Seminggu pasca matinya gnu dan singa Afrika pekan lalu, seekor anakan kambing gunung usia 6 bulan koleksi Kebun Binatang Surabaya ditemukan mati dikandangnya, Selasa 14 Januari 2013 petang. Anakan kambing gunung jenis kelamin betina ini mati dengan luka memar di sekitar leher kiri dekat kepala, yang diduga mati akibat kecelakaan.
“Kemarin sore sekitar 17.30-18.00 anakan kambing gunung betina ditemukan mati di kandangnya, Setelah dibawa ke karantina, diketahui penyebab kematian karena adanya memar atau trauma, memar itu ditunjukkan dengan adanya otot berwarna kebiru-biruan, juga beberapa pembuluh darah kecil yang pecah,” terang drh. Liang Kaspe, Direktur Operasional dan Umum Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) kepada Mongabay Indonesia, Rabu (15/1).
Kambing gunung anakan berumur 6 bulan diletakkan dikandang dibagian zona Afrika, karena merupakan koleksi baru yang didatangkan dari Taman Safari Indonesia II Prigen, sebagai fresh blood.
Kematian satwa di KBS menurut Liang Kaspe merupakan hal yang wajar, karena satwa liar dapat berperilaku serta berkelahi tanpa bisa diduga.
“Kecelakaan dapat terjadi karena satwa memasuki masa birahi, serta keinginan menunjukkan alphanya,” kata Liang.
Menurut Liang, kecelakaan dapat dihindari dengan menempatkan satwa pada sangkar sesuai dengan pola perilaku satwa, yang memperhatikan pula seksa rasio satwa dalam satu kandang.
“Wajar atau tidak wajar itu bukan urusan KBS, tapi kematian kambing gunung seperti itu wajar,” tukas Liang Kaspe.
Terkait kondisi kandang yang kurang layak terhadap keamanan dan kesejahteraan satwa, Liang Kaspe menegaskan bahwa kandang yang ada telah dibuat sebaik mungkin dengan pemikiran yang matang. Liang justru mempertanyakan kematian kambing gunung di kandang, yang bukan merupakan tempat yang seharusnya bagi kambing gunung.
“Kandang kami sudah dibuat sebaik mungkin, dipikirkan sebaik mungkin, tapi seharusnya kambing gunung tidak ditempatkan disini dengan kandang jeruji seperti ini. Yang benar di bagian barat,” lanjut Liang yang tidak mengetahui mengapa kambing gunung itu belum dipindah ke tempat yang semestinya.
Hingga kini kambing gunung koleksi Kebun Binatang Surabaya sebanyak 18 ekor, 5 diantaranya merupakan satwa yang didatangkan dari Taman Safari Indonesia II Prigen.
Sementara itu mantan Ketua Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) Kebun Binatang Surabaya, Tony Sumampouw mengatakan, kematian kambing gunung anakan itu sebenarnya tidak harus terjadi bila pengawasan terhadap satwa tidak sampai longgar. Selain itu kondisi kandang yang kurang layak, memungkinkan anak kambing gunung memasuki kandang rusa sambar yang di sebelahnya.
“Kalau dari informasi yang saya peroleh, anak kambing gunung itu mati setelah lolos dari kandangnya dan masuk ke kandang rusa sambar, yang langsung diserang, jadi itu tetap saja kelalaian yang mengakibatkan satwa mati,” kata Tony Sumampouw kepada Mongabay-Indonesia.
Keberadaan kambing gunung di kandang sementara itu lanjut Tony seharusnya bersifat sementara karena menunggu pengurangan jumlah kambing gunung asli Kebun Binatang Surabaya, untuk selanjutnya dikawinkan sebagai fresh blood.
“Harusnya sudah tidak di kandang itu, saya juga tidak tahu kenapa kok belum dipindah. Saat TPS masih bertugas disana, pembangunan kandang kambing gunung tinggal menyisakan kandang tidur. Sedangkan kandang luarnya telah selesai dibangun,” terang Tony Sumampau.
