,

Kala Pengungsi Sinabung Was-was Pulang ke Rumah

Warga 16 desa berada di dalam radius lima kilometer masih dilarang pulang ke rumah. Meskipun warga yang berada di luar radius lima km sudah boleh pulang, tetapi pengungsi tetap berdatangan, hingga Selasa mencapai lebih dari 31 ribu jiwa.

Wajah-wajah khawatir terlihat, saat pemulangan para pengungsi di luar radius lima kilometer oleh tim penanggulangan bencana Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut). Mereka khawatir karena Sinabung telah merenggut 15 jiwa.

“Saya dan keluarga jadi ragu untuk pulang. Memang desa kami di luar radius lima kilometer, tetapi kalau angin kencang datang dan Sinabung erupsi, sampai juga itu dibawa ke desa kami, ” kata Merek Sembiring. Pria 59 tahun ini bersama anak istri dan cucu tinggal di Desa Cimbang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Mereka mengungsi di Jambur, Kabanjahe.

Sambil memegang erat tangan istri dan seorang cucu perempuan berusia empat tahun, Bolang Sembiring,  begitu biasa disapa, Selasa (4/2/14), menaiki truk milik TNI untuk pulang kampung.

“Kami takut. Sebenarnya sudah rindu sama rumah kami, tapi Sinabung masih marah dia. Begitupun pulanglah kami ya,” katanya sambil menengadahkan tangan berdoa. Truk milik TNI bergerak perlahan membawa para pengungsi kembali ke desa mereka masing-masing.

Sedangkan warga di radius dalam lima kilometer tetap dilarang pulang dan lima desa wajib dikosongkan. Yaitu, Desa Sukameriah, Desa Bekerah, Desa Simacem, Desa Sigarang-garang, dan Desa Sukanalu. Jarak lima desa ini tiga hingga 3,5 kilometer dari kawah gunung dan sangat berbahaya jika erupsi besar.

Erupsi Sinabung menyebabkan 15 orang tewas terkena debu vulkanik, dan situasi di lima desa di dalam radius lima kilometer tampak sepi. Debu tebal masih menyelimuti Desa Sukameriah, Desa Bekerah dan tiga desa lain.

Di jalanan, pohon, atap rumah, dan tanaman warga, masih penuh debu. Tampak tim SAR, TNI, Polri, dan tim relawan serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berada di lima desa berbahaya ini.

Mereka menyisir sejumlah lokasi untuk mencari, jika ada warga yang belum ditemukan saat Sinabung erupsi Sabtu (1/2/14). Tampak sepeda motor terbakar. Sejauh mata memandang, Desa Suka Meriah dipenuhi debu vulkanik tebal.

Petugas memasang tulisan peringatan larangan memasuki radius dalam lima kilometer dari kawah Sinabung. Tujuannya, agar tak lagi jatuh korban jiwa.

Adapun pengungsi 16 desa yang boleh pulang, dari Kecamatan Payung ada lima desa, yakni, Desa Cimbang, Ujung Payung, Payung, Rimo Kayu, dan Batu Karang.

Di Kecamatan Simpang Empat, tiga desa yaitu Desa Jeraya, Pintu Besi, dan Tiga Pancur. Di Kecamatan Namanteran, dari lima desa, yaitu Desa Naman, Kuta Mbelin, Kabayaken, Gung Pinto, dan Sukandebi. Sedangkan Kecamatan Tiganderket, dari tiga desa, yakni Desa Tiganderket, Kuta Mbaru, dan Tanjung Merawa.

Warga dari 16 desa lain yang selama ini mengungsi, dinyatakan belum boleh pulang, berasal dari Desa Sukameriah, Guru Kinayan, Selandi, Berastepu, dan Dusun Sibintun. Lalu, Desa Gamber, Kuta Tengah, Dusun Lau Kawar, Bekerah, Simacem, Kutarayat, Sigaranggarang, Kutatonggal, Sukanalu, Kutagugung, Mardinding, Desa Temberun, dan Perbaji.

Tim SAR masih terus  evakuasi dan berjaga di radius 3-3,5 km dari kawah Sinabung. Foto: Ayat S Karokaro
Tim SAR masih terus evakuasi dan berjaga di radius 3-3,5 km dari kawah Sinabung. Foto: Ayat S Karokaro

Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, menyatakan, hingga saat ini tim Vulkanologi di Karo masih terus memantau kondisi terkini Sinabung. Selagi belum ada perubahan status, pemerintah akan tetap memulangkan pengungsi dari 16 desa di luar radius lima kilometer. “Pemulangan warga akan memperhatikaan kondisi psikologis mereka yang masih trauma akibat peristiwa 15 korban tewas, ” kata Gatot.

Untuk lokasi kediaman warga di radius tiga km, saat sudah dilakukan pemetaan titik lokasi. “Mendagri sudah mengeluarkan direktif, kepada Sekda Pemkab Karo sebagai leading sector proses relokasi warga radius tiga kilometer. Salah satu Direktur Kemendagri sudah di Karo mendampingi menyusun pengadaan lahan dan relokasi masyarakat.”

Ketika ditanya soal para korban tewas dan luka-luka akibat terkena debu panas Sinabung, kata Gatot, seluruh korban tewas diberikan santunan Rp11 juta per orang. Dana itu dari BNPB Rp5 juta, dari Pemerintah Sumut Rp3,5 juta, dan Pemerintah Karo Rp2,5 juta.

“Pemprov Sumut, dari dana tak terduga. Kami turut berduka. Dua korban luka bakar terkena awan panas masih dirawat di rumah sakit, seluruh biaya akan ditanggung pemerintah hingga sembuh.”

Lantas bagaimana kondisi para pengungsi pasca erupsi?  Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan,  meskipun tren aktivitas vulkanik Sinabung menurun dibandingkan November hingga Desember 2013, namun pengungsi bertambah setiap hari.

Pada Selasa (4/2/14), total pengungsi 31.739 jiwa atau 9.915 keluarga. Mereka tersebar di 42 titik lokasi pengungsian, dan dari 34 desa. “Yang mengungsi banyak dari luar radius lebih dari lima kilometer.”

Meskipun terjadi lonjakan pengungsi, dan diperbolehkan pulang tetapi kebutuhan dasar pengungsi, tertangani dengan baik. Untuk pelajar yang terpaksa tak sekolah akibat mengungsi, bersama Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Negeri Medan (Unimed) menyiapkan rumah untuk memberikan bimbingan belajar.

Sutopo mengatakan, proses belajar mengajar terus dilakukan. Anak-anak, katanya, jangan sampai malas belajar atau putus menuntut ilmu. USU dan Unimed, siap mengerahkan pengajar membimbing anak-anak. “Bantuan dari sejumlah donatur yang datang terkadang membuat mereka sedikit malas dan ketergantungan, tetapi semua harus semangat.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,