Kala Gempa Kembali Menguncang Aceh

Gempa darat berpusat di dataran tinggi Gayo, Aceh menyisakan pemandangan memilukan. Rumah-rumah beton roboh, jalan-jalan retak, terbelah.  Tebing bukit rapuh dan longsor, ribuan orang mengungsi dan kehilangan keluarga.

Gempa berkekuatan 6,2 Skala Ricthter itu terjadi pada Selasa 2 Juli pukul 14.47 berpusat 35 kilometer dari Kabupaten Bener Meriah dengan kedalaman 10 kilometer. Getaran gempa terasa di seluruh Aceh, sebagian Sumatera Utara bahkan sampai ke Malaysia.

Fakhrizan bin Mahyedin, bersama teman-teman Atjeh Bicycle Community berhasil masuk ke desa yang hancur akibat gempa. Mereka datang membawa bantuan makanan instan, selimut, makanan bayi sumbangan dari masyarakat di Banda Aceh. Naik mobil double kabin, mereka dapat menembus jalan rusak dan sampai ke Desa Bah, Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah yang mengalami kerusakan cukup parah.

“Ratusan orang mengungsi dan membangun tenda di halaman sekolah desa yang sudah roboh. Mereka membutuhkan bantuan pangan, karena bantuan terlambat masuk akibat sempat terputusnya akses transportasi,” katanya Jumat(5/7/13).

Masyarakat Desa Bah berduka. Ada empat anak sedang mandi di sungai tertimbun longsor. Jenazah anak-anak malang itu bisa evakuasi setelah mengerahkan alat berat. Suasana pasca gempa masih mencekam. Para pengungsi hidup dengan segala keterbatasan. Mereka tinggal di tenda darurat yang dibangun ala kadar. Di luar suhu udara sangat dingin kala malam hari, listrik padam. Gempa susulan masih terjadi hampir setiap saat. “Masyarakat tidak berani tinggal di dalam rumah, apalagi banyak rumah mereka di sisi bukit rawan longsor pasca gempa.”

Fakhri dan kawan-kawan komunitas lain seperti Darah Untuk Aceh bergabung dengan beberapa kelompok mahasiswa pecinta alam dari berbagai daerah yang sudah membuat posko bantuan di desa itu. Mereka berupaya masuk ke Desa Serempah,  desa tetangga untuk membawa bantuan. Namun, akses jalan ke desa itu sulit karena longsor. Desa Serempah, diapit dua gunung dilaporkan nyaris  habis tertimbun dan masyarakat mengungsi.

Pasca gempa, banyak desa tersolir karena tanah tebing dan pinggiran gunung runtuh. Bantuan terkendala. Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, merupakan dua kabupaten di dataran tinggi Gayo yang terkena dampak bencana cukup besar karena dekat pusat gempa.

Hanya dalam hitungan menit bangunan roboh, gunung longsor dan jalan retak. Korban jiwa terbanyak adalah anak-anak karena mereka tidak sempat menyelamatkan diri. Di Desa Blang Mancung Kecamatan Ketol, Masjid Babussalihin runtuh. Belasan anak yang sedang main layangan di lantai dua dan mengaji di lantai bawah tewas tertimbun.

Korban luka dirawat di rumah sakit dan puskesmas. Banyak pula anak-anak dirujuk ke rumah sakit umum di Banda Aceh karena luka yang sangat parah.

Sahrun, warga Takengon Kabupaten Aceh Tengah mengatakan, gempa sering dirasakan namun tidak pernah separah ini. “Kami bahkan tak pernah tahu daerah ini di dekat patahan Sumatera. Kami tidak siap dengan bencana ini.”

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono Selasa (9/7/2013) mengunjungi para korban gempa membawa banyak bantuan. Presiden bertemu para korban di posko pengungsian Desa Kute Gelime, Kecamatan Ketol Aceh Tengah. Dia didampingi Ibu Ani Yudhoyono dan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Presiden menyampaikan duka kepada para korban.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data korban sementara pada 7 Juli terdiri dari 40 orang meninggal dunia,  enam orang hilang, 63 orang luka berat dirawat di rumah sakit dan 2.362 orang rawat jalan. Korban terbanyak dari Aceh Tengah, sebagai daerah pusat gempa. Ada 22.125 warga mengungsi tersebar di  70 posko pengungsi di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Belasan ribu rumah dan fasilitas umum rusak.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, masa tanggap darurat ditetapkan selama 2 minggu, 3-17 Juli 2013. “Nanti dievaluasi apakah masa tanggap darurat dihentikan atau dilanjutkan melihat kondisi di lapangan,” katanya dalam situs BNPB. Selama masa tanggap darurat, fokus utama pencarian dan penyelamatan korban, perawatan dan pengobatan bagi korban luka-luka dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. Seperti kebutuhan sandang, permakanan, air bersih, obat-obatan, sanitasi, penampungan sementara dan pelayanan kesehatan.

Sebuah rumah roboh di Aceh Tengah. Korban gempa Aceh, kali ini telah menelan 40 korban jiwa, puluhan luka-luka dan puluhan ribu warga mengungsi. Foto: Fakhrizan
Sebuah rumah roboh di Aceh Tengah. Korban gempa Aceh, kali ini telah menelan 40 korban jiwa, puluhan luka-luka dan puluhan ribu warga mengungsi. Foto: Fakhrizan
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,