Lembaga riset internasional World Resources Institute ( WRI ), hari ini, untuk pertama kalinya merilis peta konsesi sawit yang dapat diakses untuk semua perusahaan sawit anggota RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). WRI bekerja sama dengan RSPO merilis peta konsesi sawit dari dengan luas daerah 12 % dari total produksi minyak sawit global pada tahun 2012. Peta tersebut dirilis bersamaan dengan acara RSPO di London.
Peta konsesi menunjukkan secara tepat di mana minyak sawit bersertifikat RSPO diproduksi dan bersama-sama dengan data lain dalam Global Forest Watch ( GFW ) yang dapat digunakan pembeli kelapa sawit dan pemasok untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk mendukung produksi minyak sawit yang berkelanjutan sekaligus melindungi hutan .
“Untuk pertama kalinya peta detil tentang kebun sawit akan tersedia di website GFW. Kami mulai melihat perubahan yang luar biasa dari pemakaian teknologi baru yang mendorong perusahaan untuk berbagi informasi dan bekerja sama untuk meningkatkan pengelolaan hutan. RSPO dan perusahaan anggotanya kini memimpin industri kelapa sawit terhadap transparansi yang lebih besar,” kata Presiden dan CEO WRI, Dr Andrew Steer dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta pada Rabu ini (4/5/2014).
Peta tersebut akan dapat diakses melalui website GFW – Commidities. Dengan peta tersebut, perusahaan dapat menilai dampak dari produk sawit mereka terhadap hutan. Website GFW – Commodities dibangun di atas platform GFW yang inovatif, pemantauan hutan online yang dinamis dan sistem peringatan dari masyarakat dari berbagai tempat, yang semuanya bertujuan untuk pengelolaan hutan.
GFW yang baru diluncurkan WRI bekerjasama dengan 40 mitra, menyatukan teknologi satelit, data yang terbuka, dan pelibatan berbagai pihak untuk menjamin akses terhadap informasi yang tepat waktu dan dapat diandalkan tentang hutan . GFW-Commmodities sedang diuji oleh perusahaan yang membeli dan menjual produk utama yang berdampak pada hutan.
“Krisis kebakaran lahan dan asap di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan permintaan publik untuk data tentang di mana perusahaan-perusahaan kelapa sawit beroperasi dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola lahan. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan RSPO untuk membawa transparansi ke publik pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya,” lanjut Adrew Steer.
Peta dari perusahaan anggota RSPO mencakup lebih dari 1,6 juta hektar konsesi kelapa sawit di lima negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kamboja, Papua Nugini dan Brasil. Luas kawasan itu menghasilkan lebih dari enam juta ton produksi minyak sawit tahunan dari 134 pabrik , atau sekitar 12 % dari total produksi minyak sawit global pada tahun 2012. Peta akan diperbarui pada Mei 2013.
Rilis peta RSPO adalah tonggak di jalan untuk transparansi yang lebih besar . Pada September 2014, RSPO mengharapkan peta kawasan operasional sawit dari semua perusahaan anggotanya dapat tersedia, baik wilayah bersertifikat dan non sertifikat. WRI mengharapkan peta dapat diakses untuk publik pada akhir 2014.
Sedangkan Sekjen RSPO, Darrel Webber mengatakan penggabungan data RSPO dengan Global Forest Watch menandai era baru transparansi untuk sektor kelapa sawit. “Dengan dirilisnya peta yang menunjukkan semua perkebunan kelapa sawit bersertifikat, perusahaan anggota RSPO memberi keyakinan kepada mitra bisnis, pemerintah, dan masyarakat bahwa operasional mereka melindungi hutan dan masyarakat di mana minyak sawit diproduksi . ”
Minyak kelapa sawit menjadi minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, seperti untuk produk kemasan, produk makanan dan kosmetik. Dalam beberapa kasus, budidaya kelapa sawit menyebabkan deforestasi hutan tropis dan konflik dengan masyarakat lokal . RSPO bekerja untuk membuat minyak sawit lebih berkelanjutan melalui sertifikasi dan dengan menciptakan dialog antara petani kelapa sawit, pedagang, produsen merek, pengecer, bank, dan LSM terkemuka, termasuk WRI .