,

Rudi Putra: Kami akan Terus Berjuang Menjaga Leuser

Awal Mei lalu, di sebuah warung kopi Ulee Kareng Gayo, Medan, dia sejenak merebahkan tubuh di kursi. Secangkir kopi gayo panas diseruput perlahan.

Dia, Rudi Hadiansyah Putra, biasa disapa Rudi Putra. Yakni, penerima penghargaan tertinggi bidang lingkungan, The Goldman Environmental Prize  atas perjuangannya menyelamatkan kawasan ekosistem Leuser (KEL).

Rudi, satu dari enam warga negara di dunia peraih penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup pada Senin (28/4/14) di San Francisco Opera House, California, Amerika Serikat.

Rudi, bercerita kondisi KEL, dulu, kemarin, dan kini, yang sudah jauh berbeda. Ketika menerima penghargaan itu, dia memaparkan kepada dunia, bagaimana perjuangan menjaga dan melawan penjahat kehutanan. Termasuk menghadapi perusahaan besar yang masuk ke kawasan Leuser dan menyulap hutan menjadi perkebunan sawit.

Perjuangan Rudi tak mudah. Namun, dia tidak akan pernah berhenti. Bersama tim, Rudi akan terus bergerak menjaga keseimbangan alam di KEL, ada maupun tak ada dana. 

Berikut perbincangan Rudi Putra bersama Ayat S Karokaro dari Mongabay-Indonesia, seputar ancaman di KEL dan penghargaan yang dia terima.

Mongabay-Indonesia: anda memperoleh penghargaan karena berjuang menyelamatkan KEL. Bisa diceritakan tentang kondisi KEL kini?

Rudi Putra: Leuser itu sangat penting dilindungi. Kawasan ini bukan hanya berperan mendukung empat juta penduduk di sekitar, juga menjaga keseimbangan dunia, serta melestarikan keragamanhayati, yang tidak ada di tempat lain.

Sekitar 50-70 persen sumber obat-obatan dari hutan tropis, salah satu di KEL. Saya pasti terus bergerak untuk alam, lingkungan KEL, ada atau tidak ada dana.

Ada beberapa spesies di KEL paling terancam punah, yakni badak, gajah, harimau, dan orangutan Sumatera. Ini empat sepesies karismatik dunia. Populasi sangat menghawatirkan.

Data kami, sejak beberapa tahun lalu, dari 2,25 juta hektar kawasan hutan KEL, 25 persen sudah hutan. Laju kerusakan hutan akibat illegalogging, pembukaan perkebunan dan pertambangan. Ini menyebabkan 30% dari 2,25 juta KEL, rusak cukup parah.

Dampaknya, berbagai spesies terancam punah atau mati. Populasi gajah Sumatera di Indonesia sekitar 1.700, 500 hidup di Aceh. Sekitar 400 di KEL. Beberapa tahun ini populasi menurun tajam. Setiap tahun diperkirakan 30 gajah terbunuh, akibat konflik dan diburu.

Begitu juga harimau, di Leuser sekitar 120 ekor. Ini terus menurun tajam. Indikasinya, di berapa tempat dulu banyak harimau, penelitian terbaru, hanya menemukan dua klip foto harimau di areal 6.000 hektar. Clip itu terlihat harimau sangat muda, dan dulu sangat padat habitat harimau. Lokasinya di Gayo Luwes, dan Aceh Tenggara. Begitu juga orangutan, dari 6.000, turun tajam.

Kemungkinan hanya ada penambahan badak, tetapi belum bisa disebutkan. Masih penelitian tim kami di lapangan Jika tidak ada proteksi, lima tahun kedepan satwa-satwa di KEL bisa punah. Poin pentingnya, menjaga keberlangsungan hutan.

Belum lagi, sumber air Aceh, di KEL juga. Banjir karena penebangan hutan di KEL terus dirasakan. Ini sangat merugikan.

Rudi Putra, kala proses penghentian perkebunan sawit ilegal di KEL. Foto: dokumen Goldman Prize

Mongabay-Indonesia: Adakah potensi ancaman lain bagi kelestarian KEL?

Rudi Putra: yang terpenting, bagaimana pemerintah benar-benar menjaga dan melindundungi KEL. Karena ada beberapa rencana yang berpotensi merusak kawasan ini. Kementerian Kehutanan, sudah menyetujui melepas 80.000 hektar KEL menjadi kawasan non hutan, dan 35.000 hektar lagi menunggu persetujuan DPR.

