,

Nasib Malang Satwa di Tengah Amukan Gunung Sinabung

Rumah-rumah tertutup rapat. Tampak debu putih tebal di atas rumah dan pepohonan.  Di sudut satu rumah panggung, samar terlihat kucing yang sudah malas bergerak. Ia lemah. Mata sayu. Lidah sesekali keluar. Badan mulai kurus. Saya memberikan roti bekal,  kucingpun memakan dengan lahap.

Tidak sampai 50 meter dari lokasi ini, terlihat anjing tengah menggigit kaki anjing lain yang sudah mati karena kelaparan. Tidak jauh dari anjing berwarna hitam itu, tampak beberapa anjing lain menatap tajam, menunggu giliran memakan daging sang ‘teman.’

Tak jauh dari sana,  seekor murai batu, berkicau keras. Di bawah kandang, terlihat dua kucing menatap sangkar. Beruntung, burung ini tampak sehat, karena sang majikan memberikan persediaan makanan cukup. Makanan bekal sayapun, dari roti sampai ikan teri, dibagikan buat hewan-hewan ini.

Peristiwa ini terjadi di desa-desa di dekat Gunung Sinabung, Kabupaten Karokaro, yang baru meletus. Pada Sabtu, 30 November 2013,  saya mendatangi sejumlah desa di Tanah Karo, yang kosong karena para pemilik mengungsi.

Hingga Senin pagi (2/12/13), para pecinta dan penyayang binatang, mendatangi ke desa-desa kosong itu. Mereka membawa berbagai jenis makanan, untuk diberikan kepada anjing, kucing, burung, ayam, dan berbagai satwa lain yang kelaparan.  Mereka menyantap begitu lahap makanan yang diberikan komunitas pecinta satwa ini.

Kala mereka datang ke Desa Mardinding, belasan anjing yang tertidur di bawah dan depan rumah, siap menerkam. Ketika keranjang berisi makanan dibuka, dan perlahan mendekat memberikan makanan, anjing-anjing itupun mulai tenang. Mereka mendekati makanan, dan melahapnya. Begitu juga kucing yang bersembunyi di bawah rumah dan diatas atap karena takut diterkam anjing. Satu persatu mereka keluar dan memakan apa yang disuguhkan. Sayangnya, belasan ayam mati, karena tak ada makanan. Sebagian mati diterkam anjing dan kucing.

Pecinta binatang yang memberikan makanan kepada anjing, kucing dan hewan lain yang ditinggal warga mengungsi karena Sinabung meletus. Foto: Ayat S Karokaro
Pecinta binatang yang memberikan makanan kepada anjing, kucing dan hewan lain yang ditinggal warga mengungsi karena Sinabung meletus. Foto: Ayat S Karokaro

Tia Suci, anggota komunitas penyayang binatang, mengatakan, pembagian makanan ini karena mendapat kabar binatang peliharaan di sejumlah desa berjarak dua kilometer dari kaki Gunung Sinabung, mulai kelaparan dan terancam mati. Tim penanggulangan bencana, melarang keras warga desa kembali ke rumah, mengingat gunung masih berbahaya.

Merekapun terpanggil, sambil membawa makanan sesuai kebutuhan dan jenis hewan di desa itu. Mereka tak lama, setelah memberikan makanan, langsung keluar, karena saat itu, kembali erupsi. Debu hitam tampak menutupi awan putih.

“Kami prihatin melihat hewan-hewan ini. Bencana tidak dapat dihindari. Tetapi menolong mereka harusnya menjadi prioritas, karena hewan juga makhluk hidup patut dijaga dan dilindungi, ” katanya.

Bernard Sitepu, warga Desa Mardinding, mengatakan, tak mungkin membawa hewan peliharaan mereka ke pengungsian. “Kami menghawatirkan ternak yang ditinggal. Saya ada anjing, babi, dan burung. Mungkin burung sudah mati karena makanan sedikit.”

Warga di lokasi pengungsian berharap, Pemerintah Kabupaten Karo, berniat menolong hewan-hewan milik mereka di desa.   Menurut dia, sebelum pergi meninggalkan desa, mereka telah menyediakan pasokan makanan buat empat hari. Karena situasi makin buruk, lahar dingin dan batu-batu kerikil, jatuh dari kawah gunung, merekapun takut pulang.

Data Tim Penanggulangan Bencana Sinabung, ada 31 desa dari empat kecamatan di Kabupaten Karo, masuk zona bahaya letusan. Data di posko utama penanggulangan bencana, ada 12 desa dalam status Siaga I, karena berjarak sekitar enam kilo meter dari kaki gunungapi. Ditaksir, ada ribuan hewan peliharaan atau makhluk hidup disana, ditinggal dan terancam kelaparan lalu mati.

Berdasarkan SK Bupati, masa tanggap darurat diperpanjang hingga 21 Desember 2-13. Data dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), pada 8 Desember 2013, pengungsi 17.160 jiwa  atau 5.604 keluarga, tersebar di 31 titik pengungsian. Jumlah pengungsi bertambah sedikit karena pindah dari rumah saudara ke lokasi pengungsian. Asal pengungsi dari Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Namantran dan Kecamatan Tiganderket.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi mengatakan, pemerintah berencana memberikan cash for work bagi para pengungsi agar membantu kehidupan ekonomi mereka. Identifikasi bagi penerima bantuan dilakukan berdasarkan nama, foto dan alamat.

Peta jumlah ternak di sekitar Gunung Sinabung.  Peta ukuran besar bisa didownload di sini
Peta ukuran besar bisa didownload di sini
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,