, ,

Sains: Tujuh Fakta Kesalahan Persepsi tentang Rafflesia

Spesies rafflesia atau bunga padma raksasa merupakan salah satu kekayaan keragaman hayati yang dijumpai di hutan tropis Indonesia.  Meskipun sudah relatif banyak dikenal oleh publik, faktanya masih banyak yang masih banyak fakta keliru tentang raflesia.

Dihimpun dari berbagai sumber, Mongabay Indonesia mengumpulkan berbagai fakta yang sering disalahtafsirkan tentang flora langka unik ini.

1.  Rafflesia sama dengan bunga bangkai suweg raksasa

Rafflesia atau padma raksasa merupakan bunga yang dapat mengeluarkan bau busuk.  Namun, umumnya masyarakat umum tertukar dan menyamakan antara rafflesia dengan bunga bangkai suweg raksasa (Amorphophallus titanum).  Meskipun sama-sama berbau bangkai, jenis rafflesia (rafflesia spp) dan suweg merupakan dua jenis yang sama sekali berbeda.

Jika rafflesia bentuk bunganya melebar, maka suweg raksasa memiliki bunga yang tinggi memanjang. Jika rafflesia merupakan tumbuhan endoparasit, maka suweg adalah tumbuhan seutuhnya yang berkembang dari umbi.

Khusus untuk kesalahan ini sangat elementer di masyarakat umum, bahkan Mongabay-Indonesia pernah menjumpai kesalahan ini dalam buku pelajaran IPA bagi siswa sekolah dasar.

Bunga rafflesia (R. arnoldii) gambar sebelah kiri dan bunga bangkai raksasa (A. titanum) di sebelah kanan
Padma  raksasa  rafflesia (R. arnoldii) gambar sebelah kiri dan bunga bangkai raksasa (A. titanum) di sebelah kanan sering tertukar dan dianggap jenis yang sama.  Sumber gambar: Wikipedia

2.  Rafflesia merupakan tumbuhan pemakan bangkai

Masih terdapat persepsi bahwa rafflesia adalah tumbuhan predator, atau tumbuhan yang hidup dari memangsa serangga.  Pemikiran ini disalahartikan dengan pencampuradukan fakta antara rafflesia dan tumbuhan kantong semar (pitcher plant, nepenthes spp.).

Jika bau yang dikeluarkan oleh kantong semar adalah untuk memikat serangga agar terperangkap ke dalamnya, maka bau yang dikeluarkan oleh bunga rafflesia adalah untuk menarik lalat untuk melakukan penyerbukan antara benang sari dan putik.  Menurut para ahli persentase pembuahan rafflesia sangat kecil, karena bunga jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam waktu yang sama.

Bunga rafflesia sendiri hanya berumur satu minggu (5-7 hari) setelah itu layu dan mati, sehingga tidak mungkin keberadaan bunga rafflesia adalah untuk memangsa serangga.

Bunga raffesia tidak tumbuh di atas permukaan tanah, tetapi menempel di batang inangnya tetrastigma.  R. patma yang telah layu menempel di batang.  Foto: Ridzki R. Sigit
Padma raffesia tidak tumbuh di atas permukaan tanah, tetapi menempel di batang inangnya. Dalam gambar bunga R. patma yang telah layu masih menempel di batang tetrastigma. Foto: Ridzki R. Sigit

3.   Rafflesia tumbuh dan berakar di atas tanah

Raflesia tidak tumbuh dan berakar di atas tanah, karena rafflesia merupakan jenis tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya yaitu sejenis tumbuhan merambat (liana) tetrastigma (tetrastigma spp).

Rafflesia tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesa, juga tidak memiliki akar dan tangkai batang.  Ketika inangnya mati, maka raflesia juga turut mati. Rafflesia menyerap unsur organik dan anorganik melalui haustorium atau sejenis akar dari jaringan inangnya.

Rafflesia haselstii di Suaka Margasatwa Rimbang Baling Riau. Salah satu jenis bunga padma raksasa yang  paling indah, rafflesia ini  berwarna merah dan putih. Foto: WWF Indonesia

4.  Rafflesia hanya ada satu macam jenis

Jenis rafflesia yang paling terkenal di dunia adalah R. arnoldii asal Bengkulu yang sering menghiasi berbagai macam poster maupun buku-buku ilmiah di seluruh dunia.

