Penelitian: Pemanasan Global Bisa Mengubah Pola Hujan Tropis

Penggunaan bahan bakar berbasis fosil yang terus berlangsung ternyata bisa mengubah porsi kawasan tropis yang menerima hujan lebih banyak. Saat ini kawasan tropis di belahan bumi utara adalah kawasan yang menerima hujan lebih banyak, namun dalam kajian yang dimuat dalam jurnal Nature Geoscience menyatakan hal ini bisa berubah karena curah hujan di kawasan tropis salah satunya ditentukan oleh arus lautan yang bergerak bolak balik antara Arktik dan dan Antartika, sebuah proses yang dikenal dengan nama overturning circulation.

“Arus overturning circulation di samudera membawa sejumlah besar panas ke arah utara menuju garis khatulistiwa, dan hal ini membuat belahan bumi utara menjadi hangat,” ungkap penulis utama penelitian ini Dargan Frierson, dari University of Washington kepada Mongabay.com. “Hawa panas ini menyebar ke belahan utara kawasan tropis dan air yang menjadi hangat ini menyebabkan curah hujan muncul, penguapan mencapai puncaknya di belahan utara.”

Frierson dan timnya menggunakan data dari Clouds and Earth Radiant Energy System (CERES) milik lembaga antariksa AS, NASA dan modeling komputer untuk menentukan bahwa kondisi saat ini memang menyebabkan belahan bumi di utara wilayah tropis lebih basah dibanding di selatan. Namun hal ini bisa berubah di abad berikutnya, setelah banyak pakar meyakini bahwa perubahan iklim global akan memperlambat sirkulasi arus air di samudera, dan berpotensi mengubah porsi daerah-daerah yang mendapat curah hujan di kawasan tropis.

“Hanya beberapa ratus kilometer jarak antara Gurun Sahara dari hutan hujan di Afrika, jadi perubahan kecil saja dari porsi hujan di kawasan tropis ini akan bisa memberikan efek yang berbahaya,” tambah Frierson.

Animasi NASA memperlihatkan pola penguapan antara tahun 1998 hingga 2007.
Animasi NASA memperlihatkan pola penguapan antara tahun 1998 hingga 2007.

Namun, Frierson mengingatkan bahwa pola curah hujan di kawasan tropis masih rumit dan sulit untuk diprediksi. “Banyak aspek yang memengaruhi hujan di kawasan tropis. Kami tak yakin aspek mana yang akan menjadi paling dominan di masa mendatang, jadi prediksi curah hujan di kawasan tropis masih tak pasti sampai kini.”

John Fasullo, seorang peneliti National Center for Atmospheric Research yang tidak terkait dengan penelitian ini mengatakan bahwa temuan sirkulasi arus laut yang mempengaruhi curah hujan di kawasan tropis ini merupakan sebuah langkah penting dalam memprediksi perubahan curah hujan di planet yang semakin menghangat ini.Namun demikian, dia juga sepakat bahwa butuh penelitian lebih banyak untuk membuka kompleksitas berbagai penyebab perubahan curah hujan di wilayah tropis.

“Penting untuk diingat bahwa kajian ini tidak menjelaskan fitur hujan regional, misalnya kontras antara lautan di Pasifik Barat dengan Pasifik Timur, atau apakah hujan akan lebih kerap turun di lautan atau daratan,” ungkap Fasullo kepada Mongabay.com.

Fasullo menambahkan hingga saat ini para pakar belum meneliti tentang pelambatan sirkulasi arus di lautan, namun dia juga mengatakan bahwa ‘sangat penting’ bagi para ahli untuk terus melihat berbagai kemungkinan ini.

CITATION: Dargan M. W. Frierson, Yen-Ting Hwang, Neven S. Fučkar, Richard Seager, Sarah M. Kang, Aaron Donohoe, Elizabeth A. Maroon, Xiaojuan Liu, David S. Battisti. Contribution of ocean overturning circulation to tropical rainfall peak in the Northern Hemisphere. Nature Geoscience, 2013; DOI: 10.1038/ngeo1987

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,