Mundur dari Sertifikasi FSC, Greenpeace, RAN dan WWF Tuding Produsen Kertas APRIL Takut

Langkah mundur yang diambil oleh salah satu produsen kertas utama di dunia, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) untuk mundur dari proses penilaian untuk mendapat sertifikat ramah lingkungan dari Forest Stewardship Council (FSC) dinilai oleh Greenpeace, Rainforest Action Network dan WWF sebagai sebuah upaya untuk menyembunyikan praktek deforestasi di lapangan yang mereka lakukan selama ini.

Ketiga organisasi lingkungan tersebut melihat mundurnya APRIL dari proses sertifikasi ini karena selama ini perusahaan tersebut masih melakukan konversi hutan alam menjadi perkebunan dalam skala besar, termasuk yang dikategorikan ke dalam High Conservation Value Forest (HCVF) untuk melakukan ekspansi bisnis mereka. Hal ini jelas melanggar salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh FSC, yaitu tidak lagi mengubah hutan alam menjadi perkebunan, dan tidak menggunakan kayu dari hutan alam untuk memproduksi kertas.

Mundurnya APRIL dari proses perolehan sertifikat hijau ini secara resmi diumumkan oleh FSC tanggal 22 Juni 2013. Sementara itu pihak APRIL sendiri menyatakan bahwa keputusan mereka ‘untuk tidak menunggu atau mencari sertifikasi Chain of Custody (CoC/CW) dari FSC dalam waktu dekat didasarkan atas kepedulian mereka terhadap Kebijakan FSC untuk Asosiasi’ (FSC’s Policy for Association). Kebijakan ini adalah sebuah ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga FSC yang hanya berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang berkomitmen secara penuh terhadap prinsip-prinsip dasar manajeman hutan yang bertanggung jawab. Dalam ketentuan ini disyaratkan bahwa perusahaan yang memegang sertifikasi FSC CoC tidak boleh terlibat dalam konversi hutan berkategori HCV dan tidak melakukan konversi lahan atau hutan dengan luasan lebih dari 10.000 hektar dalam lima tahun terakhir.

“Antara tahun 2007 dan 2012 APRIL dan perusahaan penyuplai mereka di Riau telah melakukan konversi lahan hingga mendekati 200.000 hektar hutan tropis di Sumatera menjadi perkebunan. Sebagian besar adalah habitat vital untuk harimau Sumatera dan gajah Sumatera,” ungkap Aditya Bayunanda dari Global Forest and Trade Network dan Pulp Paper Manager WWF Indonesia.

Konsesi milik APRIL di Semenanjung Kampar, Riau. Eyes on the Forest
Konsesi milik APRIL di Semenanjung Kampar, Riau. Eyes on the Forest

“Dengan menarik diri dari proses sertifikasi di FSC, APRIL jelas menghindari penilaian terhadap operasional mereka di lapangan , sekaligus mengakui bahwa praktek deforestasi yang mereka lakukan selama ini tidak memenuhi syarat untuk meraih sertifikasi dari FSC,” sambung Aditya dalam rilis medianya.

Hal senada juga dikatakan oleh perwakilan dari Rainforest Action Network (RAN),”Dengan mengundurkan diri dari proses sertifikasi FSC, APRIL mengirim sinyal yang sangat jelas kepada pasar bahwa mereka tidak punya niat yang baik untuk menghentikan operasi mereka yang destruktif di lapangan. Berlawanan dengan klaim yang mereka sampaikan kepada pasar bahwa APRIL tidak lagi melakukan greenwashing,” ungkap Lafcadio Cortesi dari RAN.

Sementara itu Zulfahmi dari Greenpeace Indonesia menyatakan bahwa APRIL adalah penyebab deforestasi terbesar untuk produksi bubur kertas di Indonesia saat ini. Pada tahun 2012 saja, mereka sudah meratakan sekitar 60.000 hektar hutan tropis. “Greenpeace meminta agar semua perusahaan yang membeli kertas dari APRIL untuk membatalkan kontrak mereka hingga APRIL menghentikan penebangan yang mereka lakukan di hutan tropis Indonesia,” ungkap Zulfahmi.

Lebih lanjut, ketiga organisasi lingkungan ini meminta agar APRIL sesegera mungkin menghentikan semua penebangan mereka di hutan alami, termasuk yang dilakukan oleh perusahaan penyuplai mereka dan mulai berkomitmen untuk melakukan nol deforestasi sebagai langkah awal.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,