Tiga Pekan, Dua Orangutan Mati di Kebun Binatang Surabaya

Kebun Binatang Surabaya kembali kehilangan satwa koleksinya, setelah  hari Kamis 10 Oktober 2013, jam 11.55 WIB orangutan bernama Bety mati akibat sakit. Orangutan titipan BKSDA Jawa Timur pada 2006 lalu ini mati akibat radang pneumonia atau radang paru-paru yang diderita sekitar seminggu sebelumnya.

Dokter Hewan Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya, Rahmat Suharta mengutarakan, kondisi orangutan berumur sekitar 15 tahun ini menunjukkan gejala penyakit sekitar seminggu sebelumnya, yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan, keluar lender dari mulut, tidur mendengkur, hingga nafas yang agak terganggu.

“Setelah di netropsi, hasilnya Bety menderita pneumonia atau radang paru-paru. Sakitnya sejak Jumat pekan lalu, nafasnya sempat sesak, hingga akhirnya mengakibatkan kematian,” Rahmat Suharta menerangkan.

Sakitnya Bety, orangutan penghuni Kebun Binatang Surabaya merupakan yang kedua dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, setelah sebelumnya orangutan bernama Nanik juga mati pada 21 Sptember lalu akibat Tumor Usus Besar.

Rahmat Suharta mengatakan, kondisi lingkungan kandang yang kurang sehat, serta cuaca ekstrem akhir-akhir ini di Surabaya, kemungkinan besar menjadi penyebab sakitnya Bety.

“Kondisi itu disebabkan lingkungan, karena dia dikandang, bisa jadi perlu perbaikan fentilasi, ditambah cuaca yang panas, sehingga membutuhkan oksigen yang lebih banyak,” ujar Rahmat.

Humas Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya Agsu Supangkat mengatakan, cuaca yang sangat panas di Surabaya telah diantisipasi dengan melakukan penyiraman pada lingkungan KBS serta di kandang-kandang untuk menjaga suasana yang lebih sejuk.

“Tim medis sebenarnya juga telah melakukan penambahan pemberian multivitamin untuk semua satwa, agar satwa tetap dalam kondisi prima,” tambah Agus Supangkat.

Perbaikan dan pembenahan Kebun Binatang Surabaya, khususnya kandang menurut Rahmat Suharta sangat penting, karena berkaitan dengan kenyamanan dan kesehatan tempat tinggal satwa. Perbaiakn kandang lanjut Rahmat, meliputi fentilasi atau sirkulasi udara, kelembaban dan cukup cahaya matahari yang masuk, serta keleluasaan satwa untuk bergerak.

“Rotasi satwa sudah kita lakukan agar mereka bisa keluar, tidak selalu berada di dalam kandang. Bisa ke halaman peragaan, agar bisa mendapatkan udara bebas. Selama perawatan kami juga sudah memberi antibiotika dan vitamin agar daya tahan tubuh meningkat,” jelas Rahmat ditemui di Kebun Binatang Surabaya.

Selain faktor lingkungan kandang, perilaku pengunjung yang masih mudah memberi makan satwa, diakui Rahmat dapat mempengaruhi kesehatan satwa.

Bayi orang utan bernama Damai di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Riski
Bayi orangutan bernama Damai di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Riski

“Karena makanan yang diberikan bukan pakannya, sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan tertular penyakit,” tambah Rahmat suharta, Dikter Hewan Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya.

Matinya orangutan Bety, menjadikan koleksi orang utan Kebun Binatang Surabaya menjadi 8 ekor. Hal ini menjadi perhatian pihak pengelola Taman satwa Kebun Binatang Surabaya, yang akan meningkatkan pengawasan kesehatan satwa secara lebih intensif.

“Kita akan tingkatan kontroling kesehatannya, pemberian multivitamin dan mineral untuk ketahanan tubuh agar mampu menahan penyakit yang masuk, tapi kandang juga harus segera dilakukan renovasi,” imbuh Rahmat Suharta.

Pemeriksaan rutin 2 bulan sekali untuk kotoran atau feses satwa dilakukan, sebagai antisipasi penyakit yang menyerang satwa. Tidak hanya pada satwa, untuk jenis burung juga dilakuakn vaksinasi endi dalam kurun waktu 3 bulan sekali.

“Ini untuk antisipasi adanya parasit atau bakteri di saluran pencernaan yang tidak menguntungkan, agar bisa segera diambil tindakan,” tandas Agus Supangkat.

Sementara itu Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid mengungkapkan, kematian orangutan di Kebun Binatang Surabaya, merupakan kesalahan manajemen sejak masa lampau, yang tidak segera diperbaiki. Pembenahan secara menyeluruh menurut Rosek harus segera dilakukan manajemen baru, agar tidak ada lagi satwa yang mati akibat penanganan yang kurang baik.

“Beberapa yang harus dibenahi antara lain, perlu adanya pembatas yang lebih ajuh antara kandang dan pengunjung, sehingga tidak memungkinkan pengunjung memberi makan satwa. kandang harus lebih kaya mainan agar satwa tidak bosan dan stress, juga satwa jangan terus di pamerkan, harus ada masa istirahat,” tegas Rosek menjelaskan.

Kematian orangutan di Kebun Binatang Surabaya ini adalah yang keduakalinya dalam 3 pekan terakhir. Sebelumnya, seekor orangutan berusia 12 tahun diketahui mati akibat gangguan hati dan tumor usus besar. Orangutan bernama Nanik ini adalah titipan dari BKSDA Jawa Timur pada tahun 2006 silam.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,