,

Akhirnya, Kambing Sumatera Itu Mati di Kebun Binatang Medan

Hanya hitungan jam, kambing hutan Sumatera langka (Capricornis sumatraensis sumatraensis) yang dititipkan di Kebun Binatang Medan itu tewas. Saya mencoba melihat langsung ke kebun binatang pada Sabtu pagi (19/1/14), satwa itu sudah tak terlihat.

Ketika menanyakan kepada pegawai kebun binatang milik Pemerintah Medan ini, mereka tampak sedikit takut dengan nada pelan, menyebutkan kalau kambing itu sudah mati Jumat malam.

Saya mendatangi klinik perawatan hewan. Seorang pria yang mengaku bagian tim kesehatan hewan, membenarkan. Namun dia tidak ingin berkata banyak, khawatir mendapat teguran dari managemen kebun binatang. “Kambing hutan ini sampai kebun binatang Jumat, malam sudah mati.” Dia tak ingin nama disebutkan.

Istanto, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut mengatakan, satwa langka ini diduga mati karena debu vulkanik. Sebab, setelah diotopsi, pada paru-paru ada debu vulkanik.

Ketika dibawa ke Medan, satwa ini tampak lemah. Kondisi tubuh terus menurun, bahkan sepanjang perjalanan dari Kabupaten Karo menuju Kota Medan sebelum akhirnya dititipkan ke kebun binatang kambing tertidur lemas.”Kita sudah coba memberikan makanan. Namun hewan ini gak mau, ” katanya.

Apa yang dikatakan Istanto berbeda dengan penjelasan dokter hewan kebun binatang, Sucifrawan, biasa disapa Suci.  Kala saya temui, dia mengaku belum tahu penyebab kematian kambing ini.

Menurut dia, saat tiba di kebun binatang, kondisi masih stabil, hanya agak lemah, kemungkinan karena kelelahan menampuh jarak cukup jauh dari Kabupaten Karo menuju Medan. Ditambah lagi ini satwa liar yang jarang melihat manusia dengan jumlah banyak. Belum lagi hiruk pikuk kota, hingga kesehatan menurun.

Namun, Suci tak mau memberikan keterangan banyak. Menurut dia, jika memberikan keterangan akan mendapat teguran dari managemen kebun binatang.”Saya bukan tidak ingin memberikan keterangan. Nanti saja keterangan resmi.”

Dia mengatakan, saat ini kebun binatang di Indonesia menjadi sorotan, setelah sejumlah satwa di Kebun Binatang Surabaya, mati. Jadi, dia enggan memberikan banyak keterangan. Pada Sabtu siang bangkai kambing masih disimpan di ruang khusus di Klinik Marga Satwa Medan, di dalam kebun binatang.

Kebun Binatang Medan, tempat kambing Sumatera langka itu mati, setelah beberapa jam dititipkan sementara oleh BKSDA. Foto: Ayat S Karokaro
Kebun Binatang Medan, tempat kambing Sumatera langka itu mati, setelah beberapa jam dititipkan sementara oleh BKSDA. Foto: Ayat S Karokaro

Mengingat satwa ini langka,  akan ada serangkaian upaya, termasuk agar bangkai tak rusak, mungkin pengawetan atau offset. Nanti, kata Suci, bangkai ditempatkan dalam ruang khusus, bebas hama atau hewan perusak.

Dengan suhu dan ruangan stabil, satwa ini bisa dilihat ulang oleh pengunjung kebun binatang. “Ini masih dalam pengerjaan. Nanti akan ditunjukkan ke publik. Sayang sudah mati. Bangkai kami letakkan di klinik untuk diteliti lebih lanjut.” Saat Suci bercerita, tampak enam orang petugas dari BBKSDA Sumut, tengah menyusun laporan dan diskusi terkait satwa ini.

Ada lagi kesaksian sang supir truk terbuka yang mengemudikan mobil dari Kabupaten Karo berjarak sekitar dua hingga tiga jam menuju Medan. Syamsul Siburian, supir truk mengatakan, sepanjang perjalanan leher kambing ini diikat dengan tali. Ruang gerak terbatas. Jalur lalulintas kadang berlubang, sesekali kambing sedikit menjerit. Lidah juga menjulur keluar, dan dari depan, Siburian, melihat tali mengikat leher satwa liar ini tampak terlalu kencang.

“Sepanjang perjalanan juga gak dikasih makan. Aku sudah bilang tali di leher pendek kali itu, jadi tercekik kambing, tapi orang dari entah apa namanya itu, ada BSDA atau apa gitu tulisan dibaju diam aja. Mereka ketawak-ketawak malah di dalam.” Syamsul kesal mendengar kabar kalau satwa itu mati.

Kelompok mahasiswa pencinta alam Sumut, mengecam keras. Mumun Tarigan, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) dari Intitut Teknologi Medan, menyatakan, kambing Sumatera itu memiliki daya tahan tubuh kuat, selama ini hidup di hutan. Mustahil kalau mati akibat terhirup debu vulkanik Sinabung.

Dia menduga,  satwa ini mati saat karena tak ada perhatian khusus, termasuk memberikan makanan layak bagi satwa yang baru masuk. “Kami mengecam kebun binatang yang tidak beres mengurus hewan. Aneh aja, saat di Kabupaten Karo, kondisi masih sehat, eh sampai Medan Zoo langsung mati. Kebun binatang, ” katanya.

Senada disampaikan Hidayat Siregar, Mapala Universitas Sisingamangaraja. Menurut dia, ada indikasi satwa ini sengaja dibunuh, untuk tujuan tertentu, mengingat kambing ini satwa langka. “Kebun Binatang Medan dan kebun binatang di Indonesia, tempat pembunuhan binatang.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,