Pencemaran Meningkat, Kualitas Air Bersih Masih Rendah

Pemerintah Kota Surabaya meluncurkan 14 Kran Air Siap Minum (KASM) di beberapa tempat di Surabaya, diantaranya sekolah, taman dan fasilitas umum seperti terminal. Penyediaan fasilitas air minum ini merupakan rangakaian program pemerintah kota, untuk menyediakan air bersih siap minum bagi seluruh warga kota hingga 5 tahun kedepan.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, masih rendahnya kualitas bahan baku air minum yang disebabkan masih tingginya pencemaran sungai Surabaya, menjadi alasan untuk meningkatkan kualitas bahan baku air minum warga kota Surabaya. Perencanaan dan pembangunan instalasi air siap minum sedang dilakukan, melalui pembagian zona atau wilayah pengelolaan air bersih siap minum.

“Kalau di luar negeri kan memang satu tempat gitu, treatmentnya, kemudian disupply, karena semua sudah bisa terkontrol. Nah kalau di Surabaya kan saya kuatir nanti ada yang gali untuk jalan, ada yang gali untuk lainnya itu, terus kena, kalau satu terkena semua akan terkontaminasi. Makanya terus saya minta mereka (PDAM) memang buat zona-zona gitu,” kata Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, Jumat (23/5).

Pemerintah Kota Surabaya mentargetkan memiliki instalasi air siap minum pada 2019, dimana kualitas air bersih serta sistem distribusi air yang baik dapat dirasakan oleh seluruh rumah tangga di Surabaya. Risma mengatakan, penggantian pipa lama serta pipa rusak dengan pipa baru, merupakan bagian dari perencanaan sistem penyediaan air siap minum bagi warga Surabaya. Proyek pengadaan air bersih siap minum diungkapkan oleh Risma, akan dilakukan di setiap kecamatan di Surabaya yang berjumlah 33 kecamatan.

“Minimal itu satu kecamatan bisa dibuat untuk melayani air siap minum. Pipanya makanya kita ganti baru, kita ganti semua, sehingga nanti pada saat kita siap teknologi dan operasinya untuk air minum itu, pipanya sudah siap. Karena selama ini ada pipa yang jaman Belanda, ada yang sudah korosi, ada yang dulu mungkin sambungannya juga tidak bagus, nah itu kita ganti semua,” ujar Tri Rismaharini kepada Mongabay-Indonesia.

Gerakan membersihkan kali Surabaya. Foto: Ecoton
Gerakan membersihkan kali Surabaya. Foto: Ecoton

Pembuatan zona-zona pengelolaan air minum tahun ini telah dimulai dikerjakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya, yang untuk tahun ini direncanakan ada 25 zona atau Distrik Meter Area (DMA).

Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Swasembada Kota Surabaya, Ashari Mardiono mengatakan, upaya penyediaan air bersih siap minum dilakukan dengan membuat percontohan Kran Air Siap Minum di beberapa tempat di Surabaya, sambil menunggu kesiapan teknologi serta infrastruktur yang harus dibangun.

“Kita ikuti arahan pusat (Kementerian Pekerjaan Umum) sampai dengan 2019 nanti 5 tahun kedepan, kita punya rencana untuk dapat melayani semuanya. Kalau air siap minum, sekarang prototypenya di Surabaya ini anda bisa lihat, kita punya Kran Air Siap Minum, itu ada di 14 tempat, di taman-taman kota, sekolah, hingga terminal,” terang Ashari Mardiono, Direktur Utama PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

Melalui Kran Air Siap Minum ini, dapat dipastikan bahwa secara teknologi dan teknis, penyediaan air siap minum dapat dilakukan, meski belum dapat secara keseluruhan.

“Dengan DMA dan lain sebagainya, kita akan upayakan itu. Nanti idealnya kalau semua warga terlayani, itu sekitar 360-an sub-zona, yang terbagi dari 5 zona besar,” ungkap Ashari.

Ashari berharap dapat bekerjasama dengan institusi pendidikan serta institusi lainnya, untuk dapat menggalang langkah-langkah penghematan sumber daya air, serta kepedulian terhadap lingkungan melalui konsep-konsep eco park, eco office, eco school, eco campus, dan lain sebagainya.

