Penggunaan peta dalam melakukan monitor bentang alam dan konservasi satwa yang dilindungi, kini menjadi sebuah kebutuhan yang semakin utama. Kualitas gambar dalam peta yang dihasilkan, memberikan keterangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan dalam program di lapangan.
“Peta adalah sebuah bahasa universal, dan citra satelit adalah sebuah informasi yang tidak bisa ditutupi,” ungkap Direktur Umum Transparent World, sebuah LSM di Rusia, Dmitry Askenov. “Dengan monitoring satelit, tidak mungkin anda menyembunyikan apa yang dilakukan di atas tanah, terutama rahasia seputar pertambangan, penebangan dan polusi.
Terkait hal ini, Transparent World, bersama ScanEx Research and Development Center, World Resources Institute, World Bank, Global Tiger Initiative dan Global Forest Watch memperkenalkan peta dengan resoles sangat tinggi dengan kualitas gambar sangat detail dalam format Open Landscape Partnership Platform.
Global Tiger Initiative sendiri menggunakan citra satelit dari platform baru ini untuk memonitor habitat harimau di sejumlah negara yang menjadi habitat mereka, seprti Rusia, Cina, India, Myanmar, Laos, Thailand dan Indonesia.
Namun dalam beberapa bulan perkembangan, ternyata tidak hanya monitoring habitat harimau, namun juga ke berbagai kawasan yang memiliki nilai ekologis penting, mulai dari Amazon Basin di Amerika Selatan ke berbagai wilayah di Indonesia, yang meliputi sekitar 1 juta kilometer persegi.
Menurut para pakar, ketajaman citra satelit dari platform baru ini sangat luar biasa, dengan setiap piksel memuat 50 sentimeter persegi di permukaan tanah -ketajaman yang bahkan cukup baik untuk mengidentifikasi wajah manusia atau jenis vegetasi tertentu.
“Kami berupaya selama 23 tahun untuk membuat citra satelit dari luar angkasa yang sangat terjangkau dari segi harga, kecepatan dan kesederhanaan teknologi -dan itu dimulai saat Google Earth belum ada,” ungkap Olga Gershenzon, Wakil Presiden ScanEx Research and Development.
Upaya Penyelamatan Satwa dengan Pemetaan
Bagi para pakar konservasi yang fokus dalam penelitian hilangnya habitat, ketajaman gambar yang tinggi akan sangat membantu melihat apa yang terjadi di permukaan tanah. Karena lensa satelit ini akan berkedip saat melewati Bumi, mereka bisa melihat apa yang sedang terjadi di daratan.
Habitat yang terfragmentasi membuat wilayah konflik antara satwa dan manusia semakin terbuka. Dengan jumlah harimau yang semakin berkurang di dunia misalnya, keterkaitan antara populasi sangat penting bagi keberlangsungan genetik harimau.
Sementara itu, ekspansi manusia dalam perluasan wilayah perumahan dan pembangunan jalan juga menjadi faktor lain yang memecah habitat harimau dan satwa-satwa dilindungi lainnya. Lalu perluasan perkebunan kelapa sawit, yang menekan habitat orangutan dan harimau menjadi salah satu penyebab hilangnya hutan di Sumatera.
Selain perlindungan habitat satwa, peta dengan ketajaman tinggi ini bisa membuka tabir bencana ekologis yang kerap menjadi misteri, misalnya kebakaran hutan dan tumpahan minyak. Karena selama ini ternyata banyak sekali kasus-kasus tumpahan minyak di dunia yang merusak habitat satwa tidak terdeteksi secara mendalam. Dengan peta ini, yang mampu membedakan tingkat panas antara minyak dan air, maka luasan wilayah yang terkontaminasi tumpahan minyak akan dengan mudah dideteksi dengan lebih detail.