Hijrah Purnama: Project B Menyulap Sampah Plastik Jadi Kerajinan Unik

Keprihatinan dan kecemasan Hijrah Purnama terhadap limbah sampah plastik mulai ia rasakan ketika duduk di bangku kuliah. Bermula dari mencuci sampah plastik yang dilakukannya bersama teman-temannya, lalu sampah-sampah tersebut dikumpulkan dalam kamar kost.

Sejenak, ia bingung dan belum tercetus ide untuk mengolah sampah plastik tersebut menjadi bermanfaat dan berdaya guna.  Ide untuk mendaur ulang sampah menjadi barang-barang layak guna akhirnya lahir. Ia bersama koleganya menamakan usaha daur ulang sampah mereka yaitu Project B Indonesia. Mongabay-Indonesia berkesempatan mewawancarai mas Hijrah. Berikut petikan wawancaranya:

Hijrah Purnama Putra Paling kiri bersama para pengunjung dari Salatiga. Dok: Project B indonesia
Hijrah Purnama Putra Paling kiri bersama para pengunjung dari Salatiga. Dok: Project B indonesia

Mongabay-Indonesia: Apa yang melatarbelakangai anda untuk membuat saur ulang sampah, Project B Indonesia ?

Hijrah Purnama: Keprihatinan.  Awalnya hanya itu, banyaknya kantin/cafe atau yang biasa kita sebut burjo di lingkungan kampus menggerakkan kami untuk berbuat sesuatu. Di bangku kuliah selalu disuguhkan materi-materi tentang pengelolaan lingkungan membuat kami merasa risih dengan sampah yang dibiarkan begitu saja, hanyut di sungai, ditimbun ataupun dibakar. Orang-orang melakukan hal tersebut karena tidak paham, jadi kalo bukan kami? Siapa lagi yang peduli? Begitu yang terbesit didalam pikiran beberapa tahun yang lalu.

Mongabay-Indonesia: Siapa saja yang terlibat awal dalam project ini dan kapan dimulainya ?

Hijrah Purnama: Kami memulai project ini pada April 2008 dengan anggota berjumlah empat orang dan semuanya masih berstatus mahasiswa, dua mahasiswa S1 dan dua lagi mahasiswa S2. Boleh dibilang kegiatan ini tanpa modal, berawal dari hobi sering nongkrong di burjo, akhirnya memberanikan diri untuk meminta pemilik burjo untuk mengumpulkan sampah plastik kemasan. Satu minggu sekali diambil dan selama satu tahun pertama setiap Sabtu dan Minggu, kegiatan kami adalah menghitung, mencuci dan menjemur sampah plastik. Setelah kering sampah dipilah sesuai jenisnya. Sambil berjalan kami melatih kemampuan komunikasi kepada masyarakat. Kegiatan awal kami lakukan dengan sosialisasi pengelolaan sampah di beberapa desa di wilayah Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta. Sambutannya luar biasa, satu tahun pertama kami sudah bisa membuat beberapa desa secara sukarela mengumpulkan sampah plastik yang dihasilkan setiap rumah untuk disetorkan kepada kami.

Kedai daur ulang sampah projct B menawarkan banyak product duar ulang sampah berbasis komunitas. Foto: Tommy Apriando
Kedai daur ulang sampah projct B menawarkan banyak product duar ulang sampah berbasis komunitas. Foto: Tommy Apriando

Mongabay-Indonesia: Mengapa diberi nama Project B Indonesia?

Hijrah Purnama: Tidak ada alasan khusus kenapa kami namai kegiatan kami dengan Project B Indonesia, banyak usul nama dari empat orang anggota awal, tapi kami memilih Project B Indonesia. Banyak plesetan yang kami buat, B bisa berarti burjo karena awal idenya berasal dari tongkrongan burjo. Ato bisa juga B itu adalah awal, akan ada bisnis selanjutnya karena alphabet masih 24 huruf lagi..

