan hutan di wilayah hulu sudah dirambah berbagai aktivitas seperti illegal logging, pembukaan hutan, dan penambang emas.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,