Penjarangan itu lanjut Tonny sangat mempengaruhi penempatan satwa pada kandang-kandang yang bukan semestinya.
“Seperti rusa simbar itu semestinya bukan disitu awalnya, tapi karena dikandang rusa-rusa sudah penuh maka dipindah di kandang sementara dekat kambing gunung,” paparnya dengan menyebut kandang rusa sambar di samping kambing gunung sebelumnya merupakan kandang anelop.
World Association of Zoos and Aquariums (WAZA) sendiri ujar Tony memiliki conservation strategies plan mengenai penjarangan satwa, yaitu melepas liarkan ke habitat yang baru dan memungkinkan, memberikan atau memindahkan ke lembaga konservasi lain, yang keduanya harus dipastikan terlebih dahulu kesehatan satwa yang akan dipindahkan, serta menyuntik mati satwa yang sakit.
“Soal surplus animal, Waza punya aturan, dan itu tidak sembarangan memindahkan satwa keluar lembaga konservasi. Tujuannya sekali lagi untuk kesejahteraan satwa,” Tony Sumampouw menuturkan.
Tony menegaskan bahwa keberadaan kambing gunung fresh blood dari Taman Safari Indonesia II Prigen merupakan upaya untuk memperbaiki genetik kambing gunung di Kebun Binatang Surabaya yang sudah kawin antar saudara.
“Kambing gunung TSI untuk memperbaiki genetik kambing gunung KBS yang sudah rusak. Jadi yang seharusnya dilakukan adalah memperbaiki genetik kambing gunung KBS, sambil melakukan penjarangan satwa dan memperbaiki kandang,” tukasnya.
Percepat Pemasangan CCTV
Kematian beruntun satwa koleksi Kebun Binatang Surabaya mendesak Pemerintah Kota Surabaya selaku pemilik ijin pengelolaan, untuk segera memasang kamera pengintai atau CCTV.
“Sesegera mungkin dipasang, dalam minggu ini atau minggu depan sudah terpasang, tapi tempat-tempatnya tersembunyi, dirahasikan oleh manajemen KBS,” kata Liang Kaspe, Direktur Operasional dan Umum Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Humas Kebun Binatang Surabaya Agus Supangkat menambahkan, pemasangan kamera CCTV akan dilakukan di lokasi-lokasi yang vital, untuk mengawasi keamanan dan keselamatan satwa.
“Akan dipasang CCTV di seluruh KBS, jumlahnya masih dikaji oleh manajemen yang didukung Pemerintah Kota Surabaya, dalam hal ini Dinas Kominfo,” ujar Agus Supangkat.
Rencana pemasangan kamera CCTV di 17 titik kata Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Ratna Achjuningrum, seharusnya sudah dilakukan pada periode Jui-Agustus 2012 lalu. Namun hal itu tidak jadi dilakukan karena mendapat penolakan dari pegawai Kebun Binatang Surabaya sendiri.
“Saat itu ada gejolak dari pegawai yang mempertanyakan adanya CCTV, yang dirasakan kalau pegawai itu seperti orang jahat sehingga harus diawasi,” kata Ratna.
Namun dengan kematian sejumlah satwa, mengharuskan manajemen Kebun Binatang Surabaya memasang kamera CCTV.
“Kita sudah rapat dengan penyalur CCTV. Juga ada bantuan nasehat teknis dari Kominfo. Soal anggaran detainya saya tidak tahu, tapi dana PDTS dari APBD sekitar 5,174 miliar rupiah,” lanjut Ratna.
Dengan dipasangnya kamera CCTV ini pengawasan satwa diharapkan dapat lebih baik, sehingga hal-hal yang dapat mencelakakan satwa dapat segera diketahui dan tertangani dengan cepat.
Sementara terkait hasil penyelidikan kematian Michael, singa jantan yang mati tergantung, Liang Kaspe mengaku masih belum mendapat laporan dari pihak kepolisian.