, ,

Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang Empat Meter di Kubu Raya

Warga Sungai Udang, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) menangkap seekor buaya muara (Crocodylus porosus) sepanjang empat meter, Rabu (16/10/13) dini hari. Buaya seberat sekitar 300 kilogram ini sempat menjadi tontonan warga sebelum petugas BKSDA Kalbar, mengevakuasi ke Sinka Zoo, Kota Singkawang.

Menurut warga,  dalam dua bulan terakhir,  buaya muara sering timbul di sekitar  kampung. Tak ingin ada korban jiwa, warga berinisiatif menangkap buaya itu hidup-hidup. Pengintaian saban hari. Hingga Selasa (15/10/13) malam, buaya muncul.

Delapan warga menjadi penangkap. Mereka menggunakan pukat. Kala itu air sungai surut hingga penangkapan berlangsung dramatis. Warga perlu waktu sekitar empat jam baru buaya takluk.

Setelah tertangkap, buaya diikat tali nilon. Kedua bola mata ditutup kain basah agar tak berontak saat evakuasi. Sambil menunggu BKSDA, buaya diletakkan di halaman rumah Harun, warga Sungai Udang Hilir. “Kita memang cukup lama dihantui buaya. Mau ke sungai saja takut. Syukurlah hari ini sudah tertangkap hidup-hidup,” katanya.

Pada pukul 11.30, tim evakuasi buaya dari BKSDA Kalbar, dipimpin Usman,  tiba. Proses evakuasi melalui berita acara penyerahan dari warga ke petugas. “Sampai saat ini kita belum ada tempat rehabilitasi satwa hingga akan simpan di Sinka Zoo,” ucap Usman kepada wartawan.

Menurut dia, buaya muara ini sangat ganas dan sering melukai masyarakat. “Tapi buaya ini menjadi ganas karena habitat sudah terkikis. Akhirnya dia masuk permukiman warga untuk mencari makan.”

Dia memerkirakan, buaya ini hidup di rawa-rawa dan biasa dijumpai di Kecamatan Teluk Pakedai dan Sungai Kakap. Seiring pembangunan tambak-tambak udang yang kian menjamur, buaya ini kehilangan habitat dan sumber pakan. “Tidak ada pilihan lain, kita harus rehabilitasi secepatnya ke Sinka Zoo, karena kita tak punya tempat seperti itu.”

Hanya, Usman tak dapat menjelaskan rentang waktu penitipan hingga pelepasliaran. “Kita belum tahu sampai kapan buaya ini ada di pusat rehabilitasi. Setelah itu, pelepasliaran pun jadi masalah. Jangan sampai dilepas lalu masuk ke kampung lagi.”

Bukan pilihan tepat

Adri Aliayub, Pemerhati Sosial dan Lingkungan Kalbar, menilai, langkah BKSDA mengevakuasi buaya ke Sinka Zoo, bukan pilihan tepat. “Kewenangan KSDA itu menyelamatkan satwa. Seharusnya disiapkan infrastruktur penyelamatan. Bukan menyerahkan ke pihak lain seperti Sinka Zoo. Di sana akan terjadi komersialisasi.”

Sinka Zoo itu sebuah kebun binatang. Orang yang berkunjung ke sana, sekadar melihat buaya dan satwa lain, akan merogoh kocek. “Di situlah komersialisasi terjadi. Termasuklah buaya muara yang baru ditangkap warga ini. Bagaimana dengan nasibnya kelak di sana, kita tidak tahu itu,” ucap Adri.

Adri mengapresiasi tingginya kesadaran masyarakat Sungai Udang. Mereka sudah tahu buaya muara itu dilindungi. Penangkapan itu semata-mata proses penyelamatan buaya dari ancaman pembunuhan. Mereka mengorbankan pukat, hanya untuk menyelamatkan buaya itu. Lalu melaporkan ke BKSDA Kalbar.

Dalam pandangan Adri, anatomi satwa seperti buaya muara sepanjang empat meter itu sudah masuk dewasa. “Harusnya dikembalikan langsung ke habitat. Tentu dilepasliarkan jauh dari lingkungan warga. Jangan sampai ada komersialisasi.”

Warga berusaha mengikat buaya yang baru ditangkap. Foto: Andi Fachrizal
Warga berusaha mengikat buaya yang baru ditangkap. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,