Hari Burung Migran Dunia 2014: Ekowisata Berkelanjutan dan Habitat Migrasi

Setiap tahun, memasuki pekan kedua di bulan Mei kita kembali memperingati Hari Burung Migran Sedunia atau World Migratory Bird Day, tepatnya tanggal 10 dan 11 Mei. Peringatan khusus terhadap keberadaan burung- burung migran ini, menjadi simbol betapa pentingnya peran burung-burung migran ini dalam menjaga keseimbangan fungsi ekologis antara bumi di belahan utara dan selatan selama masa pergantian musim. Migrasi ini menunjukkan, pentingnya peran habitat yang sehat bagi keberlangsungan berbagai spesies burung di dunia.

Indonesia, sebagai salah satu negara utama yang dilintasi oleh burung migran dunia ini juga menjadi bagian dari peringatan World Migratory Bird Day 2014 yang tahun ini bertema Detination Flyways – Migratory Birds and Tourism”. Tanah air kita termasuk di dalam jalur terbang bagian timur Asia/Australasia. Jalur terbang ini mencakup daerah berbiak di Siberia, China dan Alaska, memanjang ke selatan melewati daerah persinggahan di Asia Tenggara, PNG, Australasia, Selandia Baru dan Kepulauan Pasifik.

World Migratory Bird Day 2014 Event Map

Posisi Indonesia yang terbentang antara benua Australia dan Asia Daratan di sisi utara, memiliki nilai penting dalam migrasi burung yang terjadi setiap tahun. Misalnya Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Pada musim kemarau, burung-burung pemakan ikan bermigrasi ke wilayah ini untuk mencari makan. Burung-burung pencari ikan diantaranya dari famili Alcedinidae seperti Raja Udang, serta berbagai spesies langka dari famili Bucerotidae (rangkong) dan famili Ciconiidae (bangau). Dari seluruh jenis spesies burung yang ada di Indonesia (1.519) maka 20%-nya (310 spesies) berada di Danau Sentarum.

Selain itu Indonesia juga menjadi tujuan akhir bagi berbagai burung raptor untuk bermigrasi.  Ribuan raptor bermigrasi mencari makan dari kawasan Asia Utara  menuju kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia tujuan migrasi terbesar raptor Asia Timur, dan sebagian kecil mereka ke Timor Leste.  Musim migrasi biasa dua kali: musim gugur (September-November), dan musim semi (Maret-Mei).

Tema turisme atau wisata, menjadi pilihan mengingat setiap tahun perpindahan burung-burung dari utara ke selatan ini menjadi fenomena yang menarik di Indonesia. Tahun ini World Migratory Bird Day 2014 di Indonesia, diikuti lebih dari 200 orang dari 14 daerah, antara lain di Pulau Sumatera, yaitu Ogan Ilir, Sumatera Selatan dari Himpunan Mahasiswa Biologi dan  Universitas Sriwijaya Wildlife Photography; Padang, Sumatera Barat dari Museum Zoology Universitas Andalas.

aewa_poster2014_en

Di Pulau Jawa, yaitu Bird Watcher Club of Jakarta-Bogor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor, Universitas Pakuan, dan Universitas Pamulang; Bekasi; Bandung, Jawa Barat dari BICONS (Bird Conservation Society) serta BWP (Be Wildlife Photography); Malang dari Serikat Birdwatcher Ngalam; Surabaya dari Peksia Universitas Airlangga, dan KSBL Pecuk dari Institut Teknologi 10 Nopember; Banyumas, Jawa Tengah dari Biodiversity Society; Yogyakarta, Jawa Tengah dari Burung Jogja;  Semarang, Jawa Tengah dari Pelatik BSC, Universitas Negeri Semarang.

Untuk Pulau Kalimantan, yaitu Ketapang, Kalimantan Barat dari Ketapang Biodiversity Keeping (KBK)/Birding Society of Ketapang (BSYOK). Sedangkan Pulau Bali dari Minpro Satwa Liar Rothschildi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana KPB Kokokan Bali, Himabio. Terakhir Nusa Tenggara Timur, yaitu dari Kupang Birdwatcher Society.

WMBD di Bali

peringatan Hari Burung Migran Dunia 2014. Di Bali (atas) dan di Malang (bawah). Foto:
peringatan Hari Burung Migran Dunia 2014. Di Pulau Serangan, Bali (atas) dan di Malang (bawah). Foto: Rhanie Mbemz (bawah)

Di Indonesia, ekowisata burung sudah mulai berkembang dan dilakukan oleh pengamat burung yang ada di Indonesia. Beberapa kelompok pengamat burung sudah menjadi pemandu untuk turis-turis yang sedang berada di Indonesia. Dengan mengikuti kegiatan dunia, ini menjadi daya tarik turis untuk datang ke Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata,” jelas Fransisca Noni dari Burung Nusantara.

Kegiatan WMBD terdiri dari pengamatan burung, pameran foto, lokakarya, kampanye, pendidikan lingkungan, kompetisi fotografi dan lomba poster. Bersama dengan masyarakat lokal, pengunjung dan staf pemerintah lokal memperkenalkan bagaimana melindungi burung dan habitatnya di alam liar.

Memperingati Hari Burung Migran Sedunia, sekaligus mengingatkan bahwa kesimbangan ekologis di berbagai belahan dunia tak hanya mempengaruhi siklus hidup burung migran, namun juga keseimbangan alam dan dampaknya bagi manusia. Hilangnya siklus migrasi burung maka akan memaksa burung-burung yang bermigrasi untuk bertahan hidup di habitat asalnya yang tengah mengalami kondisi cuaca yang buruk, hal ini akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkembang biak sekaligus mempertahankan populasi mereka. Jika hal ini terus terjadi secara berkelanjutan, maka bukan tak mungkin berbagai spesies burung migran akan punah dalam beberapa dekade.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,