Eco-Defender: Menyisihkan Laba, Dukung Pelestarian Lingkungan

Dua tahun sudah produk Rumble yang dimiliki oleh Jerinx, selaku pemain drum band Superman Is Dead berpartisipasi dalam perjuangan menyelamatkan lingkungan di Bali. Partisipasi itu dalam bentuk donasi dari penjualan produk Rumble untuk Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali, tidak menggunakan produk kimia berbahaya, serta mengurangi limbah tekstil di produk mereka.

Jerinx yang bernama lengkap I Gede Ari Astina ketika diwawancarai Mongabay-Indonesia, 23 Maret 2014 lalu mengatakan, proyek donasi yang digagasnya bernama eco-defender. Ide itu lahir dirinya melihat anak-anak muda yang berdandan rebel a la musisi punk, namun tidak melakukan perubahan apapun.

Selain itu, saat ini masih ada stigma bahwa anak-anak muda yang peduli alam atau lingkungan bukanlah orang-orang yang keren, tidak gaul dan lainnya. Stigma inilah yang berupaya dibalik olehnya. Lewat Eco-defender dirinya inginmenyampaikan bahwa peduli dengan ekologi itu keren, peduli dengan alam itu hebat.

“Dari situlah saya ada ide bagaimana merubah stigma ini, sehingga anak-anak muda ini tidak cuma mementingkan tampilannya tetapi juga ikut terlibat walaupun tidak secara langsung, mereka berkontribusi untuk perlawanan dan menyelamatkan keseimbangan ekologi,” jelas Jerinx.  “Kami ingin memberi kontribusi nyata buat sebuah perjuangan yang dilakukan Walhi untuk mempertahankan keseimbangan ekologi di Bali.”

Di proyek Eco-defender sendiri ada beberapa band yang terlibat diantaranya Superman Is Dead, Navicula, The Bullhead serta seniman Bali lain. Semua keuntungan dari aktivitas, seratus persen didonasikan untuk perlindungan alam. Jerinx menambahkan, setiap pembelian produk Rumble, akan disumbangkan untuk Walhi Bali dan Walhi Yogyakarta.

Salah satu kegiatan lingkungan di Bali yang dilakukan oleh Rumble dan Eco-Defender. Foto: Eco-Defender
Salah satu kegiatan lingkungan di Bali yang dilakukan oleh Rumble dan Eco-Defender. Foto: Eco-Defender

Kenapa Walhi Bali dan Walhi Yogyakarta? Untuk Walhi Bali sendiri contohnya, Jerinx sudah melihat kantor, kegiatan mereka, perlunya biaya untuk melakukan advokasi, biaya untuk kampanye dan aksi lainnya. Dirinya mengaku cukup paham bagaimana kondisi organisasi Walhi, kendati bukan organisasi yang banyak uang, tapi perjuangan mereka dinilai nyata untuk kebaikan alam di Bali.

Selain donasi, Rumble juga memproduksi produk yang ramah lingkungan. Produk minyak rambut (pomade) Rumble juga ramah lingkungan. Pomade ini dibuat tidak menggunakan bahan kimia, tidak menggunakan minyak kelapa sawit, dan bahannya  didapat dari hasil pertanian lokal di Bali.

“Bahannya didapat dari tangan petani lokal. Tujuannya tentu kami ingin menyejahterakan petani lokal sekaligus ramah dengan lingkungan,” tambah Jerinx.

Suriadi Darmoko, direktur eksekutif Walhi Bali kepada Mongabay-Indonesia  mengatakan, proyek Eco-defender. Selama dua tahun ini, teman-teman di Rumble juga ikut aktif dalam kampanye lingkungan di Bali. Dipilihnya Walhi Bali sendiri untuk mendapatkan donasi ditentukan langsung oleh Rumble.  “Yang saya ingat, Rumble melihat Walhi Bali ini organisasi langka yang mau berjuang untuk menyelamatkan alam Bali namun serba terbatas,” kata Suriadi Darmoko.

eco-defender-tshirt for donation

Suriadi Darmoko menambahkan, Proyek Eco-defender sendiri juga merupakan bentuk untuk meng-counter balik pernyataan para pihak di Bali yang menggiring opini bahwa Walhi Bali dibayar oleh elit tertentu. “Sehingga ketika launching Eco-defender lalu, ditegaskan bahwa Walhi Bali melakukan aktivitas menyelamatkan ekologi Bali memang dibayar, dan yang membayar adalah pelanggan Rumble dan Eco- defender,” kata Suriadi Darmoko.

Selain itu, Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta, Halik sandera kepada Mongabay-Indonesia mengatakan, donasi yang diberikan oleh Rumble sudah tentu menjadi amanah bagi kami untuk terus melakukan aktivitas menyelamatkan ekologi di Jogja khususnya. Rumble sendiri sudah beberapa kali mentransfer donasinya kepada pihaknya. “Setiap donasi yang diberikan selalu kami publikasikan melalui sosial media Walhi Yogyakarta sebagai bentuk keterbukaan kami kepada publik,” kata Halik Sandera.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,