,

Kawasan Wisata Pesisir, Perlu Ketegasan Untuk Menjaga Kelestariannya

Cuaca terlihat cerah dan waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, 27 April 2014 silam. Mereka yang terdiri dari OutSIDers Yogyakarta bersama beberapa mahasiswa Institut Seni Indonesia mulai berkumpul di depan arena rekreasi Kids Fun, di  Jalan Wonosari Yogyakarta. Lokasi itu menjadi titik kumpul mereka sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pantai Drini, di Kabupaten Wonosari Yogyakarta sebagai lokasi kegiatan sosial memunguti sampah-sampah berserakan di pesisir pantai.

Sekitar satu jam kemudian, jam 10.00 tepat, sekitar limapuluh peserta sudah berkumpul. Mereka berangkat menuju pantai di selatan Yogyakarta. Mereka menggunakan sepeda motor. Sekitar dua jam perjalanan, tibalah mereka di lokasi di Pantai Drini.

“Kami melihat kondisi Pesisir Pantai sudah baik, namun masih banyak sampah yang berserakan di pesisir Pantai,” kata Koko Wijonarko dari OutSIDers Yogyakarta kepada Mongabay-Indonesia.

Sampah yang terkumpul dari memunguti sampah di pesisir Pantai. Foto: Dok: OSD YK
Sampah yang terkumpul dari memunguti sampah di pesisir Pantai. Foto: Dok: OSD YK

Koko menambahkan, kegiatan mungut sampah dimulai sekitar pukul 13.00. Mereka menyusuri sepanjang pesisir di Pantai Drini. Memungut berbagai sampah terutama sampah plastik. Dirinya memahami bahwa sampah plastik merupakan sampah yang susah terurai. Dalam acara ini, para peserta pun membuat beberapa tempat sampah di pesisir pantai.

“Harapannya para pengunjung pantai sadar dan peduli untuk buang sampah pada tempatnya. Walaupun kami temukan pemerintah daerah belum melengkapi fasilitas tempat sampah yang memadai dilokasi pantai,” tambah Koko.

Pukul 15.00 sore, para OutSIDers dan peserta lainnya memutuskan untuk pindah ke Pantai lain yang berdekatan dengan Pantai Drini yaitu di Pantai Sepanjang. Kegiatan sama, memungut sampah dan membuat tempat sampah.

“Kami berharap pemerintah dan masyarakat sekitar bisa peduli dengan kebersihan di pesisir pantai dan menjaga kelestarian alam,” kata Koko.

Menanggapi kegiatan bersih pantai tersebut, Halik Sandera, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta kepada Mongabay-Indonesia mengatakan, kalau dilihat dari perkembangannya masyarakat Jogja sudah mulai mengelola sampah secara mandiri, namun masalah utama di Jogja adalah banyak rumah makan atau lesehan. Masyarakat masih banyak yang membungkus makanan dan menghasilkan sampah dari bungkus-bungkus tersebut.

Foto bersama para OutSIDers Yogyakarta sehabis memunguti sampah di pesisir pantai. Dok: OSD YK
Foto bersama para OutSIDers Yogyakarta sehabis memunguti sampah di pesisir pantai. Dok: OSD YK

“Setiap di akhir pekan di Jogja tentu ramai wisatawan dari berbagai daerah. Biasanya produksi sampah ketika musim liburan sudah pasti meningkat, sehingga hadirnya sampah tidak hanya karena ketidakpedulian masyarakat Jogja tapi juga kontribusi pelaku pariwisata,” kata Halik Sandera.

Halik sandera menambahkan, dinas kebersihan juga belum bekerja maksimal. Pemerintah daerah sudah membuat perda terkait sampah, tapi aplikasinya hinggakini dinilai belum maksimal. Awal 2013, Kota Yogyakarta sudah menyerukan agar masyarakat pinggiran sungai tidak membuang sampah ke sungai, namun masih masih banyak warga yang melakukan hal tersebut. Selain itu, terbukti bahwa masyarakat juga belum sepenuhnya sadar, hingga kini masih banyak warga yang membuang sampah di lahan kosong.

Untuk kawasan pesisir pantai, dinilai perlu adanya kebijakan yang tegas dengan melibatkan pelaku pariwisata, mulai dari pemilik warung dan mereka yang mencari keuntungan atau penghidupan di pesisir pantai. Namun hal ini perlu kerja sama pemerintah untuk menerapkan aturan bagi masyarakat yang buang sampah sembarangan di pantai untuk memberi sanksi sehingga masyarakat mulai mengubah pola perilaku mereka.

“Perlu kesadaran bersama menjaga kebersihan di pesisir pantai agar wisatawan juga senang akan kebersihan pantai dan juga peduli untuk menjaga kelestarian alam,” tutup Halik.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,