, ,

Presiden Minta Industri Sawit Tak Rusak Lingkungan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Sawit Indonesia di Bandung, mengingatkan, agar industri sawit tak merusak lingkungan. Kini, sawit Indonesia sudah divonis merusak lingkungan.

“Solusinya, saya ingin saudara pemimpin industri sawit dan idustri jangan merusak lingkungan, Presiden dan menteri sudah pasang badan, jangan sampai kita fight pada tingkat internasional, di antara kita ada yang earless terhadap lingkungan,” katanya saat berpidato pada Konferensi Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (Gapki) IX di Bandung, Kamis (28/13/11) dikutip dari website Sekretariat Kabinet.

SBY juga mengajak perusahaan-perusahaan sawit membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, bukan sebaliknya menjadi musuh. “Lakukanlah opinion building. Kalau tidak kita divonis seolah-olah industri sawit merusak lingkungan. Gunakan cara cerdas dan riil bahwa saudara menjaga kelestarian lingkungan.”

Presiden meminta perusahaan mencegah konflik, dan melibatkan  masyarakat serta memberikan pekerjaan kepada mereka.  Jadi, harus memastikan kalau kawasan sawit tumbuh masyarakat juga sejahtera. “Pastikan penghasilan masyarakat baik. Kalau mereka punya lapangan pekerjaan tidak perlu hawatir terjadi konflik, kekerasan atau masalah sosial. Itulah konsep pembangunan inklusif, ajak mereka. Saudara punya CSR, gunakan dengan baik, karena itu bagian dari modal sosial,” ucap Presiden.

Menurut SBY, konferensi ini sangat penting kala ekonomi dunia bergejolak, terutama di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Untuk itu, perlu sinergi dan kebersamaaan antara pemerintah dan swasta serta mitra di luar negeri.

Presiden menceritakan, upaya pemerintah menyelesaikan isu lingkungan terkait pengembangan sawit ini. Sejak 2007, dia telah berbicara dengan sejumlah pihak, baik pemimpin negara asing maupun kelompok-kelompok lembaga non pemerintah, yang menuding perusahaan sawit Indonesia berpotensi merusak lingkungan.

Dalam soal sawit ini, katanya, ada sejumlah isu harus dikelola dan diperjuangkan. SBY menyebut dengan istilah three plus one. Yakni, isu harga, hambatan perdagangan dan isu lingkungan, plus isu sosial. “Ini harus ditangani dengan bijak.”

Dalam kesempatan itu, Presiden berharap Indonesia mampu menjadi produsen sawit terbesar di dunia. Untuk membuat sawit berjaya ke depan, katanya, harus kuat, berkelanjutan dan  kompetitif.

Menurut Presiden, setidaknya ada tiga hal  harus dilakukan pemerintah, menyiapkan regulasi, perizinan, dan mengundang investor. “Penegakan hukum harus baik. Mari kita jadikan hukum sebagai panglima.”  Sedang tugas pengusaha, meningkatkan produktvitas dan efisiensi. Presiden meminta dunia usaha mengeluarkan anggaran untuk riset dan tak menggantungkan pada pemerintah.

SBY pun mengajak LSM dan pers mengontrol dan mengkritik tindakan pemerintah maupun dunia usaha. “Kalau kurang bagus katakan dan bercermin. Setelah dikritik, lalu jelaskan perubahan yang dilakukan kepada masyarakat.”

Senada dengan Presiden, organisasi lingkungan Greenpeace juga menyerukan produsen sawit Indonesia berkomitmen pada kebijakan nol deforestasi dan mendorong produksi bertanggung-jawab.

Sawit di Indonesia menjadi bagian sumber penghidupan masyarakat lokal sejak beberapa dekade lalu. Ia juga bagian penting pembangunan ekonomi negeri ini. Namun,  tak seharusnya pembangunan sawit menghancurkan keragaman hayati, kesejahteraan masyarakat  dan iklim global.

Wirendro Sumargo, Juru Kampanye Hutan-Greenpeace Asia Tenggara mengatakan, Greenpeace tak anti industri sawit, dan percaya sawit bisa diproduksi secara bertanggungjawab. Beberapa perusahaan mengambil peran seperti anggota Palm Oil Innovation Group (POIG). Mereka menunjukkan, produksi sawit tak perlu menghancurkan hutan atau melanggar hak masyarakat lokal. “Ini seperti yang telah dilakukan petani sawit mandiri di Desa Dosan, Riau,” katanya dalam rilis kepada media.

Greenpeace berharap,  konferensi ini menjawab pertanyaan keberlanjutan dan mendorong anggota meningkatkan produktivitas tanpa mengkonversi hutan dan gambut yang tersisa. “Jadi mencari solusi terbaik membangun sektor hilir sawit dan berkontribusi mencapai target pengurangan emisi karbon Indonesia.”

Indonesia, menargetkan pada 2020, produksi sawit mencapai 40,25 juta ton. Tahun ini saja, produksi sawit sudah mencapai 28 ton. Data Gapki menyebutkan, dari 28 juta ton pemakaian dalam negeri 9,2 juta ton. Sisanya, akan diekspor ke berbagai negara terutama China, India dan Uni Eropa.  Sedangkan sebagai bahan makanan sekitar 5,7 juta ton dan industri 3,5 juta ton.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,