,

APRIL Resmi Dilarang Gunakan Label FSC

Forest Stewardship Council (FSC) pada 7 Agustus 2013, resmi  melarang Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), grup Royal Eagle Group (RGE), menggunakan cap dari lembaga sertifikasi ini dalam memasarkan produk pulp dan kertas mereka.

Larangan tak menggunakan semua sertifikasi FSC tak hanya berlaku bagi APRIL,  tetapi seluruh perusahaan pulp dan kertas kelompok usaha Sukanto Tanoto. Pelangaran ini mencakup tiga perusahaan selulosa global yakni, Sateri International (China), Bahia Specialty Cellulose (Brazil) dan Toba Pulp Lestari (Indonesia). Ketiga perusahaan ini mengolah bahan – bahan untuk berbagai macam produk sehari–hari seperti filter rokok, tisu bayi, tisu pembersih  kacamata, sampai produk kosmetik, es krim, produk farmasi dan ban.

Keputusan ini, mengikuti protes resmi yang diterima FSC tertanggal 23 Mei 2013 dari Greenpeace, WWF-Indonesia dan Rainforest Action Network.  Dalam suat itu, APRIL dituduh melanggar aturan Policy of Association. Keberatan bersama ketiga LSM terhadap FSC ini berisi dokumentasi dan kritik atas aktivitas deforestasi, konflik sosial dan pelanggaran hak – hak asasi manusia oleh APRIL serta perusahaan lain di bawah grup RGE di Indonesia.

Pada 13 Juni 2013, ada tindak balasan dari APRIL yang meminta lembaga sertifikasi ini mencabut sertifikat lacak balak (chain-of-custody). Policy of Association guna memastikan FSC hanya berasosiasi dengan perusahaan–perusahaan yang berkomitmen pada prinsip–prinsip dasar pengelolaan hutan bertanggung jawab.

Salah satu persyaratan, mengharuskan perusahaan pemegang sertifikat lacak balak FSC tidak terlibat dalam konversi kawasan hutan bernilai konservasi tinggi dan tidak mengkonversi hutan alam lebih dari 10.000 hektar dalam lima tahun terakhir.

Aditya Bayunanda dari WWF-Indonesia mengatakan, FSC bereaksi cepat memutuskan asosiasi semua cap FSC dari aktivitas APRIL dan perusaahan–perusahaan afiliasinya.

Meskipun begitu, APRIL masih memegang sertifikat lacak balak dari skema sertifikasi hutan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) yang lebih didominasi industri. “Jika standar PEFC tegas pada prinsip menjaga hutan alam, seharusnya PEFC mau mengikuti jejak FSC dan menjaga jarak dengan seluruh perusahaan grup RGE,” katanya dalam pernyataan kepada media, Selasa (13/8/13).

Tanggapan juga datang dari Bustar Maitar, Greenpeace. Menurut dia, makin banyak perusahaan–perusahaan global dalam operasional menjauhi penghancuran hutan alam. Kondisi terbalik pada kerajaan bisnis Sukanto Tanoto, yang terus membabat hutan alam di Sumatera dan Kalimantan. Dia memperkirakan, pemasok APRIL menghabiskan 60.000 hektar hutan alam.

Christy Tennery dari Rainforest Action Network menambahkan, keputusan FSC , kasus konflik lahan dan konversi hutan memperlihatkan jelas berbisnis dengan perusahaan Sukanto Tanoto, berisiko tinggi terhadap merek dagang perusahaan para pembeli dan investor.

WWF, Greenpeace dan RAN pun mendesak APRIL dan grup RGE segera menghentikan seluruh konversi hutan alam dalam operasional bisnis dan konsesi pemasok.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,