Salah satu produsen makanan dan kebutuhan rumah tangga terbesar di dunia, Unilever akan sepenuhnya menggunakan kelapa sawit dari sumber yang bisa dilacak dan berasal dari perkebunan yang mengikuti prinsip ramah lingkungan di akhir tahun 2014. Unilever, adalah perusahaan yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan pembuat produk makanan mereka dan sejak tahun 2012 sudah 100% menggunakan minyak kelapa sawit yang bersertifikasi ramah lingkungan. Setiap tahun, tak kurang dari 1,5 juta ton kelapa sawit atau sekitar 3% dari produksi total kelapa sawit dunia digunakan oleh perusahaan yang berbasis di Belanda ini untuk produk mereka, seperti margarin, es krim, sabun dan sampo.
Langkah Unilever ini menjadi penting mengingat tak banyak perusahaan yang mengetahui sumber kelapa sawit yang mereka gunakan dalam produksi mereka. Sebelumnya, masalah utama dalam komitmen Unilever ini bisa tersandung oleh lemahnya jalur distribusi akibat bercampurnya kelapa sawit yang bersertifikasi dan tidak bersertifikasi di dalam pemanenan hingga tiba di gudang mereka.

Dengan mengeimplementasikan sistem yang bisa dilacak seperti ini mereka akan bisa melihat sumber lokasi perkebunan kelapa sawit yang mereka gunakan dalam proses produksi. Selain itu, lacak sumber ini juga akan memungkinkan Unilever untuk menentukan kriteria yang jauh melebihi standar yang ada saat ini, terutama memilih kelapa sawit yang tidak berkontribusi dalam deforestasi dan konversi hutan di dalam rantai suplai mereka.
“Transformasi pasar hanya bisa terjadi jika semua orang yang terlibat mengambil peran dan menjalankan agenda yang berkelanjutan. Kemajuan yang kami capai diraih lewat komitmen dan upaya dari para penyuplai kami,” ungkap Marc Engel, Chief Procurement Officer Unilever dalam rilis media mereka. “Kami akan melanjutkan kerjasama dengan para penyuplai kami, LSM, pemerintah, RSPO dan konsumen dan pemangku kepentingan lainnya untuk membangun solusi bersama untuk menekan deforestasi, melindungi lahan gambut dan mengendalikan pertumbuhan ekonomi yang positif, serta dampak sosial bagi masyarakat lokal.”
Hal senada diungkapkan oleh Senior Vice President for Sustainability di Unilever, Gavin Neath,”Greenpeace bertindak benar dengan menyerang kami. Kami merasa diawasi dan sudah melakukan hal yang lebih dibandingkan perusahaan lain namun kami tidak bergerak cukup cepat. Greenpeace menjadi pemicu kami untuk melakukan tindakan.”

Komitmen Unilever ini diumumkan 12 November 2013 silam secara simultan di London, Rotterdam dan juga dalam sebuah kesempatan disela-sela Pertemuan Tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) ke-11 di Medan, Sumatera Utara. Dalam Kesempatan ini, Adam Harrison Senior Policy Officer WWF-Scotland juga memberikan daftar sejumlah perusahaan yang telah menggunakan kelapa sawit yang berkelanjutan dalam sesi media briefing WWF Palm Oil Buyers Scorecard.
“Tahun ini kami menilai 130 perusahaan, 52 adalah retailer dan 78 sisanya adalah pabrikan besar (manufacturer). Dari 52 retailer, 4 diantaranya adalah anggota RSPO dan baru 21 perusahaan yang menggunakan minyak kelapasawit yang tersertifkasi dengan jumlah total 247.898 ribu ton atau hanya sekitarc52% dari kelap sawit yang digunakan dalam industri retailer ini,” ungkap Adam dalam sesi yang dihadiri oleh Mongabay-Indonesia tersebut.
“Sementara untuk perusahaan dari golongan manufacturer atau pabrikan, dari 78 perusahaan yang kami teliti, 75 diantaranya adalah anggota RSPO. Namun hanya 24 perusahaan yang sudah menggunakan minyak kelapa sawit yang 100% bersertifikat. Dan dari total jumlah kelapa sawit yang digunakan setiap tahun sebanyak 6,4 juta ton, baru sekitar 3 juta ton atau 48% yang merupakan kelapa sawit bersertifikat 100%.”
Berdasar penilaian Scorecard yang dirilis WWF ini, Unilever adalah salah satu perusahaan yang masuk ke golongan manufacturer yang sudah menggunakan kelapa sawit bersertifikat 100%.

Langkah Unilever untuk memperoleh kelapa sawit bersertifikat ini juga dilakukan dengan membeli kelapa sawit dari perkebunan yang dikelola oleh kelompok petani kecil di Riau, yaitu Asosiasi Petani Swadaya Amanah yang berhasil memperoleh sertifikasi dari RSPO. Kelompok ini adalah kelompok petani swadaya pertama di Indonesia yang berhasil memperoleh sertifikasi dari RSPO. Tiga bulan setelah memperoleh sertifikasi ini, mereka berhasil mengikat komitmen dengan Unilever. Upaya kelompok petani ini didampingi oleh Yayasan Setara serta WWF-Indonesia hingga meraih sertifikasi RSPO.

Cherie Tan, Direktur Sustainable Sourcing and Smallholder Development Unilever turut menyampaikan dukungannya, “Hasil positif yang diperoleh dari kerjasama dengan petani swadaya, RSPO, WWF menjadi bukti bahwa pola kemitraan adalah langkah yang paling tepat dalam mentranformasi industri sawit, menghentikan deforestasi, dan memberikan dampak sosial yang positif bagi pemilik perkebunan dan masyarakat lokal. Kami berterimakasih untuk peranan WWF dan pihak lain yang terlibat dalam membantu petani swadaya untuk memperoleh sertifikat RSPO mereka.”