, , ,

Kebun Sawit di Sumut Bikin Debit Air Turun dan Irigasi Kering

Hasil kajian Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumatera Utara (Sumut), menyebutkan  salah satu faktor penyebab irigasi rusak dan kering serta debit air permukaan tanah terus menurun karena banyak alih fungsi lahan dari pertanian padi menjadi perkebunan sawit.

Dinas PSDA mencatat, saluran irigasi rusak berat itu terjadi, karena banyak areal pertanian di beberapa kabupaten jadi perkebunan sawit, hingga membuat jaringan irigasi kering karena tak teraliri air. Hasil pendataan dinas ini sepanjang 2012, luas areal penanganan irigasi 78.168 hektar dengan 64 daerah irigasi, tahun 2013 menjadi 86.999 hektar, dengan 76 daerah irigasi.

Adapun rincian kondisi irigasi yang ditangani PSDA tahun 2013 sebanyak 86.999 hektar berkondisi baik 44,44 persen, 15,63% atau 13.598 hektar rusak ringan. Kondisi rusak sedang 20,49% atau 17.826 hektar, dan rusak berat 19,44% atau 16.913 hektar.

“Saluran irigasi rusak berat itu, disebabkan makin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian padi menjadi sawit. Sawit menyerap dan menghisap air cukup besar, ini akan berdampak buruk bagi ketersediaan air permukaan di Sumut, ”  kata Saleh Idoan Siregar, Kepala Dinas PSDA Sumut, Senin (13/1/14).

Dia menyebutkan, ada beberapa kabupaten dengan tingkat alih fungsi lahan tinggi, yaitu Kabupaten Labuhan Batu dan Labuhan Batu Utara, dengan luas 78,5%. Disusul Kabupaten Asahan 25,7%, Kabupaten Langkat 24,5%, Kabupaten Mandailing Natal dan Padang Sidempuan 24,3%.

Dia mengatakan, melalui 10 unit pelaksana tugas (UPT) di 33 kabupaten-kota di Sumut, terus berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan Sumut, dalam menyelesaikan masalah ini. Hasilnya, disusunlah sebuah aturan baru, yaitu Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013, tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.

Salah satu yang diatur di Permentan itu, adalah luas usaha perkebunan sawit dibatasi maksimal 100.000 hektar, terhadap perusahaan atau grup perkebunan. Dalam aturan itu, pembatasan izin perkebunan untuk menekan kerusakan hutan. Kebijakan ini juga untuk menekan dan membatasi konflik perebutan lahan antara perkebunan dengan petani. Selain itu, guna menekan kerusakan irigasi.

“Harus ada dukungan dari lintas sektoral untuk menjaga ketersediaan air permukaan ini agar irigasi tak rusak dan kering. Kami terus berupaya  mewujudkan target jaringan irigasi 95% mantap di tahun 2018.”

Tanaman padi terancam mati akibat asupan air berkurang karena ekspansi sawit banyak menyerap air permukaan. Foto: Ayat S Karokaro
Tanaman padi terancam mati akibat asupan air berkurang karena ekspansi sawit banyak menyerap air permukaan. Foto: Ayat S Karokaro

Saleh menjelaskan, tahun 2013 mereka mengelola anggaran Rp117 miliar untuk menjaga ketersediaan air permukaan tanah tak rusak dan berkurang. Juga menjaga dan perawatan infrastruktur saluran irigasi di seluruh areal pertanian di Sumut.

Anggaran ini belum mencukupi, apalagi Dinas PSDA, tak hanya menangani irigasi, tapi berbagai tugas terkait sumberdaya air, seperti pengelolaan air baku, pengembangan pengelolaan konservasi sungai atau danau. Juga pembangunan pengelolaan pengendalian banjir dan pengamanan pantai, serta pengaturan pengembangan sumber daya air.

Namun, meeka menargetkan, mampu meningkatkan irigasi  berkategori baik dari 44,44% menjadi 60%.”Untuk  mencapai target ini kami butuh anggaran Rp522 miliar.”

Menurut dia,  mereka menjalankan program berbasis kajian penelitian guna mengetahui seberapa efektif dan efisien pembangunan jaringan irigasi dengan capaian sektor pertanian, terutama komoditas padi dan palawija.

Data dinas ini, jaringan irigasi di Sumut lebih kurang 418.590  hektar, ditangani PSDA provinsi 86.999 hektar, BWS 70.530 hektar, dan kabupaten dan kota 261.061 hektar.

Saleh menyebutkan, dari temuan itu berbagai tindakan sudah dilakukan, lewat pengelolaan sungai  dan rawa. Di Sumut ada 1.884 sungai, dengan induk 99, 783 anak, ranting sungai 659 dan anak ranting sungai 343. Soal menjaga ketersediaan kualitas air permukaan, sepanjang 2013 PSDA sudah menangani infrastruktur tanggul banjir sepanjang 422.500 meter.

Langkah-langkah agar kualitas air tetap baik, antara lain perkuatan tebing 93.290 meter dengan kondisi akhir 88.590 meter (94,8%) baik, 2,820 meter (3%) rusak ringan, dan 1.980 meter (2,1%) rusak berat. Sedang potensi rawa di Sumut mencapai 64.339 hektar tersebar di 36 kawasan. Infrastruktur rawa, terdiri dari jaringan pembawa atau pembuang sebanyak 550.122 meter dengan kondisi baik 359.763 (65%), rusak ringan 93.239 meter (17%), dan rusak berat 97.120 meter (18%).

Saluran irigasi yang mengering mengancam pertanian tanaman pangan, seperti padi. Foto: Ayat S Kaokaro
Saluran irigasi yang mengering mengancam pertanian tanaman pangan, seperti padi. Foto: Ayat S Kaokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,