,

Lovebird, si Kicauan Merdu Penghuni Sangkar Emas

Kicauan nyaring dan merdu. Kala bersuara, ia mampu mengeluarkan alunan nada cukup panjang, hingga menarik hasrat pendengar untuk memiliki. Kini, burung ini tak lagi mudah ditemukan. Di Sumatera Utara (Sumut), sebagian besar ada di sangkar-sangkar milik para pengoleksi.  Ia adalah fischer’s lovebird (Agapornis fischeri). Dalam daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN), burung ini masuk kategori mendekati terancam.

Burung asli Afrika ini pertama kali diimpor ke Eropa 1800-an. Karena banyak permintaan, lovebird pun ditangkarkan penduduk lokal di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Papua, paling banyak ditemukan. Beberapa tahun lalu, jenis ini banyak dijual di Sumatera Utara (Sumut). Di pasaran, harga burung ini bisa sampai Rp3 juta lebih.

Namun dua tahun terakhir, jumlah makin sedikit. Ia hanya ditemukan di lokasi tertentu, misal, di rumah para pengkoleksi burung. Kampanye penyelamatan lovebird, terus dilakukan pegiat lingkungan dan kelompok mahasiswa pecinta satwa liar. “Hasil pendataan kami, di Sumut tak sampai 113 ekor lagi. Kebanyakan di rumah penduduk. Kalau di pasar burung, jumlah lima hingga 14 ekor,” kata Oi Barita, Mahasiswa Pecinta Alam, yang tergabung dalam komunitas penyelamat hewan liar, belum lama ini.

Menurut Oi, jika terus dibiarkan, dalam 10 tahun mendatang, lovebird, bisa terancam punah. Dia mendesak, pemerintah membuat aturan baku melarang penjualan lovebird dan satwa lain agar mampu menekan penurunan spesies.

Lantas apa alasan memelihara dan menyekap lovebird ini di dalam sangkar? Menurut sejumlah pemilik burung indah itu, kicauan begitu merdu dan riuh, serta bentuk dan warna bulu nan indah. Lovebird juga bisa hidup hingga 12 tahun.

Eno Siburian, warga Medan memelihara burung ini, mengatakan, merawat lovebird lebih gampang ketimbang memelihara satwa peliharaan lain. “Tinggal semprotkan air pagi hari, dan sore, lalu dijemur, dan dikasih makanan. Buah, minuman segar dan jagung menu utama. Suara itu buat aku suka, ” kata Eno. Dia membeli burung ini dari Aceh, seharga Rp2,8 juta.

Lovebird atau burung cinta ini satu dari sembilan spesies genus Agapornis, dari bahasa Yunani agape berarti cinta dan ornis, berarti burung. Mereka burung berukuran kecil, antara 13-17 cm dengan berat 40-60 gram, dan bersifat sosial. Delapan spesies ini dari Afrika, sedang spesies burung cinta kepala abu-abu dari Madagaskar. Nama mereka berawal dari perilaku, bahwa sepasang burung cinta akan duduk berdekatan dan saling menyayangi satu sama lain.

Lovebird, burung dengan kicau merdu dan warna yang indah dipercaya sebagai simbol cinta. Foto: Ayat S Karokaro
Lovebird, burung dengan kicau merdu dan warna yang indah dipercaya sebagai simbol cinta. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,