, ,

Langganan Banjir, Pemerintah Medan Berencana Normalisasi Sungai

Banjir pertengahan Oktober 2013, di Medan. Di tengah banjir, anak-anak di Kampung Aur Medan tampak bermain air bercampur lumpur tanpa takut terserang penyakit. Foto: Ayat Suheri KarokaroBanjir pertengahan Oktober 2013, di Medan. Di tengah banjir, anak-anak di Kampung Aur Medan tampak bermain air bercampur lumpur tanpa takut terserang penyakit. Foto: Ayat Suheri Karokaro

Medan banjir lagi. Kali ini, Senin (28/10/13), banjir kiriman dari hilir Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, menyebabkan ribuan rumah di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) terendam air bercampur lumpur mencapai dua meter. Di Sungai Deli, tampak bongkahan kayu sisa tebangan melintas. Ada juga kayu tersangkut di sekitar rumah penduduk di dekat aliran sungai.

Pemerintah Medan menyakini, kerusakan dan penggundulan hutan, dan pengalihan serta penimbunan sungai menjadi penyebab banjir. Pemerintahpun berencana melakukan normalisasi sungai dan penataan warga yang tinggal di pinggiran kali.  Tahun 2015,  ada anggaran normalisasi bantaran sungai.

Dzulmi Eldin, Plt Wali Kota Medan mengatakan, kini sejumlah proyek normalisasi mulai dikerjakan, antara lain, membuat tanggul dan benteng di Belawan Medan. Jika bendungan serba guna Lau Simeme dibangun, katanya,  permasalahan banjir dari hilir bisa teratasi, meski pelaksanaan tak bisa cepat. Eldin juga memikirkan kemungkinan warga di bantaran kali itu di relokasi dengan membangun rusunawa di kawasan aman banjir.

Rosdiana Sinambela, aktivis lingkungan hidup dan anggota Forum Penyelamatan Sungai Deli Medan, menegaskan,  rencana Pemerintah Medan, provinsi dan pusat, sampai saat ini hanya rencana. Terbukti, pendangkalan Sungai Deli Medan, terus terjadi. Pengusaha properti nakal terus menimbun sungai dan mengalihkan ke rumah penduduk. Belum lagi kerusakan hutan parah akibat penebangan dan pembakaran hutan di kawasan Bukit Barisan.

“Bagi kami, retorika-retorika yang disampaikan pemerintah hanya isapan jempol. Tidak ada fakta dan bukti nyata. Kapan mereka mau berbuat? Sampai ada jatuh korban jiwa? Ini harus dilawan, kasihan masyarakat.”

Data dari Dinas Binamarga Kota Medan, menyebutkan, permasalahan banjir di daerah perkotaan bukan hanya karena sistem jaringan drainase tetapi perbaikan sistem dan kesadaran menjaga lingkungan masih lemah.

Di Medan, sistem jaringan drainase eksisting, sudah tak mampu menampung debit banjir puncak. Untuk itu, perlu menata kembali sistem jaringan drainase eksisting. Namun penebangan hutan di hutan Sibolangit, Kabupaten Karo, dan penggundulan hutan di Kabupaten Deli Serdang, juga harus segera diatasi.

Data dari Lembaga Bantuan Hukum Sumatera Utara (Bakumsu) dan sejumlah organisasi lingkungan lain di Sumut, saat ini luas hutan di daerah itu yang rusak akibat dibakar atau terbakar 891 hektar. Dari 891 hektar itu, 123 hektar hutan lindung dan 764 hektar ladang serta perkebunan rakyat.

Kerusakan hutan lain karena perambahan mencapai 694.295 hektar. Perambahan hutan itu terdiri atas hutan lindung, seluas 207.575 hektar, kawasan konservasi sekitar 32.500 hektar, hutan bakau 54.220 hektar dan hutan produksi 400.000 hektar.

Banjir Parah

Pada Senin (28/10/13) itu, setidaknya,  ada enam kelurahan terdampak, di Kecamatan Medan Maimun, yaitu Kelurahan Sei Mati, Kelurahan Kampung baru, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Jati, Kelurahan Hamdan, dan Kelurahan Kampung Aur Medan.

Senin dini hari, air sudah mulai naik di Kelurahan Hamdan. Ratusan warga panik dan mencoba menyelamatkan harta benda. Begitu juga di lima kelurahan lain, ribuan warga sejak Senin pagi sudah mulai meninggalkan rumah mengungsi ke lokasi lebih aman. Sebagian remaja bertahan di rumah, menjaga harta benda Sedangkan para anak-anak dan orang tua, mulai dievakuasi ke tempat lebih aman menggunakan perahu karet milik tim SAR Medan.

Tampak perabotan rumah tangga, tempat tidur, dan sejumlah harta benda seperti mobil dan sepeda motor, terendam banjir. Senin malam, evakuasi warga terus dilakukan. Tenda pengungsi korban banjir milik BNPB Sumut, dipasang. Pemerintah Kota Medan, bersama muspida, menurunkan tim kesehatan dan mendirikan tenda pengungsian darurat. Selimut dan makanan siap saji disediakan.

Asren Nasution, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sumut, menyatakan, banjir kali ini terbesar dan terparah dalam tiga tahun terakhir. Langkah utama saat ini, mengevakuasi warga.

BNPB bersama tim SAR terus mendata dan memeriksa setiap rumah yang mengalami kebanjiran guna mengantisipasi jika ada warga terjebak dan tak bisa keluar menyelamatkan diri.”Bersama TNI-Polri, kepala lingkungan, kepala desa, kelurahan, hingga kecamatan, kita mendata tiap warga. Tim SAR terus membantu evakuasi.”

Peta dalam ukuran sebenarnya, bisa didownload di sini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,