Mongabay-Indonesia: Mengapa sampah plastik yang menjadi objek daur ulangnya mengapa tidak kertas dan yang lainya?

Hijrah Purnama: Plastik itu banyak jenisnya, kalau menurut referensi ada tujuh jenis plastik.. HDPE, PE, PP dan lain-lain. Kami memilih jenis plastik kemasan dengan lapisan alumunium foil. Berbeda dengan plastik yang lain dapat didaur ulang menjadi produk lain. Tapi jenis plastik beralumuniumlah yang kami fokusi, plastik jenis ini tidak laku dijual, membuat pemulung-pun tidak mau mengambil jenis plastik ini. Padahal kita tahu jumlah sampah jenis ini terus meningkat, hampir semua produk dibungkus dengan kemasan. Kadang orang membeli produk tidak mementingkan isi tapi lebih tergoda karena melihat kemasannya.

Lokasi butik daur ulang di jalan Damai Kaliurang Jogja. Foto: Tommy Apriando
Lokasi butik daur ulang di jalan Damai Kaliurang Jogja. Foto: Tommy Apriando

Mongabay-Indonesia: Dari mana sampah-sampah plastik itu anda dapatkan? membeli dari pemulung sampah atau bagaimana?

Hijrah Purnama: Dari masyarakat, kami mengelolanya dalam bentuk Bank Sampah. Tapi berbeda dengan bank sampah pada umumnya, kami hanya menerima sampah kemasan. Tentunya sebelum menabung kami mensosialisasikan tata cara penabungan, pengelolaan rekening, dan pencairan dana. Saat ini telah ada 150 nasabah yang tercatat dalam sistem kami. 150 nasabah ini bukan berarti 150 orang, tapi jika dihitung jumlah orangnya bisa mencapai 600 orang, karena 1 nomor rekening bisa terdiri dari 60 sampai 80 orang. Pengelolaan Bank Sampah ini juga cukup unik, jika bank sampah lain hidup dari hasil tabungan nasabah melalui pemotongan langsung berupa biaya adminitrasi, berbeda dnegan sistem kami. Kami tidak melakukan pemotongan sedikit pun dari sampah yang ditabungkan oleh masyarakat. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kami menghidupi bank sampah kami? Ya, dari jualan produk, kami memutar semua keuntungan penjualan untuk biaya pengelolaan, termasuk kegiatan sosialisasi yang kami lakukan setiap bulannya, promosi, pameran dan kegiatan lainnya. Jadi, kami selalu mengatakan jika memakai produk daur ulang ini tidak hanya membuat kami untung, tapi lebih dari 600 orang juga akan diuntungkan dengan program ini. Disamping nilai-nilai lingkungan yang begitu besar yang bisa kita dapatkan dari program ini.

Mongabay-Indonesia: Apakah ada komunitas atau kelompok yang diuntungkan dari Project B Indonesia ?

Hijrah Purnama: Pasti ada, keuntungan terbesar adalah bagi nasabah yang berasal dari berbagai wilayah di Yogyakarta.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana dengan respon masyarakat (pasar) terhadap procuk hasil daur ulang sampai saat ini ? Apakah tidak ada ketakutan dengan persaingan produk terkenal ?

Hijrah Purnama: Respon masyarakat semakin hari semakin baik, masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan slogan 3R (reduse. reuse and recycle). Sudah lumayan tidak risih lagi melihat produk daur ulang. Sudah jauh sekali peningkatannya ketika kami baru mulai di tahun 2008. Setiap produk tentunya sudah dipikirkan segmennya, kami mengejar segmen mahasiswa dan ibu-ibu. Mahasiswa kami sediakan berbagai produk seperti tempat pencil, tas laptop, backpack dan lainnya. Sedangkan ibu – ibu kami sediakan tas belanja ke pasar, tas laundry dan lain-lain. Bersaing dengan produk terkenal? Wah tidak ada apa-apa nya, produk kita dibandingkan produk mereka.

