,

Masyarakat Nunukan Kalimantan Utara Terancam Kekeringan

 

Wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara terancam mengalami kekeringan hebat menjelang musim kemarau tahun ini. Penyebab utamanya karena Hutan Lindung Pulau Nunukan (HLPN) mengalami kerusakan akibat pembangunan pemukiman, pembangunan jalan, pembukaan lahan perkebunan sawit dan perambahan.

Tokoh masyarakat setempat merasa prihatin dengan kondisi ini. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Nunukan Haji Hermansyah mendesak Pemerintah Kabupaten Nunukan segera mengambil langkah‑langkah penyelamatan HLPN, mengingat fungsinya yang sangat penting bagi ketersediaan air bagi masyarakat Pulau Nunukan.

Kerusakan HLPN, menyebabkan tiga embung di Pulau Nunukan mengering karena debit air sungai sangat kecil. Embung Sungai Bilal yang menjadi penyedia air baku Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sungai Bilal juga mengering, sehingga sekitar 2.500 pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Pulau Nunukan tidak terlayani selama lebih dari seminggu.

Hermansyah kesal karena hutan yang seharusnya dipelihara kelestariannya justru diubah menjadi lahan perkebunan. Bahkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan berinisiatif membangun jalan di HLPN.“Jalanan itu siapa yang memakai?  Dalam sehari, belum tentu ada yang lewat jalan itu. Malah kita yang rugi (karena hutan rusak),” lanjutnya.

Mantan anggota DPRD Nunukan ini menyesalkan ketidakseriusan Pemkab mengatasi kerusakan HLPN.“Hutan lindung HLPN sudah seringkali dibicarakan mulai dari zaman Wakil Bupati Pak Kasmir sampai sekarang tetapi tidak ada tindaklanjutnya,” tegasnya.

Dia melihat Pemkab melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) perlu mengembalikan fungsi HLPN, seperti melakukan penanaman pohon radius 100 meter sepanjang pinggir sungai. Selain itu kepada warga yang terlanjur bermukim di kawasan itu, diwajibkan menanam pohon di pemukiman mereka.

Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkab Nunukan Supriyanto berencana akan mengumpulkan anggota tim yang terkait dengan upaya penyediaan air bersih bagi warga di Pulau Nunukan. Ia belum bisa memastikan langkah yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Nunukan terhadap ancaman kekeringan tersebut. “Nanti kita dengarkan masukan dari anggota tim,” katanya.

Supriyanto mengatakan, perlu upaya jangka panjang untuk mengatasi kekeringan, seperti pengerukan embung. “Tetapi itu masih wancana yang perlu dikaji,” katanya. Juga upaya memperbaiki kondisi hutan lindung, sebagai kawasan penyangga air. “Dalam waktu dekat tim terpadu akan rapat. Nanti akan dibahas juga masalah hutan lindung,” katanya.

Pasokan Terbatas

PDAM Nunukan berhasil melayani kembali sekitar 2.500 pelanggan  dari  pasokan air Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sungai Bilal setelah hujan yang mengguyur Pulau Nunukan pada pertengahan Mei. Sebelumnya, selama delapan hari pelanggan tak mendapatkan pelayanan, karena keringnya Embung Sungai Bilal.

Embung yang kering di Nunukan, Kalimantan Utara mengancam pasokan air bagi masyarakat. Foto : Hendar
Embung yang kering di Nunukan, Kalimantan Utara mengancam pasokan air bagi masyarakat. Foto : Hendar

Kepala Bagian Administrasi PDAM Nunukan Suparlan Kasmin mengatakan, meskipun intensitas hujan tidak tinggi dalam beberapa hari ini, namun Embung Sungai Bilal telah menampung 28.000 hingga 30.000 meter kubik air.”Kalau kita produksi dengan kapasitas 30 liter per detik, menghasilkan 2.500 meter kubik per hari, berarti 10 hari kedepan kosong lagi kalau tanpa hujan” ujarnya. Jika embung kembali kering, pihaknya tidak bisa memberikan solusi apapun kepada pelanggan selain menghentikan produksi.

Embung Sungai Bilal mampu menampung 135.000 meter kubik air saat kondisi hulu sungai di HLPN masih bagus. Kondisi berubah ketika terjadi pembukaan HLPN untuk pemukiman dan perkebunan kelapa sawit. “Embung Sungai Bilal sekarang sangat tergantung kepada tampungan air hujan saja,” ujarnya.

Sedangkan, ketersediaan air baku di Embung Sungai Bolong dan Embung Persemaian masih cukup untuk melayani pelanggan, karena memiliki menampung air lebih besar dengan jumlah pelanggan yang lebih sedikit.  IPA Sungai Bilal melayani 2.500 pelanggan, IPA Pasir Putih melayani 1.511 pelanggan sementara sekitar 400 pelanggan terlayani dari IPA Persemaian.

Kedepan, ia berharap agar Pemkab memperhatikan kelestarian lingkungan terutama di kawasan tangkapan air yang berbatasan dengan hulu Sungai Bilal.”Kalau bisa kedepannya dihijaukan kembali. Kalaupun ada  warga yang bermukim di sana, bisa direlokasi. Sehingga ketersediaan air bersih di Pulau Nunukan  yang luasnya 23.000 hektare ini bisa tercukupi,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,