Membahayakan, WALHI Himbau BHP Billiton Batalkan Ekspansi Tambang Batubara di Barito

BHP_Billiton_Logo

Organisasi perlindungan lingkungan Friends of the Earth (FoE) meminta agar perusahaan tambang asal Australia, BHP Billiton, Leighton Holdings dan Pemerintah Australia serta Bank Dunia untuk membatalkan rencana mereka melakukan ekspansi pertambangan batubara di wilayah hulu Barito Basin, di pedalaman Kalimantan Tengah yang masih berhutan.

“Di wilayah hutan hujan tropis yang membanggakan dan memiliki nilai penting keragaman hayati dan menjadi penyokong bagi ratusan ribu penduduk yang hidup dan bertani di hilir, kondisi saat ini untuk membuka hutan di Kalimantan Tengah bisa menjadi penyebab serius terhadap sejumlah kekhawatiran yang dialami baik oleh orang Indonesia dan Australia,” ungkap juru bicara Keadilan Iklim Friends of the Earth Australia dalam pernyataannya kepada businessspectator.com.

BHP Billiton seperti dilansir oleh businessspectator.com berencana membuka proyek Indomet besar mereka di akhir 2014 mendatang. Tujuh wilayah konsesi pertambangan masuk dalam proyek raksasa yang nilainya diperkirakan sama dengan 2,5 kali total ekspor tahunan batubara Australia dan didukung oleh Pemerintah Australia yang telah menggelontorkan dana pinjaman sebesar 150 juta dollar dan menjamin kepada perusahaan Leighton Holdings untuk meyediakan jasa infrastruktur dan sumber daya manusia untuk proyek raksasa ini.

Rencana BHP Billiton ini juga didukung oleh pendanaan dari Bank Dunia senilai 3,2 miliar dollar AS untuk membangun rel kereta pengangkut batubara sejauh 385 kilometer yang mengubungkan antara Hulu Barito Basin dengan pasar tujuan ekspor, kendati energi batubara sendiri saat ini semakin memudar. Dukungan Bank Dunia untuk proyek raksasa di Kalimantan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan ekspansi mereka untuk pertambangan batubara yang dilakukan di India dan Cina.

“Kami telah melihat banyak kasus ekspansi dimana Indonesia sebagai eksportir batubara selama bertahun-tahun, namun rencana BHP akan menghabiskan hutan dan mengekspor batubara yang merupakan sumber polusi ke level yang baru,” ungkap Pius Ginting, Juru Kampanye Tambang dan Energi Wahana Lingkungan Hidup. “Batubara kini bukan lagi sumber energi yang cocok melihat kerusakan yang ditimbulkannya. Kami meminta BHP dan Leighton untuk membatalkan rencana mereka, dan juga kepada Bank Dunia agar memenuhi janji mereka untuk berhenti mendanai energi batubara.”

Sejumlah anggota WALHI saat ini tengah berada di Australia selama 10 hari untuk menjelaskan terkait rencana Indomet ini dan menyampaikan aspirasi dari masyarakat lokal yang terimbas oleh dampak pertambangan batubara.

“Di desa tempat saya berasal, kami sudah melihat dampak kerusakan dari pertambangan emas yang dilakukan di Barito Basin. Jika BHP melanjutkan rencana mereka untuk membuka pertambangan, hal ini akan menjadi bencana bagi masyarakat lokal, dan hal ini akan menjadi bencana bagi ekosistem yang rentan ini. Daerah Aliran Sungai Barito merupakan sumber penghidupan bagi warga setempat, dan merupakan rumah bagi ribuan pemilik tanah tradisional. Jika proyek ini berjalan, maka hal ini akan mengancam cara hidup orang-orang ini dan akan mengancam sungai,” ungkap Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Tengah dalam pernyataannya seperti dikutip oleh businessspectator.com.

Sejumlah keberatan dari masyarakat lokal sudah muncul dan satu komunitas sudah dipindahkan dari lokasi asal mereka ke wilayah yang baru dalam tiga kali proses perpindahan.

“Dengan adanya WALHI disini ada kesempatan bagi orang-orang Australia untuk mendengar rencana rahasia BHP Billiton dari orang-orang yang sudah melihat secara langsung dampak dari investasi asing yang merusak lingkungan. Rencana ini, tanpa keraguan, akan membawa dampak serius bagi Hulu Barito Basin dan memberikan kontribusi emisi karbon secara global,” ungkap Nick McClean dari Friends of Earth Australia dalam pernyataannya.

IndoMet adalah sebuah proyek bersama antara BHP Billiton dengan perusahaan lokal PT Adaro Energy. Saham mayoritas, sebanyak 75% dipegang oleh BHP Billiton dan selebihnya dikuasai Adaro. Diperkirakan cadangan batubara yang bisa dieksploitasi dalam proyek ini sejumlah 774 juta ton. Sejumlah anggota WALHI dan FoEA akan melakukan lawatan ke Brisbane, Sydney dan Melbourne, Australia untuk menggelar pertemuan dengan sejumlah pemangku kepentingan terkait rencana ekspansi BHP Billiton ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,