Program Penyelamatan Kawasan Kritis di Wilayah Wallacea Diluncurkan

Hasil penelitian sebelumnya mengidentifikasi sebanyak 535 jenis yang termasuk terancam punah yang mencakup berbagai jenis amfibi, reptil, serangga, burung, ikan, kerang, tanaman, mamalia, rumput laut, dan terumbu karang di kawasan Wallacea.

Program The Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) atau Dana Kemitraan Ekosistem sejak tanggal 1 Juni 2013 resmi dimulai untuk menyusun profil ekosisten kritis dan rentan di kawasan  Wallacea.  Bertindak sebagai tim pelaksana penyusunan profil ekosistem yaitu konsorsium Burung Indonesia, Wildlife Conservation Society, BirdLife International, Samdhana Institute dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

Kawasan Wallacea sendiri merupakan wilayah peralihan ekosistem yang menghubungkan antara bentang Asiatik dan Australia, yang mencakup wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Timor Leste.

Dalam waktu enam bulan kedepan, tim akan mengkaji aspek sosial, ekonomi, serta ekologi kawasan di Wallacea, yang mencakup wilayah daratan maupun perairan laut dekat pantai. Tim berencana untuk melakukan workshop untuk menampung masukan dari pemangku kepentingan dari bulan Juli hingga September 2013 di beberapa daerah Indonesia dan Timor Leste.

Analisis profil ekosistem sendiri diharapkan akan membantu semua pihak di kawasan Wallacea untuk mengetahui di mana jenis dan kawasan yang paling rentan terhadap kerusakan, sehingga kedepannya bisa merencanakan pembangunan yang lebih ramah lingkungan.

Strategi CEPF difokuskan kepada konservasi spesies yang terancam secara global, kawasan-kawasan prioritas, dan koridor konservasi, yaitu daerah yang menghubungkan habitat-habitat kunci tumbuhan dan hewan. Program ini sendiri diharapkan dapat memberi sumbangsih pada pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi masyarakat.

Hasil kajian profil ekosistem akan menjadi pedoman bagi CEPF untuk mengucurkan dana hibah senilai USD 5 juta (lebih kurang setara Rp 50 miliar) selama lima tahun mendatang. Hibah tersebut akan diberikan kepada organisasi non-pemerintah untuk mendukung upaya-upaya konservasi di wilayah Wallacea.

Kawasan Wallacea sendiri dipilih karena terkenal dengan kekayaan ragam hayatinya termasuk jenis-jenis endemis yang tidak dijumpai di tempat lain. Namun, sebagian di antaranya saat ini telah masuk dalam daftar jenis terancam punah oleh World Conservation Union (IUCN), yang disebabkan perusakan, pemanfaatan berlebihan, maupun invasi dari spesies asing.

Peta Kawasan Wallacea
Grafis: Arief Abbas/ Burung Indonesia

Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Isu Kawasan Penting

Dalam jawaban elektroniknya kepada Mongabay.co.id, Project Team Leader CEPF-Wallacea Pete Wood, menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber alam, adalah salah satu kunci untuk konservasi keanekaragaman hayati.  Selanjutnya ia menjelaskan bahwa CEPF berpatokan pada prinsip bahwa konservasi hanya akan bisa berjalan di tingkat lokal jika direncanakan dan dilaksanakan atas dasar keterlibatan masyarakat lokal.

Dengan mengacu kepada panduan IUCN jenis-jenis terancam punah, Wood menjelaskan bahwa saat ini telah teridentifikasi 535 jenis yang termasuk terancam punah di kawasan Wallacea, yang mencakup berbagai jenis amfibi, reptil, serangga, burung, ikan, kerang, tanaman, mamalia, rumput laut, dan terumbu karang.  Di luar satwa terancam punah, kawasan ini merupakan habitat penting bagi persinggahan satwa, misalnya persinggahan burung pantai, atau pantai yang digunakan penyu untuk bersarang

Terkait dengan penerapan kriteria kawasan atau koridor penting, tim akan melakukan metode identifikasi ‘Key Biodiversity Areas’ (KBAs) sebagai prioritas dasar CEPF bekerja selama 5 tahun mendatang.  KBAs didasarkan kepada pertimbangan tingkat keunikan fauna dan flora, tingkat keterancaman/tekanan, identifikasi ada tidaknya upaya konservasi oleh pihak lain dan nilai penting kawasan bagi kehidupan masyarakat setempat.

Hingga saat ini, hasil riset yang telah dilakukan oleh BirdLife International berhasil memetakan sebanyak 103 wilayah penting bagi kehidupan burung (IBA) di wilayah Wallacea termasuk Timor Leste.  Hasil penelitian lain dari Alliance for Zero Extinction (AZE) telah mengidentifikasikan 17 kawasan penting di kawasan Wallacea, dimana 13 wilayah sama dengan yang diidentifikasi sebagai wilayah IBA.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,