Warga Tanjung Benoa Tegaskan Penolakan Terhadap Reklamasi

Masyarakat di kawasan Tanjung Benoa kembali menegaskan sikapnya terhadap penolakan rencana reklamasi di Teluk Benoa yang selama ini merasa dipelintir oleh beberapa kalangan. Ratusan  masyarakat yang tergabung dalam Tanjung Benoa Tolak Reklamasi Teluk Benoa ini melakukan aksi pemasangan baliho dan bendera di desa tanjung benoa dengan diiringi gambelan Baleganjur, Minggu, 11 Mei 2014 sekitar pukul 15.30 WITA. Baliho terpasang bertuliskan “Ngiring sareng sami kawal keputusan semua  banjar”  dengan gambar tiga surat keputusan banjar dan pernyataan sikap sabha desa untuk menolak rencana reklamasi di teluk benoa.

“Pengibaran ini sebagai bentuk penolakan warga Tanjung Benoa terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa,”kata I Wayan Nonick ketika dihubungi Mongabay Indonesia.

Surat keputusan masing- masing banjar dan pernyataan sikap bersama sabha desa merupakan surat resmi dari hasil rapat masyarakat tanjung benoa yang ditandatangani oleh pejabat desa, lurah dan masyarakat tanjung benoa. Sebelumnya Sabha Desa sudah pernah bersurat tentang penolakan reklamasi kepada lembaga resmi, seperti LPPM Unud, Camat Kuta Selatan, DPRD dan Bupati badung serta Gubenur Bali, namun seiring perkembangan ada beberapa oknum yang menyatakan Tanjung benoa mendukung reklamasi.

“Sehingga aksi ini merupakan penegasan masyarakat bahwa Tanjung Benoa tetap menolak reklamasi,” kata Nonick.

Korlap aksi Tanjung Benoa Tolak reklamasi kadek Rino, seperti dikuto dalam rilis yang diterima Mongabay-Indonesia mengatakan “aksi ini merupakan penegasan sikap masyarakat tanjung benoa atas kesepakatan tiga dari empat banjar yang ada di tanjung benoa untuk menolak rencana reklamasi di teluk benoa” ujarnya

Ketua Tanjung Benoa Tolak Reklamasi, Wayan kartika menyatakan bahwa, aksi yang diikuti ratusan warga asli tanjung benoa sebagai bentuk penolakan terhadap segala upaya bagi pihak-pihak yang menginginkan terjadinya reklamasi, karena jika terjadi akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi tanjung benoa. Wayan Kartika juga menambahkan, Tanjung Benoa merupakan daerah terdampak langsung jika terjadi reklamasi, sehingga masyarakat Tanjung Benoa berdasarkan surat keputusan bersama harus menaati surat tersebut.

“Masyarakat harusnya berkaca dengan reklamasi yang ada di pulau serangan yang merusak ekosistem,” kata Wayan Kartika.

Pengibaran bendera penolakan terhadap reklamasi.
Pengibaran bendera penolakan terhadap reklamasi.

Canggu Juga Tolak Reklamasi

Dukungan masyarakat untuk penolakan reklamasi terus bertambah. Sebelumnya dukungan datang dari warga Desa Adat Tanjung Benoa dan Desa Sidakarya, sekarang dukungan datang dari Desa Canggu, Kabupaten Badung juga menyatakan sikapnya dengan menolak rencana reklamasi diteluk benoa. Acara yang bertempat di Café Pis Bolong ini diisi dengan acara talkshow dan musik oleh band-band terbaik Bali yang peduli terhadap lingkungan dan penolakan reklamasi di Bali seperti Superman Is Dead (SID), The Disland dan Made Mawut yang berlangsung dengan sangat meriah.

Acara yang dimulai pukul 17.00 ini dimulai dengan talk show yang disampaikan oleh Kepala Desa Canggu, Nyoma Mustiada dan Koordinator ForBALI Wayan Gendo Suardana.

Nyoman Mustiada dalam talk show ini juga secara tegas menyatakan sikap untuk menolak rencana reklamasi di Teluk Benoa. Karena dampak buruknya tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat yang dekat dengan Teluk Benoa, tetapi juga berdampak pada pariwisata yang ada di Canggu. “Karena dapat mengganggu pariwisata berbasis masyarakat yang ada di Canggu maka reklamasi Teluk Benoa harus ditolak” tegas Kepala Desa Canggu, seperti dikutip dari rilis.

Di dalam talk show tersebut, Wayan Gendo Suardana bercerita tentang dampak jika reklamasi ini terjadi di Teluk Benoa “tak ada ceritanya bangunan beton dapat menangkal gelombang tsunami, masyarakat harus kritis melihat pembangunan di Bali” ujar Gendo.

Gendo juga menekankan bahwa warga bukan mereka menolak pembangunan di Bali, namun setiap pembangunan harus melihat segi daya tampung dan daya dukung pulau Bali yang kecil ini. Gendo juga mengajak agar masyarakat berkaca pada reklamasi yang sudah dilakukan seperti di Pulau Serangan dan Pantai Mertasari, Sanur yang jelas jelas sudah merusak ekosistem yang ada di laut.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali, Suriadi Darmoko ketika dihubungi Mongabay-Indonesia mengatakan, dukungan yang hadir dari Desa Canggu dan Desa lainnya ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Bali akan keterancaman kerusakan lingkungan semakin meningkat. Masyarakat sadar bahwa saat ini Bali sedang krisis air bersih, dan ketika pembangunan dan reklamasi dilakukan makan krisis air akan lebih parah lagi.

“Peningkatan dukuungan ini seiring dengan kejelasan sikap warga akan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang akan terjadi di Bali. Artinya, warga sadar bahwa reklamasi itu merusak Bali,”kata Suriadi Darmoko yang akrab disapa Moko.

Moko menambahkan, dukungan ini semakin memperkuat gerakan rakyat untuk terus menyuarakan penyemalatan lingkungan Bali dan menolak reklamasi di Teluk Benoa. Pemerintah Bali sendiri dinilai tidak konsisten dengan ucapannya bahwa akan mencabut Surat Keputusan (SK) terkait reklamasi jika studi kelayakan tidak sesuai.

“Belum adanya pencabutan SK dari Gubernur membutikan bahwa pemerintah tidak mendengarkan suara rakyat Bali dan tidak konsisten dengan ucapannya,” tutup Moko.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,