Berbagai sampah plastik berdaya guna untuk kebutuhan rumah tangga kerja dan kuliah

Mongabay Indonesia: Konsep daur ulang sampah di Jogja dan Indonesia saat ini seperti apa ?

Hijrah Purnama: Sebenarnya di Jogja sendiri sudah cukup baik dibandingkan dengan kota-kota lain di wilayah Indonesia. Jogja telah memiliki paguyuban pengelola sampah mandiri, saat ini kalau saya tidak salah sudah ada 50-an desa yang telah melakukan pengelolaan sampahnya secara mandiri. Kebanyakan dari desa tersebut memang tidak dilayani oleh pengangkutan dinas kebersihan, jadi mereka mau tidak mau harus mengolah sampahnya sendiri selain menimbun, menghanyutkan disungai ataupun membakar.

Mongabay Indonesia : Bagaimana anda melihat kondisi sampah dan kesadaran masyarakat Jogja dan di Indonesia khususnya dalam mengelola sampahnya?

Hijrah Purnama: Pastinya sampah masalah utamanya adalah jumlah dan karakteristik yang semakin hari semakin meningkat dan beragam. Jika dulu kita diajari memanam/mengubur sampah oleh orang tua kita, karena memang cocok kondisi saat itu sampah terbanyak adalah organik, jadi ditanampun tidak masalah karena akan terdegradasi oleh tanah. Tapi saat ini komposisi sampah telah bergeser ke arah anorganik, sehingga menanam sudah tidak layak lagi diterapkan, karena sampah organik sangat sulit untuk didegradasi.

Mongabay-Indonesia: Apa kendala yang dihadapi selama berjalannya Project B Indonesia ?

Hijrah Purnama: Pasti setiap usaha ada kendalanya. Selam ini yang kami alami, mulai dari bahan baku, bank sampah, pegawai, produk, pemasaran pernah menjadi masalah. Kesempatan “bermasalah” itu kita jadikan sebagai sarana belajar. Konsepnya adalah learning by doing. Jadi enjoy-enjoy saja pas ada masalah.

Mongabay Indonesia: Apa saja capaian yang sudah didapat sejak dimulainya Project B Indonesia ?

Hijrah Purnama: Sejak berdiri sampai sekarang alhamdulillah sudah banyak capaian yang dapatkan, awal bekerja tanpa pegawai sekarang sudah ada lima pegawai tetap yang membantu kami. Dulu belum punya showroom, sekarang sudah ada walaupun bentuknya masih minimalis. Dulu belum pernah kirim barang keluar negeri, sekarang sudah beberapa kali “mengimpor” sampah ke Philipine, Jepang, Amerika dan Jerman. Tentunya semua itu kita syukuri dengan rasa syukur yang luar biasa.

Tas sekolah dari daur ulang sampah by Tommy Apriando

Mongabay-Indonesia: Bagaimana dengan respon dan peran pemerintah terhadap pelaku usaha daur ulang seperti yang anda geluti?

Hijrah Purnama: Responnya cukup baik, beberapa instansi sudah rutin memesan produk daur ulang kami untuk kegiatan yang mereka lakukan. Tapi untuk respon yang lain belum ada sampai saat ini.

Mongabay Indonesia: Apa harapan anda untuk masyarakat dan pemerintah dalam upaya penanggulangan sampah kedepannya ?

Hijrah Purnama: Kami berharap masyarakat Indonesia lebih sadar akan pentingnya mengelola sampah. Kadang kita merasa malu dengan melihat orang-orang di luar negeri yang begitu luar biasa memperlakukan sampah. Ada kesadaran yang sangat tinggi untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, kesadaran untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Untuk itu kami giat mensosialisasikan pengelolaan sampah mulai dari sumber, mulai dari hal yang sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,