Pantauan Lapangan di Riau: Pulau Rupat Berselimut Kabut & Bermandi Titik Api….

“Ngung…buk..buk…ngung…buk..buk,” itulah suara mesin pompong dan hentakan gelombang laut menghantam badan perahu kayu yang beradu sepanjang tiga puluh menit perjalan dari Pelabuhan Dumai menuju Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis.

Samar-samar terlihat Pulau Rupat diselimuti asap putih. Kian mendekati dermaga pelabuhan, aroma asap menyambut mongabay di pelabuhan Batu Panjang, Kecamatan Rupat Selatan, bertarikh 17 Juni 2013, pagi itu. “Sudah empat hari ini ade asap,” kata Zulkifli, warga Kelurahan Pergam, di atas kendaraan roda dua menuju areal PT Sumatera Riang Lestari (PT SRL), perusahaan berbasis hutan tanaman industri yang menebang hutan alam di Pulau Rupat.

Hampir dua jam perjalanan menahan tubuh terguncang-guncang melintasi jalan bersemen, jalan tanah dan jalan bergambut bekas tebangan, pemandangan kabut asap tak pernah menghilang. Kian mendekati kelurahan Pergam, asap tebal terlihat jelas ketika saya tiba di sempadan Kelurahan Pergam dengan PT SRL.

Wilayah di Desa Pergam,Pulau Rupat, Riau. Asap masih membumbung ke udara di lahan yang baru saja dibakar. Foto: Made Ali

Kepulan asap pekat menyeruak dari bekas tebangan di atas tanah bergambut: bau asap menyengat hidung. Kiri kanan jalan bekas bakaran masih terlihat. Saya melihat ada drum berisi minyak, dan traktor untuk meratakan pohon.

Mongabay-Indonesia menginjakkan kaki di atas tanah bergambut bekas tebangan sepekann sebelumnya. Kayu-kayu berserakan. Bekas pohon tebakar. Di atas pondokan, sekira jarak 200 meter saya melihat api membakar hutan dan mengeluarkan kepulan asap membumbung tinggi berwarna agak hitam. “Yang membakar ini memang masyarakat tapi yang punya bapak angkat,” kata Zulkifli. Bapak angkat mengacu pada seseorang yang punya modal besar untuk membuka perkebunan besar. Ratusan hektar sudah terbuka untuk ditanami sawit. Sisa-isa pembakaran kayu tergeletak dan asap yang masih tersisa.

Peta Sebaran Titik Panas di wilayah perkebunan HTI di Riau. Sumber: Eyes on the Forest

Tidak hanya di lokasi lahan yang dibakar masyarakat, di dalam areal PT SRL –sekira 500 meter dari lahan yang sedang terbakar— ada bekar kayu terbakar yang berserakan berdekatan dengan kanal bekas galian eskavator milik perusahaan.

Data titik-titik api yang dirilis oleh Eyes on the Forest (EOF) per 1-18 Juni 2013 melalui satelit terlihat ada 7 titik api (hotspots) di PT SRL Blok IV yang berada di Rupat. PT SRL salah satu anak perusahaan grup APRIL milik Sukanto Tanoto. Di Blok Rupat konsesi HTI PT SRL seluas 38.210 ha.

Selain di Rupat, ada 78 titik api yang berada dalam anak perusahaan grup APRIL tersebar di seluruh di Riau. Namun, khusus untuk perusahaan hutan tanaman industri titik api terbanyak berada dalam anak perusahaan grup APP milik Eka Tjipta Widjaja total ada 112 titik api tersebar di Riau. Total ada 190 titik api di perusahaan hutan tanaman industri.

Namun titik api terbanyak total ada 234 titik api di Perkebunan kelapa sawit yang memiliki izin milik perusahaan besar seperti grup Guthrie, Duta Palma, Salim Grup, Sinarmas, Surya Dumai, Asian Agri, PTPN V, Sarimas dan Grup Panca Eka.

Peta Sebaran Titik Api di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau. Sumber: Eyes on the Forest

Sebaran titik api masih menurut data Eyes on The Forest (Eof) ada 24 titik api di Pulau Rupat dari total 471 titik api tersebar di seluruh kabupaten Bengkalis. Titik api kedua terbesar  terpantau di Kabupaten Rokan Hilir dengan 347 titik api, diikuti Kabupaten Rokan Hulu dengan 124 titik api. Total titik api di Provinsi Riau per 1-8 Juni 2013 berjumlah 1.174 titik api.

“Saya mempertanyakan itikad dari perusahaan, baik HTI maupun kebun sawit, apakah kebakaran  lahan akan menjadi anugerah terselubung bagi mereka, dimana lahan yang biasanya berstatus kawasan konservasi maupun status quo akan lebih mudah dialihkan fungsinya menjadi kawasan produksi karena sudah rusak dan terbakar?” tanya Afdhal Mahyudin dari Eyes on the Forest.  Afdhal mendesak pemerintah untuk segera melakukan pendekatan hukum bagi perusahaan yang melakukan pembakaran lahan.

Empat hari di Rupat Selatan, sehari-hari disuguhi dengan bau asap dan pemandangan asap. Saat hendak beranjak kembali ke Dumai, Pulau Rupat Selatan masih ditutupi asap pekat hingga dari jarak 100 meter, Pulau Rupat terlihat samar-samar tertutup asap.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,