Pemanasan Global Membuat Ikan Komoditas Perdagangan Malas Bergerak

Pemanasan global, yang berdampak pada kenaikan temperatur permukaan laut ternyata tidak hanya berdampak pada manusia, hal ini secara langsung bahkan berdampak pada spesies-spesies yang hidup di lautan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh sejumlah pakar dri ARC Centre of Excellence for Coral Reef di James Cook University menunjukkan bahwa ikan-ikan di lautan juga merasakan dampak pemanasan global ini.

Bahkan menurut Dr. Jacob Johansen, kebiasaan ikan berenang untuk mencari makan menjadi berkurang akibat kenaikan suhu di lautan ini. “Pemanasan global telah mengrangi kemampuan berenang dari banyak spesies ikan, dan telah mempengaruhi secara signifikan kemampuan mereka untuk tumbuh dan melakukan reproduksi.”

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak pemanasan global terhadap sejumlah spesies ikan yang bernilai komersial, dan membuktikan bahwa naiknya temperatur lautan bisa menyebabkan ikan-ikan besar menjadi malas dan lebih banyak menghabiskan waktu di bagian dasar laut untuk beristirahat dan mengurangi waktu mereka untuk berenang untuk mencari makan dan mencari pasangan untuk melakukan reproduksi.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa, kendati ikan-ikan ini berenang, mereka memiliki kecenderungan untuk menghemat energi dan hanya berenang di level rata-rata yang jauh lebih lambat. Melambatnya gerak ini memberi dampak terhadap kemampuan mereka mencari makan atau berpindah.

Tuna, salah satu produk perikanan andalan Indonesia di pasar global. Mirisnya, penangkapan tuna masih banyak dilakukan dengan cara-cara tidak ramah lingkungan, seperti yang terjadi di Kabupaten Flores Timur. Para nelayan di daerah ini banyak menangkap tuna dengan bom. Foto: WWF Indonesia
Tuna, salah satu produk perikanan andalan Indonesia di pasar global. : WWF Indonesia

“Hilangnya kemampuan berenang dan berkurangnya kemampuan mereka untuk menjaga aktivitas penting mereka bisa berimplikasi terhadap distribusi ikan dan ketahanan mereka di masa mendatang,” jelas Dr. Johansen.

Hal senada diungkapkan oleh Profesor Morgan Pratchett yang menyatakan bahwa perubahan pola aktivitas dan kecepatan berenang akan secara langsung mempengaruhi lokasi pencarian ikan di masa mendatang. “Populasi dari kawasan utara Great Barrier Reef sedikit lebih baik dibanding di kawasan selatan dalam menoleransi perubahan kondisi ini.”

Namun tidak semua spesies ikan mengalami perubahan drastis akibat pemanasan global ini. Salah satu yang dinilai cukup baik beradaptasi dengan kenaikan suhu ini adalah ikan coral trout (Plectrodomus maculatus) atau ikan macan tutul.

Ikan ini merupakan protogynous hemaprodit, yaitu menjadi matang secara seksual pertama sebagai seekor betina, namun kemudian mengubah jenis kelamin menjadi jantan. Ikan coral trout tersebar luas di sekitar terumbu karang perairan Queensland, wilayah utara dan Australia Barat. Mereka tumbuh sekitar 110 cm dan dapat berbobot lebih dari 20 kilogram. Di Indonesia ikan coral trout bisa ditemukan di perairan Padang, Bengkulu, Teluk Banten, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Bawean, Sulawesi Utara, Kepulauan Sangir, Ternate, Bacan, Ambon, Banda, Kepulauan Kei dan Flores.

“Ikan coral trout adalah salah satu komoditas penting dalam sektor perikanan di Pasifik Tenggara. Jika kita ingin tetap mendapat ikan ini di masa mendatang, kita harus memahami bagaimana pemanasan global memberi dampak pada spesies ini,” jelas Dr. Johansen. “Hal ini akan membantu kita untuk mengembangkan rencana pengelolaan yang akan menjaga spesies ini.”

Penelitian berjudul “Increasing Ocean Temperatures Reduce Activity Patterns of a Large Comercially Important Coral Reef Fish” ini sudan diterbitkan di jurnal ilmiah Global Change Biology.

CITATION: J.L. Johansen, V. Messmer, D.J. Coker, A.S. Hoey and M.S. Pratchett. Increasing ocean temperatures reduce activity patterns of a large commercially important coral reef fish.Global Change Biology, November 2013

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,