General Mills & Colgate-Palmolive Memulai Kebijakan Kelapa Sawit Bebas Deforestasi

General Mills-Colgate

Dua produsen barang-barang konsumsi rumah tangga di Amerika Serikat, General Mills dan Colgate-Palmolive mengumumkan kebijakan baru mereka untuk menggunakan kelapa sawit dari sumber-sumber yang terpercaya dan bisa dilacak, sesuai dengan standar yang diterapkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kebijakan ini termasuk di dalamnya juga untuk melindungi hutan tropis yang kaya akan keragaman hayati dan hutan gambut yang padat karbon, serta melindungi hak-hak masyarakat adat di sekitar hutan dan lokasi perkebunan.

Komitmen serupa sebelumnya sudah disampaikan oleh produsen makanan Kelloggs’s, Mars dan Orkla. Lembaga Greenpeace menyatakan bahwa komitmen Colgate-Palmolive untuk mengimplementasikan kebijakan ini di tahun 2020 mendatang harus dimajukan menjadi 2015, sementara Union of Concerned Scientists (UCS) menyatakan bahwa kebijakan General Mills seharusnya menggunakan definisi Hutan Padat karbon sesuai  “standar industri” saat menentukan apakah produk kelapa sawit tersebut bebas dari deforestasi.

0305-scorecard-palm-oil

Namun dibalik dua kelemahan minor tersebut, baik Greenpeace dan UCS menyambut baik kebijakan ini dan berharap sejumlah perusahaan lainnya juga menerapkan kebijakan yang sama untuk menunjukkan pada para produsen kelapa sawit bahwa kebutuhan kelapa sawit yang ramah lingkungan semakin meningkat.

“Ini benar-benar tergantung pada sejumlah produsen utama untuk mengubah kondisi pada industri kelapa sawit,” kata Sharon Smith dari Union of Concerned Scientists, yang baru-baru ini merilis sebuah scorecard peringkat perusahaan-perusahaan Amerika pada kebijakan sumber minyak kelapa sawit mereka. “Jika perusahaan mulai menuntut kelapa sawit yang bebas penggundulan hutan, bebas dari penggundulan lahan gambut dan bebas eksploitasi, produsen minyak sawit akan mulai menyediakan produk yang lebih baik. Minyak yang lebih baik ini juga akan mengurangi emisi. Ini adalah solusi yang saling menguntungkan bagi konsumen dan lingkungan. ”

“Hutan Indonesia sangat berharga bagi kita semua, mereka adalah paru-paru dunia, rumah bagi manusia dan habitat bagi satwa yang tak terhitung jumlahnya. Termasuk harimau Sumatera. Namun jika kita tidak menghentikan perusakan hutan, semua ini akan musnah,” ungkap aktris film True Blood, Kristin Bauer, yang menjadi bagian dari kampanye Greenpeace untuk mendorong penggunaan kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan. “Lebih banyak produsen harus mulai bergerak an mengikuti langkah yang dilakukan oleh Colgate.”

Greenpeace menambahkan bahwa komitmen tersebut memberikan tekanan ekstra kepada perusahaan Procter&Gamble, yang menjadi pesaing Colgate-Palmolive, yang saat ini juga menjadi target bagi sejumlah aktivis untuk memperbaiki kebijakan pembelian kelapa sawit mereka.

“Dengan janji dari Unilever, Nestle, L’Oréal dan sekarang Colgate-Palmolive untuk membersihkan rantai pasokan mereka, P&G masih memilih tertinggal di belakang kompetisi,” kata Areeba Hamid, juru kampanye hutan Greenpeace International, dalam sebuah pernyataan. “Ada perbedaan besar antara kebijakan rinci Colgate dan komitmen kosong P&G untuk skema sertifikasi yang lemah dari RSPO. Saatnya P&G bergabung dengan Colgate, Unilever, L’Oréal dan Mars dalam menjamin produknya bebas dari kerusakan hutan. ”

Kelapa sawit adalah salah satu sumber deforestasi terbesar di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Malaysia. Saat ini, Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi per tahun mendekati 30 juta metrik ton, diikuti oleh Malaysia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,