“Termasuk di sekolah-sekolah kita jalin kerjasama agar pengelolaan sumber daya air ini menjadi lebih baik,” ucap Ashari ditemui saat peresmian Kran Air Siap Minum di SMA Negeri 16 Surabaya.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan target utama dari program ini adalah terpenuhinya kebutuhan air siap minum warga Surabaya, bukan sekedar air bersih.

“Seluruh surabaya airnya siap minum, bukan hanya air bersih. Target kami 5 tahun mendatang sudah 100 persen,” tegas Risma yang menyebut wilayah Surabaya Timur sudah dimulai dilakukan pengerjaan proyek ini.

Ashari Mardiono menyebutkan untuk mengalirkan air ke lebih dari 500.000 pelanggan di Surabaya, masih terkendala infrastruktur jaringan yang belum tertata. Pembangunan sebuah DMA yang mampu melayani 1.500 sampai 3.000 pelangan, membutuhkan dana sekitar 600 hingga 800 juta rupiah. Terkait persoalan dana, PDAM mengaku tidak ada masalah untuk penyediaan anggaran.

“Surabaya pelangannya lebih dari 500.000 sehingga harus bertahap. Istilahnya kecamatan, atau dari kami disebut zona, sekitar 360-an sub-zona yang terbagi dari 5 zona besar,” tutur Ashari.

Sementara itu Kepala SMA Negeri 16 Surabaya Sudarminto mengatakan, keberadaan Kran Air Siap Minum di sekolahnya diharapkan dapat membantu peserta didik untuk kebutuhan air bersih yang higienis.

“Anak juga bisa terbantu belajar dengan baik kalau oksigennya cukup, air ini kan pengantar oksigen yang baik,” kata Sudarminto.

Pendidikan lingkungan kata Sudarminto, telah diberikan kepada siswa-siswi didik di sekolah itu, seperti dengan membiasakan berhemat listrik atau hemat energi, penerapan hari Jumat bersih, melarang penggunaan plastik di lingkungan sekolah, mematikan air pada periode tertentu sebagai bentuk penghematan, hingga pembuatan biopori di taman dan halaman sekolah.

“Semua itu sudah kita lakukan, dan juara-juara dibidang lingkungan sduah kita raih, termasuk anugerah sekolah adiwiyata,” lanjut Sudarminto.

Tri Rismaharini berharap dengan adanya upaya penyediaan air bersih siap minum, seluruh warga masyarakat turut serta menjaga kelestariannya, termasuk dari ulah jahil dan usil para perusak lingkungan dan fasilitas umum.

“Ada pengawasan di taman-taman, itu bentuk perawatan, kalau ada yang jahil kita akan benahi lagi. Petugas Satpol PP ada untuk menjaga fasilitas umum itu 24 jam,” tandas Risma.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini memberi nasehat kepada para siswa untuk peduli terhadap lingkungan. Foto: Petrus Riski
Walikota Surabaya Tri Rismaharini memberi nasehat kepada para siswa untuk peduli terhadap lingkungan. Foto: Petrus Riski

Butuh Anggaran Besar Sediakan Air Bersih dan Sanitasi Layak di Indonesia

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum mengakui dibutuhkan anggaran yang cukup besar, untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi sehat sesuai target universal akses pada 2019.

“Indonesia butuh 274 triliun rupiah atau sekitar 27 milyar US dollar untuk pengembangan air minum. Dan untuk pengembangan sanitasi layak dibutuhkan 385 triliun rupiah atau sekitar 39 milyar US dollar,” kata Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, saat membuka Indowater Expo and Forum 2014 di Surabaya, pada 21-23 Mei.

Joko Kirmanto mengatakan, persoalan air bersih dan sanitasi sehat merupakan isu yang sangat penting bagi masyarakat dunia, tidak terkecuali bagi Indonesia selain permukiman yang layak. Air dan sanitasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan, karena sudah semakin terbatas jumlahnya dan menurun kualitasnya. Maka peningkatan akses terhadap air dan sanitasi harus terus diupayakan, agar semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati layanan di biang air dan sanitasi ini.

