Gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa Menuai Dukungan Seniman Nasional

“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversi dan mengganggu keamanan

Maka hanya satu kata : Lawan !”

Lantunan suara lembut artis Happy Salma yang membacakan puisi berjudul “Peringatan” karya Widji Tukul, sukses membakar semangat massa dari Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) yang tengah berdemonstrasi di depan Kantor Gubernur Bali, Kamis 17 Oktober 2013. Di bawah terik sinar matahari siang itu, Happy Salma secara tegas menyatakan dukungannya terhadap gerakan Bali tolak reklamasi yang dikampanyekan ForBali.

“Saya berdiri di sini sesungguhnya karena panggilan kemanusiaan saja. Saya melihat perjuangan teman teman saya, teman teman kita, tidak lelah. Saya mengapresiasi bagaimana bentuk perjuangan mereka demi kelangsungan hidup warga Bali, warga Indonesia. Tidak ada yang ingin menjatuhkan siapapun di sini,” tegas artis yang juga dikenal sebagai penulis itu.

Sejumlah punkers ikut mendukung aksi Bali Tolak Reklamasi dalam aksi demonstrasi yang digelar pada awal Oktober lalu di Gedung DPRD Bali. Foto: Ni Komang Erviani
Sejumlah punkers ikut mendukung aksi Bali Tolak Reklamasi dalam aksi demonstrasi yang digelar pada awal Oktober lalu di Gedung DPRD Bali. Foto: Ni Komang Erviani

Happy Salma tak sekadar berorasi. Perempuan yang kini menjadi bagian dari Puri Ubud setelah menikah dengan putra dari salah seorang tokoh puri itu juga ikut dalam long march dari parkir timur lapangan Puputan Margarana Renon menuju DPRD Bali dan Kantor Gubernur Bali.

Gerakan penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa, sebuah kawasan perairan strategis di bagian selatan Bali, memang terus menuai dukungan. Tak hanya dari Bali, gerakan ini kini juga menuai dukungan dari sejumlah artis nasional.

Sebelum Happy Salma, dukungan juga datang dari musisi Glenn Fredly dan Iwan Fals. Dalam konsernya di Hard Rock Cafe Kuta beberapa waktu lalu, Glenn Fredly tampil dengan T-Shirt bertuliskan Bali Tolak Reklamasi yang biasa dikenakan para aktivis ForBali. Glenn juga berulang kali mengampanyekan gerakan ini kepada ratusan penggemarnnya selama konser berlangsung.

“Saya melihat ketulusan movement ini dari cara mereka menyampaikan pesan, tidak berkesan menggururi, tapi mereka datang dari hati mereka masing-masing. Dan movemet itu bernama……,” Glenn lantas membuka kemeja yang dikenakannya, menyisakan T-shirt Bali Tolak Reklamasi di badannya. Aksi Glenn langsung mendapat aplaus dari para penggemarnya.

“Saya gak tahu apa kalian lahir di sini atau kalian mencari nafkah di sini. Tapi please, kalian bisa bersenang-senang di Bali, dan kalian mempunyai tanggung jawab untuk menjaga Bali,” Glenn menambahkan.

Dukungan serupa juga datang dari musisi gaek Iwan Fals. Dalam konsernya di stadion Ngurah Rai di Denpasar Bali beberapa waktu lalu, Iwan juga ikut mengkampanyekan gerakan Bali tolak reklamasi. Keesokan hari paska konsernya, Iwan juga memilih menikmati Bali dengan menggunakan T-Shirt putih bertuliskan Bali Tolak Reklamasi.

Dua perempuan Bali menari dalam aksi teatrikal pada salah satu demonstrasi yang digelar ForBali di Geduung DPRD Bali pada awal Oktober lalu. Foto: Ni Komang Erviani.
Dua perempuan Bali menari dalam aksi teatrikal pada salah satu demonstrasi yang digelar ForBali di Geduung DPRD Bali pada awal Oktober lalu. Foto: Ni Komang Erviani.

ForBali merupakan aliansi masyarakat sipil lintas sektoral yang terdiri dari lembaga dan individu baik mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seniman, pemuda dan individu-individu yang peduli lingkungan hidup. Tergabung dalam ForBali yakni FRONTIER-Bali (Front Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali), KEKAL-Bali (Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup Bali), GEMPAR Teluk Benoa (Gerakan Masyarakat Pemuda Tolak Reklamasi Teluk Benoa), Walhi Bali, Sloka Institute, Mitra Bali, PPLH Bali, PBHI Bali, Kalimajari, Yayasan Wisnu, Manikaya Kauci, Komunitas Taman 65, Komunitas Pojok, Penggak Men Mersi, BEM Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Bali, PPMI DK Denpasar, Eco Defender, Superman Is Dead, Navicula, Nosstress, The Bullhead, dan Geekssmile.

Kelompok ini tegas menyatakan penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa yang hendak dilakukan PT. Tirta Wahana BaliInternasional. Di atas Teluk Benoa, PT. TWBI berencana membangun sebuah kawasan wisata terpadu yang dilengkapi tempat ibadah untuk lima agama, taman budaya, taman rekreasi sekelas Disney Land, rumah sakit internasional, perguruan tinggi, perumahan marina yang masing-masing dilengkapi dermaga yacht pribadi, perumahan pinggir pantai, apartemen, hotel, areal komersial, hall multifungsi, dan lapangan golf.

Guna mempopulerkan kampanye penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa, single Bali Tolak Reklamasi secara khusus dibuat sejumlah artis Bali. Lagu yang diciptakan oleh personil Nostress Band itu, dinyanyikan secara bersama sama oleh puluhan artis Bali termasuk personil sejumlah band ternama seperti Superman Is Dead, The Bullhead, Nymphea, dan Gold Voice. Untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam berbagai aksi penolakan terhadap rencana reklamasi, video klip dari single Bali Tolak Reklamasi juga diunggah ke situs youtube dan telah disebarluaskan melalui media social.

Salah seorang aktivis gerakan ForBali, Suriadi Darmoko, menyatakan sangat bersyukur karena gerakan ini menuai banyak dukungan. “Kami ingin gerakan ini semakin kuat. Tidak ada kepentingan politik apapun yang melatarbelakangi gerakan ini. Ini murni kami lakukan untuk menyelamatkan Bali dari investor yang ingin merusak Bali,” ujar Suriadi.

Di akhir orasinya, Happy Salma mengajak seluruh warga Bali dan Indonesia untuk ikut berjuang agar reklamasi di Teluk Benoa tidak pernah terjadi. “Kita kesini hanya ingin mengadu. Ayah Ibu dengar kami. Kami rakyatmu, anak anakmu. Bila ingin lakukan sesuatu, dengarkan kami. Kami sadar kami bukan siapa siapa. Kami hanya ikan teri di lautan. Tetapi saya percaya kebenaran itu, walaupun kalah, dia kalah dengan bermartabat dan terhormat,” Happy menegaskan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,