Penelitian: Pemanasan Global Akan Mengubah Sebaran Vegetasi Dunia

Para peneliti iklim telah mengalkulasi bahwa penyebaran spesies vegetasi di nyaris setengah daratan Bumi ini bisa terpengaruh oleh pemanasan global yang sudah diprediksi akan terjadi akhir abad ini.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh pakar atmosfit dari Universitas Arkansas, Amerika Serikat bernama Song Feng menggunakan skenario untuk memproyeksikan kenaikan suhu udara tahunan antara 3 hingga 10 derajat Celcius di tahun 2100 untuk mengalkulasi bahwa perubahan ini akan mengubah 46,3% wilayah daratan secara global.

Skenario ini mengacu pada para pakar iklim, yang menurut Song, akan terjadi jika kita melakukan aktivitas “business as usual” alias tanpa pencegahan terhadap pemanasan global,”Jika kita terus melakukan apa yang kita lakukan saat ini di masa mendatang, artinya tak akan ada pengukuran yang signifikan untuk menekan emisi gas rumah kaca yang akan memanaskan planet ini,” jelas Song.

Skenario ini telah diadopsi oleh Intergovernmental Panel on Climate Change atau Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim dan telah menghimbau adanya peringatan di level moderat hingga yang lebih kuat di belahan Bumi bagian utara dan peringatan yang lebih lemah di kawasan tropis dan belahan Bumi bagian selatan.

“Iklim sangat terkait dengan beberapa tipe vegetasi,” ungkap Feng. “Jika permukaan tanah terus menghangat, beberapa jenis spesies asli mungkin tak akan bisa tumbuh lagi di iklim mereka, terutama di wilayah-wilayah yang lebih tinggi. Mereka akan memberikan wilayah mereka kepada spesies lainnya. Kira-kira demikianlah skenario yang akan terjadi.”

Hasil kajian yang dilakukan oleh Feng dan rekan-rekannya di AS dan Asia telah diterbitkan di jurnal ilmiah Global and Planetary Change dalam penelitian yang berjudul “Projected climate regime shift under future global waring from multi-model, multi-scenario CMIP5 simulations.

Salah satu vegetasi di hutan gambut Riau, Calanthe triplicata. Foto: Aji Wihardandi
Salah satu vegetasi di hutan gambut Riau, Calanthe triplicata. Foto: Aji Wihardandi

Kajian yang dilakukan oleh Feng dan rekan-rekannya ini mempelajari perubahan dalam iklim di seluruh dunia dengan menggunakan klasifikasi iklim Koppen-Trewartha, yang berbasis pada konsep bahwa vegetasi  asli adalah cara terbaik melihat kondisi dari iklim. Para peneliti menganalisis sejumlah penelitian yang dilakukan antara tahun 1900 hingga 2010, dan melakukan simulasi 20 model iklim global antara tahun 1900 hingga 2010 yang ada di dalam proyek World Climate Research Programme.

“Perubahan dalam penguapan memainkan peran yang sedikit lebih penting dalam menyebabkan pergeseran tipe iklim sepanjang abad ke-20. Namun, kenaikan suhu yang sudah diproyeksikan memainkan peran yang semakin meningkat dan mendominasi pergeseran dalam tipe iklim saat pemanasan menjadi semakin terasa di abad ke-21,” ungkap Feng. “Perubahan tersebut juga berimplikasi bahwa wilayah daratan global mengalami konversi tipe vegetasi, dengan distribusi spesies sedikit berbeda dari yang kita kenal di masa moderen saat ini.”

Secara keseluruhan, model yang dibangun dalam penelitian ini secara konsisten memperlihatkan meningkatnya penguapan di wilayah-wilayah dengan ketinggian di kawasan utara dan menurunnya penguapan di bagian barat daya Amerika Utara, Mediterania, bagian utara dan selatan Afrika dan seluruh wilayah Australia.

CITATION: Song Feng et al. Projected climate regime shift under future global warming from multi-model, multi-scenario CMIP5 simulations. Global and Planetary Change, January 2014

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,