,

Profauna Ganti Logo, Fokuskan Penyelamatan Hutan dan Satwa

ProFauna Indonesia meluncurkan logo baru serta program kerja baru, yang akan menjadi fokus perhatian ProFauna kedepan. Logo lama ProFauna yang berupa lutung jawa tetap digunakan, hanya saja ada modifikasi serta penambahan gambar tanaman paku-pakuan serta pohon, yang menunjukkan fokus ProFauna akan lebih difokuskan pula untuk konservasi serta penyelamatan hutan.

Ketua Profauna Indonesia, Rosek Nursahid mengatakan, dengan nama dan logo baru ini ProFauna akan bekerja untuk melindungi satwa yang saat ini terus mengalami pengurangan akibat diburu dan diperjualbelukan, serta hutan yang semakin banyak mengalami deforestasi. Rosek mengutarakan, sebelumnya nama ProFauna hanya berupa nama tanpa arti, namun sekarang nama ProFauna memiliki arti yakni Protection of Forest and Fauna.

“Setelah 20 tahun ProFauna bekerja untuk isu pelestarian satwa liar dan habitatnya di Indonesia, kami melihat perlu ada sebuah semangat baru yang kemudian ditandai dengan logo baru dan juga nama baru,” ujar Rosek Nursahid kepada Mongabay Indonesia, ditemui di Petungsewu Wildlife Education Center (P-Wec), Kabupaten Malang, Minggu (1/6).

Dengan logo dan arti baru, Rosek berharap hal itu akan semakin memperkuat kebijakan ProFauna pada isu hutan. Sebelumnya isu hutan hanya mencakup 25 persen dari total program ProFauna. Namun kini isu hutan sama besarnya dengan isu penyelamatan satwa liar.

“Jadi kedepannya ProFauna akan secara serius, bukan sekedar menangani kasus-kasus perdagangan atau eksploitasi satwa liar, tapi juga akan menangani kasus-kasus eksploitasi hutan dan kejahatan hutan,” kata pendiri ProFauna Indonesia itu.

Meningkatnya perhatian ProFauna terhadap isu penyelamatan hutan didasari pada perjalanan ProFauna ke Kalimantan Timur pada April-Mei lalu, yang menunjukkan semakin parahnya deforestasi di berbagai daerah di Indonesia.

“Maka ProFauna memutuskan untuk betul-betul total lebih tinggi intensitasnya untuk bekerja pada isu hutan karena hutan ini terkait dengan pelestarian satwa liar dan juga manusia, artinya menjadi satu paket,” katanya.

Para suporter ProFauna di Jawa Timur menghadiri peluncuran New ProFauna Indonesia

Dengan semakin berkembangnya jaringan dan suporter ProFauna, serta didasari banyaknya keluhan dan laporan perusakan hutan, ProFauna berharap adanya pemberdayaan masyarakat sipil untuk ikut serta menjaga dan memelihara hutan yang masih asli dari ancaman deforestasi.

“Pada upaya pencegahan perdagangan satwa liar, rehabilitasi hingga pelepasliaran ke alam, persoalan yang muncul justru ada pada semakin sulitnya menemukan hutan alam yang menjadi tempat satwa liar itu dilepas, karena sudah berubah fungsi menjadi pertanian, pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan permukiman. Maka yang terisisa harus sama-sama kita jaga dan lindungi agar tidak semakin habis,” tegasnya.

New ProFauna memfokuskan pada 6 isu utama, yaitu terkait perdagangan dan kajahatan terhadap satwa liar, perlindungan hutan, menentang penyalahgunaan satwa liar, dukungan terhadap masyarakat lokal, ranger atau relawan penjaga hutan, serta gerakan masyarakat sipil untuk pelestarian alam.

“Dengan melibatkan masyarakat untuk menjaga hutan maka akan lebih mudah, karena tanpa ada keterlibatan masyarakat di sekitar hutan maka upaya menyelamatkan hutan dan satwa yang ada didalamnya hanya mimpi besar,” pungkas Rosek.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,