Para Perempuan Tolak Pabrik Semen Bertahan di Tenda, Gubernur Jateng Janji Fasilitasi

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, mendapat ‘bom’ pesan baik di telepon celuler maupun account sosial medianya seperti twitter, kala warga menolak tambang karst dan pembangunan pabrik semen, PT Semen Indonesia, di Gunung Kendeng, mendapat intimidasi TNI/Polri pada Senin (16/6/14).

Dia merespon langsung di twitter. @ganjarpranowo,” Apakah ada yg tahu nama2 Org yg ktnya ditangkap akibat demo semen di Rembang ? Tmsk perampasan kamera wartawan ? Nama Wrtwn n medianya?” katanya pada 16 Juni.

@ganjarpranowo,” Ratusan sms ke saya soal semen Rembang. Ada yg mengatakan terjadi bentrok. Ada yg bilang tdk. Ada yg bs ksh info lapangan?”

Ganjar menyatakan, siap mengakomodasi tuntutan warga dengan memfasilitasi mereka duduk bersama. Dia meminta warga tetap tenang. Dia meminta Semen Indonesia memberikan sosialisasi mengenai Amdal kepada masyarakat.

Seperti dikutip dari Radio Mataair, Ganjar mengklaim sudah bertemu tokoh-tokoh penolak pembangunan pabrik ini. “Jika tetap tidak mau membuka komunikasi dan akan menggugat, dipersilakan.” Ganjar meminta TNI/Polri jangan sampai berhadap-hadapan dengan warga di lapangan.

Masih dari situs sama, Abdul Hafidz, Plt Bupati Rembang, saat dihubungi berjanji segera menjalin komunikasi dengan warga. Hafidz sedang berada di Kalimantan karena ada tugas dinas. Dia akan memperpendek masa tugas dan kembali ke Rembang, Kamis (19/6/14).

Masih Bertahan 

Sedangkan, para ibu-ibu, hingga kini masih bertahan di tenda. Kala siang  mereka kepanasan, malam hari dingin menerpa. Namun, demi perjuangan menyelamatkan lingkungan, mereka bergeming.

Esti Nursofianti tengag memeriksa para ibu-ibu yang aksi bertahan di tenda. Warga, kini memerlukan bantuan makanan dan obat-obatan. Foto: dari Facebook Andreas Iswiranto
Esti Nursofianti tengag memeriksa para ibu-ibu yang aksi bertahan di tenda. Warga, kini memerlukan bantuan makanan dan obat-obatan. Foto: dari Facebook Andreas Iswiranto

Pada Senin malam, usai aksi siang, suasana sempat kembali mencekam. Warga yang mendirikan tenda di dekat pintu masuk tapak pabrik menerima intimidasi anggota polsek dan Koramil Bulumantingan. Tenda mereka diobrak-abrik. Mereka melarang warga dari Desa Timbrangan mendistribusikan makanan untuk peserta aksi. Bahkan polisi melarang warga menggunakan lampu penerangan.

Menurut anggota polisi, larangan menyalakan lampu merupakan instruksi Kapolres Rembang. Baru pada pukul 23.00, suplai makanan dan bahan bakar penerangan bisa masuk.

Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam mengutuk aksi kekerasan aparat terhadap warga Rembang yang aksi damai menolak pendirian pabrik semen.

Dalam pernyataan resmi mereka, tertanda Ming Ming Lukarti, Hairus Salim HS, Bosman Batubara dan Mokh Sobirin, front ini menuntut Komnas HAM mengusut pelanggaran HAM aparat keamanan dalam aksi itu.

“Kami mendukung sepenuhnya aksi warga Rembang menghentikan dan menolak pendirian pabrik semen,” kata Ming Lukarti.

Mereka juga mendesak Pemerintah Jateng dan Rembang menghentikan semua kegiatan Semen Indonesia di daerah itu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,