Konsultan Pebisnis Kelapa Sawit Seringkali Salah Artikan Data

World Growth International, sebuah konsultan yang mewakili kalangan industri kehutanan dan kelapa sawit terkait isu kebakaran hutan yang melanda Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya, justru menambah rumit dengan kesalahan menyebut sumber kebakaran hutan yang memantik terbangnya kabut asap ke Singapura dan Malaysia dalam sebulan terakhir.

Dalam newsletter mereka yang terikirim 2 Juli 2013 silam, World Growth mengklain bahwa “sebagian besar titik api berada di lokasi diluar konsesi kehutanan dan perkebunan kelapa sawit, atau berada di kawasan lindung”. Dan mereka mengambil data dari World Resources Institute (WRI), sebuah lembaga nirlaba dalam isu konservasi dan lingkungan.

Namun, yang terlihat dari data WRI malah menunjukkan sebaliknya, saat puncak kebakaran terjadi, kurang lebih setengah titik api berasal dari dalam kawasan konsesi. Data ini juga mengungkapkan bahwa kepadatan titik api di dalam konsesi tiga kali lebih tinggi dibanding diluar kawasan konsesi. Dan tentu saja, karena pemegang konsesi harus bertanggung jawab secara legal untuk mencegah dan mengelola munculnya titik api di kawasan mereka, tingginya angka kebakaran hutan di dalam kawasan konsesi mengirim peringatan berbahaya bagi bisnis kayu dan kelapa sawit.

Sumber WRI
Sumber :WRI

Kesalahan kutip ini bukan pertamakalinya dilakukan oleh World Growth saat mewakili industri kehutanan. Pada tahun 2011, konsultan ini juga salah menyebutkan data dan salah mengartikan tentang dampak ekonomi dari menurunnya angka deforestasi di Indonesia. Pada bulan Desember 2010, salah satu Staf Khusus Presiden RI Bidang Perubahan Iklim, Agus Purnomo, mengatakan bahwa Ketua World Growth International, Alan Oxley menyalahartikan tujuan moratorium kehutanan yang diajukan terhadap konsesi-konsei baru di hutan alam dan lahan gambut.

Sebulan sebelumya, pada November 2010, salah satu pemenang Nobel Perdamaian tahun 2004 dan pemenang penghargaan atas kampanye penanaman pohon yang dilakukannya, Wangari Maathai, mengamuk kepada Oxley karena telah mengunakan namanya karena disebut-sebut telah mendukung konversi hutan tropis secara besar-besaran untuk perkebunan industri kayu.

Sebulan sebelum berkasus dengan Maathai, pada Oktober 2010, sekelompok pakar mengirim surat terbuka kepada Alan Oxley dan World Growth INternational dan mitranya ITS Global sebagai garda depan kepentingan pebisnis kelapa sawit, kayu dan bubur kertas di dunia.

“Banyak argument kunci dari World Growth International, ITS Global dan Alan Oxley, menunjukkan distorsi yang sangat signifikan, salah arti atau salah interpretasi dari fakta,” ungkap surat tersebut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,