Ada tata ruang yang akan membangun jalan berpotensi merusak KEL. Selanjutnya perizinan penebangan hutan melalui HPH, HTI, dan kegiatan lain, akan di izinkan di KEL, termasuk pertambangan dan perkebunan  dalam waktu dekat. Ini akan menjadi ancaman besar, di depan mata. Fokus utama kami, bagaimana ini bisa dibatalkan, dan bagaimana kawasan konservasi ini tidak habis.

Pesan saya, selamatkan hutan. Hutan Indonesia masih luas, tetapi saya pikir, luas sangat minimum untuk mendukung kehidupan masyakarat. Tanpa hutan, kita akan binasa.

Mongabay-Indonesia: Pembangunan di Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam, salah satu kehutanan.  Bagaimana anda melihat ini?

Rudi Putra: Managemen pengelolaan kehutanan terutama kawasan konservasi, harus ditingkatkan dan direformasi. Itu harus cepat dan mendesak. Indonesia harus meninggalkan ekonomi eksploitasi. Dimana-mana, Indonesia dianggap memiliki tanah cukup luas, padahal tidak lagi. Tanah sudah tidak subur akibat kerusakan hutan. Secara alamiah, tidak lagi layak menjadi lahan pertanian. Padahal, negara maju seperti Jepang dan Eropa seperti Finlandia, Swedia dan lain-lain, bisa maju dan berhasil menjaga hutan. Mereka tidak merusak hutan.

Ini yang menjadi pertanyaan saya. Mengapa Indonesia tidak menyadari? Saya terharu ketika di acara begitu besar, perwakilan pemerintah Amerika Serikat, dan seluruh peserta termasuk undangan, tampak sedih dan menangis, melihat bagaimana deforestasi hutan di KEL. hutan Indonesia rusak parah. Tinggalkan ekonomi eksploitasi hutan sekarang juga, agar generasi penerus bisa melihat hutan dan ekosistem tetap ada.

Bersama tim, hari-harinya diisi buat menjaga KEL. Foto: dokumen Goldman Prize

Mongabay-Indonesia: Saat menerima penghargaan, dan berbicara di hadapan masyarakat internasional, apakah mereka tahu KEL? Bagaimana sambutan di sana?

Rudi Putra: Saya kira, dunia tidak mengenal KEL. Ternyata dugaan itu meleset. Mereka sangat tahu.

Sambutan mereka sangat luar biasa, ketika saya bercerita soal hutan dan spesies di Aceh dan Indonesia, yang hadir begitu serius mendengarkan.

Masyarakat dunia sangat menghormati kelestarian lingkungan, termasuk di KEL. Isu sawit Indonesia paling mengemuka, negatif dimata dunia. Apalagi penyebab utama deforestasi di Indonesia, sawit.

Mongabay-Indonesia: Apa yang harus dilakukan agar semua pihak bisa menyadari betapa penting hutan bagi generasi dan kehidupan mendatang?

Rudi Putra: Jika pendidikan, kesejahteraan dan kesadaran sudah terbangun di masyarakat dan dapat dirangkul sebanyak-banyaknya, serta mampu diberikan pemahaman soal hutan dan lingkungan, saya optimistis konservasi akan terjadi.

Mongabay-Indonesia: Menurut anda, sistem ekonomi apa yang dipakai Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam kini? 

Rudi Putra: Ekonomi Indonesia mengandalkan eksploitasi sumberdaya alam tidak berkelanjutan. Sistem ini dipakai sekarang. Padahal itu hanya ekonomi sesaat. Harusnya, pembangunan ekonomi berkelanjutan, ekonomi hijau yang sesungguhnya.

Mongabay-Indonesia: Setelah ini, apa langkah anda selanjutnya?

Rudi Putra: Bersama tim, kami terus lakukan dan telah berjalan, adalah meningkatkan proteksi spesies langka. Ini sangat penting. Saat ini banyak spesies di KEL menjadi buruan. Meski hutan tersisa dan masih ada, mereka pasti akan punah jika tidak segera dilindungi. Itu mutlak dilakukan.

Lalu, meningkatkan dan menyelesaikan restorasi hutan yang sudah beralihfungsi menjadi perkebunan sawit ilegal, baik yang disita maupun belum.  Juga kampanye kepada masyarakat, pemerintah lokal dan nasional serta internasional akan terus kami lakukan.

Penerima penghargaan The Goldman Environmental Prize, Rudi Putra, sesaat setelah tiba di Medan. Foto: Ayat S Karokaro
Penerima penghargaan The Goldman Environmental Prize, Rudi Putra, sesaat setelah tiba di Medan. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,