,

Menyebarkan Virus Cinta Lingkungan Gaya Band Punk Bali

The Bullhead, sebuah band bergenre pop punk asal Bali, punya cara berbeda dalam menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Band  yang dimotori tiga pemuda asal Bali timur ini memilih mengemas acara launching album terbarunya dengan sebuah even kampanye sosial dan lingkungan.

Pantai Mertasari Sanur berubah riuh sepanjang  Sabtu, 27 Juli 20013. Sejak siang hingga malam hari, berbagai acara untuk mengkampanyekan kepedulian sosial dan lingkungan digelar. Mulai dari edukasi pengolahan sampah plastik, aksi bersih-bersih pantai, penanaman bibit bakau, pengenalan pangan sehat, animal care, hingga pertunjukan musik.

Pertunjukkan musik yang dimulai sekitar pukul 6 sore waktu setempat, melibatkan beberapa band Bali seperti The Brews, Suitcase For Kennedy, Roots Radicals, Ganjil, Devildice dan The Bullhead sebagai bintang utama. Hari itu memang menjadi hari istimewa bagi The Bullhead, karena album ke-5 mereka bertajuk “For Tomorrow” dilaunching. Untuk menikmati pertunjukan, pengunjung hanya wajib menyerahkan 3 botol plastik bekas untuk nantinya diolah oleh Eco Bali.

Tak mau hanya sekedar berkampanye, tindakan nyata untuk lingkungan di Bali dilakukan dalam peluncuran album terbaru mereka. Foto: Ni Komang Erviani
Tak mau hanya sekedar berkampanye, tindakan nyata untuk lingkungan di Bali dilakukan dalam peluncuran album terbaru mereka. Foto: Ni Komang Erviani

Beranggotakan Copok (vocal/guitar), Ajiq (drum) dan Hady (bass/back vocal), ketiganya sepakat untuk tidak sekadar melakukan peluncuran album mereka. “Banyak band yang menciptakan lagu-lagu dengan tema sosial, tapi tidak ada kontribusi nyata. Kami tidak mau seperti itu. Kami ingin melakukan aksi nyata, ya dengan kampanye ini,” jelas Copok, salah satu personil The Bullhead.

The Bullhead terbentuk pada tahun 2000. Nama The Bullhead sendiri diambil dari zodiak masing-masing personil yg kebetulan sama: Taurus. Awal karir band ini bermula dari dua saudara kembar, Copok dan Ajiq yang sangat menyukai band pop punk asal Amerika bernama Green Day. Band inilah yang sangat mempengaruhi gaya & teknik bermain The Bullhead hingga sekarang. Pada awalnya mereka hanya berani latihan di dalam kamar rumah dengan modal alat seadanya. Dari sana mereka mulai merekam demo lagu yang mereka ciptakan sendiri dan memberikannya ke teman-temannya di sekolah. Hady pun tertarik bergabung untuk melengkapi formasi band ini, setelah mendengar demo mereka. Mereka pun mulai unjuk kebolehan di acara-acara musik di Bali hingga kini.

Jerinx, penggebuk drum Superman is Dead, ikut aktif dalam aksi bersih bersih di Pantai Mertasari, Sanur pada 27 Juli 2013. Foto: Ni Komang Erviani
Jerinx, penggebuk drum Superman is Dead, ikut aktif dalam aksi bersih bersih di Pantai Mertasari, Sanur pada 27 Juli 2013. Foto: Ni Komang Erviani

Copok menjelaskan, kemasan kampanye soial dan lingkungan sengaja dibuat untuk menyebar virus kepedulian sosial  dan lingkungan di kalangan anak muda. “Kami ingin lebih mengedepankan edukasi-edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kepedulian sosial, berbagi dengan sesama, terutama memelihara alam bumi yang kita cintai,” Copok menegaskan.

“Melalui album terbaru kami ‘For Tommorow’, kami ingin mengungkap pengharapan The Bullhead buat kehidupan yang lebih baik ke depan dalam semua sisi, termasuk sosial, lingkungan, dan banyak hal,” tegas Copok.

Di salah satu lagu dalam album For Tommorow berjudul ‘Recant’ berdurasi 11 menit, diklaim sebagai lagu punk rock berdurasi paling lama yang pernah dibuat, The Bullhead mengungkap kondisi seandainya manusia bertukar posisi dengan alam.

 The bullhead 11: Seorang anak menyerahkan botol plastik bekas sebagai pengganti tiket masuk. Foto: Ni Komang Erviani
Seorang anak menyerahkan botol plastik bekas sebagai pengganti tiket masuk. Foto: Ni Komang Erviani

Kegalauan The Bullhead atas alam Bali saat ini juga diungkap Copok, termasuk terkait rencana reklamasi Teluk Benoa oleh investor swasta yang telah mendapat persetujuan dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika. “Saya tidak habis pikir dengan rencana reklamasi itu. Reklamasi itu cuma akan merusak Bali,” ujar Copok.

Kampanye sosial dan lingkungan yang diinisiasi The Bullhead rupanya mendapat dukungan penuh berbagai pihak, termasuk Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota Denpasar yang berpartisipasi penuh sebagai event organizer, Anak Alam, Walhi Bali, Eco Defender, Siu Ajak Liu, Yayasan Bawa, Healthy Food Healthy Living, dan lainnya.

“Kami mensupport penuh acara ini untuk menyuarakan kepedulian lingkungan kepada anak muda Bali. Apalagi, lingkungan Bali saat ini sedang dalam proses perusakan besar besaran,” tegas Sekretaris Jenderal PPMI DK Denpasar I Wayan Widyantara.

The bullhead 9: Aksi penanaman bibit bakau di Pantai Mertasari, Sanur, pada 27 Juli 2013. Foto: Ni Komang Erviani
Aksi penanaman bibit bakau di Pantai Mertasari, Sanur, pada 27 Juli 2013. Foto: Ni Komang Erviani

Penggebuk drum pada grup band “Superman Is Dead” yang juga vocalis di “Devildice”, Jerinx a.k.a JRX_SID, tak mau kalah. Ia pun ikut aktif dalam aksi bersih bersih pantai dan penanaman mangrove bersama para personil The Bullhead dan puluhan anak band. “Apapun gerakan yang menyuarakan kepedulian lingkungan seperti ini, harus didukung. Gerakan ini sangat penting untuk mengajak anak muda bangkit melawan segala upaya perusakan lingkungan yang nyata nyata dilakukan pemerintah kita saat ini,” Jerinx menegaskan.

Gerakan yang dinisiasi The Bullhead rupanya mampu membangkitkan kesadaran para penggemarnya. I Putu Juli Sastrawan, anak band asal Klungkung, sengaja datang ke Pantai Mertasari untuk bisa berpartisipasi dalam aksi bersih pantai dan penanaman mangrove. Lelaki bujang yang memiliki band bergenre punk rock bernama Kick Out itu pun betah mengikuti keseluruhan acara hingga malam hari. “Saya senang bisa ikut acara seperti ini. Apalagi bersih bersih pantai bareng personil band band terkenal di Bali seperti The Bullhead dan SID. Jadi lebih bersemangat,” Juli menegaskan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,