Faktanya jenis rafflesia tidak hanya terdiri dari satu jenis spesies saja.  Diperkirakan di seluruh Asia Tenggara yang melingkupi Sumatera, semenanjung Malaya, Jawa, Borneo dan kepulauan Filipina terdapat sekitar 27 spesies rafflesia.  Adapun 17 spesies diantaranya berada di Indonesia.

Jika bunga R. arnoldii dapat berkembang hingga diameter lebih dari 1 meter dan berat hingga 10 kg, jenis bunga rafflesia terkecil adalah R. manillana yang ada di kepulauan Filipina dengan diameter hanya sekitar 20 cm.

5.  Rafflesia tumbuh hanya di satu tipe hutan

Faktanya habitat hidup rafflesia pun berbeda-beda, dari yang dapat hidup di hutan pantai seperti R. patma di CA Leuweung Sancang di Jawa Barat, R. zollingeriana di hutan dataran rendah TN Meru Betiri Jawa Timur hingga R. rochusenii yang tumbuh di ketinggian 1.000-1.500 m dpl di lereng Gunung Salak dan Gunung Gede di Jawa Barat.

Selama pada habitat tersebut tumbuh inang rafflesia yaitu liana tetrastigma (famili Vitaceae) terdapat kemungkinan rafflesia dapat dijumpai di situ.

Selain keberadaan inang, faktor kecocokan klimat, seperti kelembaban merupakan faktor penting tumbuhnya rafflesia. Beberapa peneliti menduga musang dan beberapa serangga tertentu turut dalam menyebarluaskan biji parasit rafflesia.

6.   Sir Stamford Raffles adalah Penemu Rafflesia

Meskipun secara ilmiah seluruh genus patma raksasa diberi nama rafflesia (terambil dari nama Raffles), faktanya Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles bukanlah penemu rafflesia.  Bunga rafflesia terbesar di dunia yaitu Rafflesia arnoldii ditemukan pada tahun 1818 oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold, seorang peneliti yang saat itu sedang melakukan penelitian di hutan Bengkulu.

Arnold yang bekerja untuk sebuah tim ekspedisi di bawah Raffles kemudian melaporkan temuan ini kepada atasannya.  Nama ilmiah Rafflesia arnoldii merupakan gabungan dari nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Josep Arnold sebagai penemu bunga.

Sejak saat itu nama Raffles menjadi atribut lestari yang melekat sebagai nama genus ilmiah dari tumbuhan patma raksasa yang hanya dapat dijumpai di kawasan hutan-hutan di Asia Tenggara.

Rafflesia patma yang berhasil dibungakan di Kebun Raya Bogor pada tahun 2012. Foto: Ridzki R. Sigit

7.   Rafflesia sudah dapat dikembangbiakan di luar habitatnya

Hingga saat ini rafflesia belum dapat dibudidayakan dan dikembangkan di luar habitat alaminya.  Meski demikian penelitian yang dilakukan oleh Sofi Mursidawati dan timnya dari LIPI telah berhasil menumbuhkan bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor.  Teknik ini dikenal dengan nama grafting atau penyambungan akar inang rafflesia yaitu tetrastigma.

Sebelumnya para peneliti telah memperkirakan akar tumbuhan tetrastigma yang memiliki probabilitas terinfeksi biji parasit rafflesia, kemudian memotongnya dan menyambungkannya dengan tetrastigma lain yang telah ada di Kebun Raya Bogor.  Dibutuhkan waktu hingga 6 tahun hingga R. patma tersebut berbunga pertama kalinya di Kebun Raya Bogor pada tahun 2010.  Keberhasilan ini merupakan yang pertama di dunia.

Meskipun telah berhasil dibungakan di luar habitat alaminya, para peneliti melihat hilangnya habitat alami rafflesia akan berakibat musnahnya tumbuhan unik ini.  Masih banyak misteri yang perlu dikaji tentang rafflesia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,