Ajang adu anjing ras American pitbull terrier atau pitbull marak terjadi di beberapa daerah, seperti Bali dan Yogyakarta. Aksi yang mempertontonkan kekerasan dan kesadisan itu terus terjadi karena tak ada perhatian serius dari pemerintah. Para pelaku dibiarkan, tanpa ada tindakan tegas. Berbagai organisasi pecinta satwa pun protes dan meminta penghentian adu anjing pitbull ini.
Ranggawisnu, Operations Manager Bali Animal Welfare Association (BAWA), mengatakan, pertama kali tahu ada adu pitbull di Bali sekitar 2011. Lalu mereka menyelidiki lebih jauh. “Akhirnya kami menemukan grup pengadu pitbull di jaringan media sosial Facebook. Dari situ diketahui kegiatan mereka sudah berlangsung sejak 2009,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (25/11/13).
Dia mengatakan, melalui grup Facebook “Komunitas Delapan Tujuh Bali,” itu dia tahu, mereka sudah beberapa kali ada event skala besar. Tahun 2010, mereka menggelar Bali Gladi Summer di Peguyangan. Setelah itu di Batu Bulan. “Yang ketiga kami tak berhasil menemukan dimana. Saat penyelenggaraan keempat Juni tahun ini di Penatih, polisi berhasil membubarkan acara itu,” ujar dia.
Para pengadu pitbull itu terkoneksi dengan orang-orang dari berbagai kota lain bahkan luar negeri. Ada dari Malang, Yogyakarta, Jakarta.“Kami ketahui ada unsur perjudian dalam adu pitbull ini. Namun, kepolisian belum menemukan bukti. Tapi kekerasan hewan terkait pasal 302 KUHP sangat jelas. Ini kekejaman terhadap hewan.”
Jika mereka menyelenggarakan gawe besar, melibatkan peserta berbagai kota biasa di tempat-tempat tertutup. Tak semua orang bisa menyaksikan pertandingan dan harga tiket tak murah. “Jaringan adu anjing Indonesia tersusun rapi dan makin sulit ditembus. Mereka memanfaatkan media sosial melancarkan kegiatan dan merekrut anggota baru.” “Kini, mereka makin rapi dan berhati-hati,” ucap Rangga.
Pitbull aduan ini, dilatih kejam sejak usia dini. Mereka berkalung rantai dengan beban sangat berat dan dipaksa berlatih keras setiap hari. Selesai berlatih, mereka kembali terikat dan dikandangkan di tempat minim perlindungan cuaca. Tak jarang, mereka diberi steroid dan narkotika agar menahan sakit gigitan lawan. Anjing-anjing itu dibuat lapar agar galak.
Dalam acara serius, mereka memasang tiket, dan tak semua orang bisa menyaksikan. Biasa, dalam satu pertandingan, penonton berjumlah 50-70 orang. Dalam pertandingan ini, dua pitbull diletakkan di sudut berlawanan. Ketika dilepaskan, mereka akan saling serang. Ini berlangsung 20-30 menit sampai salah satu menyerah atau mati. Biasa, yang diserang kepala, muka atau kaki. “Di Bali, ada puluhan pengembangbiak, tapi populasi kami belum tahu pasti. Kemungkinan lebih dari 100. Namun tidak semua pemilik pitbull mengadu anjing, beberapa memelihara karena sayang.”
Bersama BAWA, Ranggapun mengambil langkah antisipasi. BAWA bekerjasama dengan kepolisian jika ada informasi adu anjing, bisa cepat ditindak. Mereka juga edukasi ke sekolah-sekolah mengenai bahaya dan tidak menusiawi melakukan kekejaman kepada hewan.
Benvika, akivis Jakarta Animal Aid Network (JAAN), mengatakan, adu ini membawa dampak sangat besar bagi anjing, maupun manusia. Seharusnya, pemelihara anjing bisa disalurkan pada hal-hal lebih positif, seperti pentas pemeliharan anjing.
Desy Zahara Angelina, Program Manager Animal Friends Jogja mengatakan, keberadaan kontes adu pitbull makin marak setelah sebuah media massa besar memuat tulisan tentang seorang pengusaha bernama Toni Yusuf. “Tulisan itu menceritakan Toni Yusuf dan komunitas Indonesian Pit Dog Club.”
Dalam artikel itu, memperkenalkan anjing petarung yang akrab disebut Jirung. Ia campuran antara anjing kampung dan keturunan pitbull. Mereka sebut ini spesies baru bertarung. Mereka ingin ras ini diakui tetapi untuk ditarungkan. Mereka blak-blakan mengakui sejak proses pengembangbiakan, anjing-anjing ini dipelihara hanya untuk ditarung.
Pembelaan mereka, anjing ini seperti atlit tinju yang dilatih untuk bertarung. Padahal, jelas berbeda. “Petinju kan mau sendiri, sementara anjing dipaksa bertarung. Padahal anjing itu kan sifat dasar loyal dan mau berkorban.” Jika mau melihat sejarah, katanya, anjing jenis ini banyak dipakai membantu manusia, seperti orang cacat buta dan memakai kursi roda, anjing itu jadi penuntun. Sifat dasar pitbull sangat loyal.
Davina Veronica, pemain film Badai Pasti Berlalu, ikut bersuara. Dia mengatakan, ketidaksetujuan dengan pentas adu pittbull. “Saya sangat sensitif sekali dan tak berani melihat hal kejam. Adu pitbull itu sangat kejam. Kita harus menghentikan ini semua dengan cara tidak menonton pertunjukan itu. “Jangan beli tiket, nanti lama-lama juga menghilang. Pemerintah juga harus menindak hal ini,” ujar Davina.