Kajian Cepat Kelautan Temukan 96 Jenis Karang Baru di Kepulauan Banda

Kekayaan hayati Indonesia, hingga kini masih menyimpan ribuan misteri. Berbagai spesies satwa maupun vegetasi, masih tersimpan di berbagai wilayah perairan maupun hutan hujan tropis di seluruh wilayah nusantara. Bahkan berbagai spesies yang telah dikenal saat ini, masih belum memiliki data yang cukup baik untuk menjadi bahan edukasi dan data untuk pelestarian kekayaan hayati di Indonesia.

Seperti yang terjadi di kepulauan Banda, Maluku Tengah. Sekitar 96 jenis karang baru ditemukan dalam Kajian Cepat Kelautan dalam satu dekade terakhir dari total 283 jenis karang yang berhasil di survei. Kajian Cepat Kelautan 2012 di Kepulauan Banda juga menemukan, tutupan terumbu karang rata-rata di kedalaman 3 meter adalah 53,63% dan di kedalaman 10 meter adalah 51,88%. Sementara untuk kajian cepat jenis ikan, dari survei dijumpai sekitar 433 jenis ikan dimana 250 jenis tidak dijumpai pada survei sebelumnnya sehingga total jenis ikan yang dijumpai di Kepulauan Banda adalah 683 jenis.

“Tim survei berjumlah 30 orang yang terbagi di dalam dua kelompok yaitu tim ahli biofisik dan tim ahli sosial-ekonomi” jelas Marthen Welly, Koordinator Kajian Cepat Kelautan dari Coral Triangle Center (CTC). “Tim biofisik melakukan observasi dan penyelaman di 20 titik pengamatan diseluruh pulau yang ada di Kepulauan Banda termasuk atol-Pulau Hatta, sementara itu tim sosek melakukan pertemuan, diskusi dan interview di 17 negeri yang ada di Kecamatan Banda bersama masyarakat dan para pemangku kepentingan kunci lainnya.”

Sementara, Andreas Muljadi, peneliti ikan dari CTC mengatakan “Selama melakukan penyelaman di 20 titik pengamatan tim banyak menjumpai ikan  napoleon, ikan kerapu, penyu, ikan hiu, Ikan tuna, ikan baraccuda, ikan kuwe, baronang dan berbagai jenis penting lainnya.”

Ikan napoleon di Kepulauan Banda, ikan di foto ini panjangnya mancapai 2 meter. Foto: Marthen Welly/CTC
Ikan napoleon di Kepulauan Banda, ikan di foto ini panjangnya mancapai 2 meter. Foto: Marthen Welly/CTC

Perairan Kepulauan Banda dikenal sebagai salah satu wilayah prioritas di dalam konservasi kelautan di kawasan Segitiga Karang (Coral Triangle).  Kepulauan ini terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku dengan luas total 180 km persegi dan memiliki 11 pulau Kecil serta sebuah atol di Pulau Hatta.  Dari 11 pulau tersebut hanya 7 pulau yang berpenghuni sedangkan 4 lainnya tidak berpenghuni.  Perairan Kepulauan Banda juga dikenal sebagai fishing ground bagi ikan tuna sirip kuning (Yellow Fin Tuna), jalur migrasi paus biru yang merupakan paus terbesar di dunia,  dan memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang tinggi.  Bahkan di Banda Naira dijumpai jenis karang endemik yang hanya ada di Kepulauan Banda yaitu Acropora desalwi.

Kajian Cepat Kelautan atau marine rapid assesment ini dilakukan oleh Coral Triangle Center bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, LIPI, Universitas Pattimura, Yayasan Warisan Budaya Banda Naira, Marine Conservation Southeast Asia dan sejumlah mitra lain. Kajian ini dilakukan untuk membentuk jejaring kawasa konservasi perairan di Kepulauan Banda dan Busur Dalam Laut Banda (Banda Sea Inner Arc).

Kajian Cepat ini sendiri sudah dilakukan 5 hingga 15 November 2012 silam, dan hasilnya kini baru saja dirilis oleh para mitra yang melakukan kajian ini pada tanggal 19 Desember 2013. Hasil dari survei yang dilakukan ini ditujukan untuk mengembangkan dan memperbarui data dasar yang penting untuk digunakan sebagai acuan dalam pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan Kepulauan Banda di Maluku Tengah.

Terkait hal ini, Rili Djohani, Direktur Eksekutif CTC mengatakan “Kepulauan Banda merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di wilayah segitiga karang (Coral Triangle), sehingga sangat penting untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman tersebut guna menjamin keberlangsungan sumber matapencaharian bagi masyarakat lokal”.  Lebih jauh Rili menjelaskan, masyarakat Kepulauan Banda memiliki sejarah dan aturan tradisi sangat panjang dalam menjaga lingkungan lautnya. Rili Djohani lebih jauh menekankan, “Sasi, atau aturan tradisional pengelolaan laut, sudah berlaku dan dijalankan sejak lama oleh masyarakat Banda, sehingga sangat penting agar aturan tradisi tersebut dapat berperan dalam mengelola secara efektif kawasan konservasi perairan laut Banda,”

Indonesia adalah salah satu negara utama dalam Segitiga Terumbu Karang Dunia. Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) merupakan wilayah perairan tropis yang mencakup seluas 5,7 juta kilometer persegi yang terbentang luas dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon hingga Timor Leste. Kawasan ini merupakan rumah bagi separuh dari seluruh spesies karang, ada sekitar 76 persen dari total jenis karang yang diketahui dan 37 persen dari jenis karang pembentuk terumbu yang dikenali.

Kawasan Segitiga Terumbu Karang  juga merupakan pusat keragaman hayati laut dunia. Namun, lokasinya yang berada di wilayah dengan pertumbuhan penduduk tinggi, pengembangan ekonomi dan perdagangan internasional yang cepat, sumberdaya di kawasan Segitiga Karang mengalami ancaman yang serius dari berbagai kegiatan manusia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,