159 Titik Api Muncul di Sumatera Saat Akhir Pekan, Semenanjung Malaya Siaga

Bahaya kabut asap nampaknya belum sepenuhnya hilang dari peredaran. Sepanjang akhir pekan kemarin, ratusan titik api kembai ditemukan di Pulau Sumatera, sementara indeks polusi udara di Singapura dan Malaysia kembali meningkat hingga hari Minggu 21 Juli 2013 malam.

Berdasarkan laporan dari Department of Environment Malaysia, Indeks Polusi Udara (Air Pollution Index) mencapai 105 pada hari Minggu 21 Juli 2013 siang, dan mengindikasikan kemungkinan kembalinya kabut asap.

Menurut standar Indeks Polusi Udara tersebut, angka antara 0 hingga 50 termasuk dalam kondisi yang baik, sementara antara 50 hingga 100 adalah kualitas udara yang moderat atau masih dalam toleransi untuk dihirup manusia, sementara angka antara 101 hingga 200 sudah termasuk dalam kategori udara yang tidak sehat, lalu 201 hingga 300 adalah kondisi yang sangat tidak sehat untuk dihirup oleh manusia, dan angka diatas 300 sudah termasuk dalam kondisi yang berbahaya.

Hal senada juga dilaporkan oleh National Environment Agency di Singapura. Lewat pantauan citra satelit, dalam dua hari sepanjang akhir pekan kemarin terpantau 159 titik api di Pulau Sumatera, dimana 63 titik api diantaranya ditemukan di Propins Riau yang hanya berjarak 280 kilometer dari Singapura.

Sumber: Google Earth
Sumber: World Resources Institute/Google Earth

“Dalam kurun waktu dua hari mendatang (sejak hari Minggu, 21 Juli 2013), kondisi cuaca yang kering kemungkinan akan bertahan di sebagian besar Sumatera. Jika ada perubahan arah angin dari arah Barat menuju ke Singapura, maka kemungkinan Singapura akan kembali berkabut,” ungkap laporan NEA seperti dilansir oleh thesundaily.com.

Kondisi arah angin sendiri saat ini belum bertiup menuju Singapura, dimana angin bergerak dari arah tenggara atau selatan. Namun beberapa negara bagian di Malaysia telah mengalami kabut asap ringan dan kualitas udara mulai menurun sejak hari Sabtu sore 20 Juli 2013 silam.

Kabut asap lintas negara hingga kini masih merupakan masalah yang masih terus muncul di Semenanjung Malaya akibat dari praktek pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan untuk membuka perkebunan, terutama di Pulau Sumatera. Pembicaraan level negara yang digelar pekan silam untuk menyelesaikan kabut asap, masih menunggu tindak lanjut dari negara-negara yang teribat dalam kasus kabut asap ini. Salah satu hal terpenting dari hasil pertemuan ini adalah disepakatinya sebuah sistem monitoring bersama yang akan memberikan detail tata guna lahan dan peta konsesi perkebunan untuk membantu penyelesaian dan pemberian tindakan bagi perusahaan yang diduga menyulut kebakaran, seperti dilaporkan oleh World Resources Institute (WRI).

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,