Seekor Komodo KBS Mati Akibat Suplai Air dari Kali Surabaya

Seekor komodo koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati, setelah menjalani perawatan medis di ruang karantina Kebun Binatang Surabaya selama seminggu. Komodo berusia 11 tahun dengan jenis kelamin jantan ini mati pada Selasa (26/11), akibat gangguan pada ginjal yang tidak berfungsi dengan baik.

“Sementara berdasarkan hasil otopsi dari tim medis KBS, komodo ini mati karena ada kelainan ginjal,” kata drh Liang Kaspe, Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya.

Menurut Liang Kaspe, dari hasil otopsi meyebutkan bahwa gagal ginjal kronis merupakan penyebab utama kematian komodo itu, sedangkan penyakit lain tidak ditemukan.

“Kelainan ginjal yang dialami komodo itu baru terdeteksi dalam minggu-minggu ini. Untuk itu, kami langsung memasukkannya dalam ruang karantina guna mendapatkan perawatan yang intensif. Tim KBS sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan komodo itu dengan memberi perhatian dan perawatan tapi dia akhirnya mati ya gimana,” ujar Liang Kaspe.

Humas Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya Agus Supangkat mengatakan, selama ini konsumsi air minum satwa diambilkan dari air sungai Surabaya.

“Selama ini suplai air minum didominasi dari air sungai surabaya, dan itu sudah kami hentikan sejak 4 bulan terakhir meski belum seratus persen,” ucap Agus Supangkat.

Salah satu kandang komodo di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Rizky
Salah satu kandang komodo di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Rizky

Selama seminggu terakhir, Agus menuturkan, bahwa komodo yang masih muda dan produktif ini tidak terlalu memperlihatkan memperlihatkan gejala sakit.

“Tim medis baru mengetahui kondisi komodo itu sekitar seminggu. Dia tiba-tiba diam, lemas, walaupun nafsu makan masih normal. Tapi karena komodo termasuk satwa liar yang kuat, maka gejala itu baru terlihat ketika kondisinya sudah parah,” terangnya.

Manajemen Kebun Binatang Surabaya telah menghentikan penggunaan air sungai Surabaya, dan menggantinya dengan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), meski hal itu ternyata belum dapat dilakukan secara keseluruhan.

“Sejak Juli 2013 Kebun Binatang Surabaya tengah melakukan peralihan sumber air minum dari kali Surabaya air PDAM. Tapi butuh kurang lebih setahun agar air minum bersih itu bisa menjangkau seluruh satwa,” ujar Agus.

Ia menambahkan penyebab kelainan ginjal ini dikarenakan air yang dikonsumsi komodo tersebut tidak layak. Selama ini, air tersebut berasal dari sungai Kali Surabaya.

“Air sungai Kali Surabaya itu tidak layak minum karena sudah tercemar limbah pabrik dan juga kadar logamnya cukup tinggi,” katanya.

Sementara itu menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton), Prigi Arisandi, pencemaran sungai Surabaya telah menyebabkan permasalahan ekologi, akibat kandungan logam berat yang sangat tinggi.

“Selama ini air sungai Surabaya merupakan bahan baku air minum 3 PDAM, yaitu Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, sehingga persoalan air sungai yang tercemar ini perlu upaya serius dan konkrit untuk diatasi,” kata Prigi Arisandi

Dikatakan oleh Prigi, persoalan air sungai yang tercemar dapat diatasi dengan dua pilihan, yakni pindah sumber dan memperbaiki kualitas air yang ada.

“Ya harus cari sumber baru untuk bahan baku air minum dan memperbaiki air sungai Surabaya yang sudah tercemar,” ujarnya Prigi.

Persoalan matinya satwa akibat dampak jangka panjang meminum air sungai Surabaya, harus disikapi serius oleh semua pihak terutama pemerintah. Prigi menyebutkan perlu ada standard parameter yang jelas dan ketat dari pemerintah terhadap penggunaan air sungai Surabaya untuk konsumsi air minum.

“Standard parameter harus ditambah, jangan longgar seperti sekarang. Pemerintah harus ikut memikirkan masalah ini, karena tidak hanya ikan yang mati tapi satwa KBS pun mati akibat minum air sungai Surabaya,” Prigi menjelaskan.

Saat ini koleksi komodo di Kebun Binatang Surabaya tersisa 58 ekor dengan 18 jantan dan 15 betina, serta 25 anakan yang belum diketahui jenis kelaminnya.

“Saat ini kami juga sedang dalam tahap penetasan 20 butir telur komodo. Maret tahun depan diperkirakan akan menetas. Selama ini penangkaran komodo di KBS cukup berhasil,” lanjutnya.

Sebelumnya sekor jaguar jantan bernama Dainler juga mati di KBS pada 14 November ini. Binatang itu mati karena faktor usia tua yang sudah 22 tahun, serta akibat penyakit tumor di penggantung ususnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,