“Indonesia terus menerus berupaya meningkatkan akses di bidang air dan sanitasi, khususnya di 10 tahun terakhir sejalan dengan komitmen pemerintah memenuhi target MDG’s yakni berkurangnya setengah jumlah penduduk yang tidak terlayani air minum dan sanitasi yang layak pada 2015 ini,” kata Joko Kirmanto dihadapat delegasi yang hadir dari berbagai negara.

Di kawasan Asia-Pasifik dalam kurun waktu 1990-2010, terdapat lebih dari 18 persen rumah tangga telah mendapatkan akses air minum, dan lebih dari 22 persen rumah tangga mendapatkan fasilitas sanitasi yang layak. Sementara itu di kawasan yang sama, terdapat lebih dari 400 juta orang atau 9,5 persen masyarakat masih belum mendapatkan askes air minum, serta 1,7 milyar orang atau 40 persen masih belum menikmati fasilitas sanitasi yang layak. Jumlah itu termasuk sekitar 790 juta orang masih melakukan buang air besar sembarangan (BABS).

“Pemerintah Indonesia berkomitmen memenuhi target MDG’s yakni adanya peningkatan akses air minum sebesar 25,4 persen, dan sanitasi 21,5 persen dalam periode 2004-2013. Dengan capaian tersebut, akses air minum pada akhir 2013 telah mencapai 67,7 persen, dan sanitasi mencapai 59,7 persen. Indonesia optimis dapat mencapai target MDG’s untuk air minum sebesar 68,8 persen, dan sanitasi 62, 4 persen pada 2015,” papar Joko Kirmanto.

Pemenuhan itu ujar Joko Kirmanto, tidak selalu sesuai harapan karena banyak kedala dan tantangan yang dihadapi. Tantangan yang dihadapai antara lain penduduk yang tersebar, dan sebagian tinggal di pulau-pulau terpencil. Juga persoalan pertambahan penduduk dan perubahan iklim, peningkatan urbanisasi dan perkembangan ekonomi yang bertumbuh dengan baik sehinga menyebabkan peningkatan kebutuhan air dan energi, termasuk bertambahnya limbah dan polusi.

IPAL yang dimiliki warga di kawasan Karah, Surabaya. Foto: Petrus Riski
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), salah satu upaya menjaga kualitas air. Ini adalah IPAL yang dimiliki warga di kawasan Karah, Surabaya. Foto: Petrus Riski

“Sebagai akibatnya terjadi penurunan kualitas lingkungan, pencemaran sumber air dan pengambilan air tanah yang berlebihan. Untuk mengatasi penurunan kualitas dan kuantitas sumber air, Indonesia telah melaksanakan pengelolaan sumber daya air terpadu yang mengatur pemanfaatan dan konservasi sumber daya air dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, untuk mengoptimalkan penggunaan air bagi kesejahteraan masyarakat yang tertuang dalam UU Sumber Daya Air,” Jiko Kirmanto menyampaikan.

Isu strategis dalam penyedian layanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan lanjut Joko Kirmanto, juga dihadapi oleh negara lain. Aspek kelembagaan, peningkatan tata kelola dalam pengusahaan air minum dan sanitasi, sangta diperlukan untuk meningkatakan efektifitas pemanfaatan dan efisiensi pengelolaan. Masih tingginya angka kehilangan air dan borosnya pemakaian energi, merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan.

“Maka perlu inovasi untuk penggunaan air baku yang lebih hemat dengan terbatasnya air baku yang tersedia, khususnya pada pulau-pulau kecil yang terpencil, agar tidak banyak menambah biaya pengelolaan air,” imbuhnya.

Untuk mencapai ketahanan air, ada 5 hal yang menjadi kunci untuk mencapai target itu, yakni ketahanan air rumah tanggah, ketahanan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ketahanan air perkotaan, ketahanan air lingkungan, dan ketahanan air terhadap bencana yang disebabkan oleh air.

“Setiap negara perlu menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mewujudkan ketahanan air tersebut, semua stakeholder diharapkan ikut menyumbangkan pemikiran untuk penyusunan kebijakan dan strategi. Semua itu agar layanan air minum dan sanitasi dapat terwujud bagi masyarakat,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,