Menatap Kerusakan Teluk Balikpapan Melalui Lensa Dokumenter

Sebuah film Dokumenter tentang kerusakan teluk Balikpapan, beberapa waktu lalu diputar di kampus Politeknik Negeri Balikpapan. Film besutan Lutfi Pratomo yang berdurasi nyaris satu jam ini, menggambarkan bagaimana kondisi kawasan teluk Balikpapan saat ini terus mengalami perubahan dalam delapan tahun terakhir ini.

Film ini bercerita seputar keragaman hayati dan kehidupan liar yang terdapat di Teluk Balikpapan, dan sejumlah kerusakan yang terjadi akibat perluasan Kawasan Industri Kariangau (KIK), hingga dampak langsung terhadap masyarakat nelayan di kawasan tersebut.

“Mungkin ini salah satu cara agar masyarakat Balikpapan dapat menyaksikan langsung secara visual mengenai Teluk Balikpapan. Kami ingin memberikan gambaran mengenai teluk Balikpapan yang terjadi saat ini,” kata Stanislav Lhota, M.Sc Phd, peneliti lingkungan dari University of Life Sciences Praha, Repubic Ceko.

Pengangkutan batubara di Teluk Balikpapan. Foto: Hendar
Pengangkutan batubara di Teluk Balikpapan. Foto: Hendar

Film ini sebenarnya telah lama dibuat, namun baru pertama kali diputar di dunia pendidikan dan publik di Balikpapan. Film ini digarap selama satu minggu, dengan menyusuri Teluk Balikpapan, untuk melihat aktivitas para nelayan dan kawasan-kawasan yang tersisa, akibat pencanangan pembangunan kawasan Industri Kariangau. Kawasan Kariangau yang masuk dalam wilayah Teluk Balikpapan ini merupakan salah satu dari mega proyek Multi Years Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Yang diperkirakan akan rampung 2017 mendatang.

Beberapa pembangunan yang saat ini tengah dilakukan  di kawasan Teluk Balikpapan, yakni PT Pelindo, PLTU Kariangau, Jembatan Pulau Balang (Jalan Transkaltim), dua pabrik pengolahan PT. Mekar Bumi Andalas (MBA) dan oleh  PT. Dermaga Kencana Indonesia (DKI, Pelabuhan angkut Batu Bara PT Singlurus, pelabuhan Penumpukan Batu Bara PT Gunung Bayan.

Teluk Balikpapan, Salah Satu Rumah Bekantan Yang Tersisa

Berdasarkan penelitian Stanislav Lhota, selama beberapa tahun ini, keberadaan bekantan di Teluk Balikpapan begitu penting, pasalnya kawasan itu menjadi salah satu tempat populasi bekantan terbesar di dunia. Populasi bekantan mencapai 1.400 ekor di Teluk Balikpapan mewakili 5% primata berbulu kuning itu di seluruh dunia. Tentunya ada sekitar 10 jenis primate dan empat jenis mamalia laut termasuk Pesut (Irawady Dolphin) laut yang kesemuanya terdapat di Teluk Balikpapan.

Teluk Balikpapan  memiliki luas daerah aliran sungai (DAS) 211.456 hektar dan perairan seluas 16.000 hektar. Sebanyak 54 sub-DAS menginduk di wilayah teluk ini, termasuk salah satunya adalah DAS Sei Wain yang sudah menjadi hutan lindung – dikenal dengan Hutan Lindung Sungai Wain – dan dikelola oleh Pemkot Balikpapan. Sebanyak 31 pulau kecil berada dan menghiasasi wajah asri wilayah ini. Pulau-pulau ini sangat unik dan memungkinkan untuk wisata alam sehingga menjadi sumber pemasukan yang tiada habis bagi pemda.

Bekantan (Nasalis larvatus) yang semakin terancam habitatnya akibat berkurangnya hutan mangrove. Foto: Aji Wihardandi
Bekantan (Nasalis larvatus) yang semakin terancam habitatnya akibat berkurangnya hutan mangrove. Foto: Aji Wihardandi

Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Balikpapan, Suryanto  mengungkap tentang rencana untuk membuka kawasan mangrove di sekitar Pulau Balang dengan formulasi 30:70 persen. Dan saat ini penetapan kawasan tersebut telah di setujui oleh DPRD Kota, DPRD Propinsi dan DPR RI, sehingga telah perubahan RTRW Balikpapan telah menambah kawasan Industri di Teluk Balikpapan. RTRW di tahun 2013-2015 dari 2.189 hektar menjadi 5.130 hektar untuk Kawasan Industri Kariangau.

Bukan hanya pemutaran film, tentang teluk Balikpapan, acara yang dikemas Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Politeknik Negeri Balikpapan ini juga dikemas dengan diskusi mengenai teluk Balikpapan. lewat pemutaran film dokumenter dan diskusi tentang isu-isu di lingkungan teluk Balikpapan

Dalam diskusi tersebut, kampanye mengenai teluk Balikpapan menjadi salah satu pilihan terbaik untuk menyelamatkan Teluk Balikpapan. Stan menganggap bahwa kampanye kesekolah-sekolah menjadi salah satu bentuk pembelajaran kepada masyarakat bagaimana pentingnya Teluk Balikpapan. “Kampanye mengenai teluk Balikpapan merupakan salah satu pilihan untuk menyelamatkan teluk Balikpapan,” kata Stan.

Dampak pembukaan lahan seluas itu (30 persen dari 20 Ha) bisa menimbulkan kerusakan lebih parah  terkait adaya rekalamasi pantai, erosi tanah dan sedimentasi di Teluk Balikpapan serta sungai-sungai sekitarnya. “Pada gilirannya,   konversi hutan yang seluas itu dipastikan akan melahirkan bencana ekologis, akibat  rekalamasi pantai, erosi tanah dan sedimentasi di Teluk Balikpapan serta sungai-sungai,” imbuh Stan.

Pembangunan Jembatan Transkaltim di Pulau Balang Teluk Balikpapan. Foto: Hendar
Pembangunan Jembatan Transkaltim di Pulau Balang Teluk Balikpapan. Foto: Hendar

Kesempatan penyelamatan Teluk Balikpapan juga dapat dilakukan dengan meminta kepada pemerintah daerah untuk melakukan penetapan kawasan konservasi daerah oleh Pemerintah Kota. “Untuk Penajam Paser Utara yang wilayahnya juga terdapat di Teluk Balikpapan, saat ini telah menggodok untuk melakukan penetapan Kawasan Konservasi Daerah sementara tinggal Balikpapan. Kalau ingin menyelamatkan Teluk Balikpapan, pemerintah Kota harus dapat menetapkan kawasan tertentu di Teluk Balikpapan untuk menjadi kawasan konservasi Daerah,” papar Stan

Kerusakan hutan mangrove Teluk Balikpapan juga dipastikan akan berdampak langsung bagi kehidupan ekonomi nelayan setempat karena produksi ikan akan menurun drastis. Mangrove sering disebut sebagai “rumah bayi” bagi biota laut untuk berkembang dan menjadi tangkapan bagi nelayan setempat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,