,

Menebar Virus Cinta Lingkungan Di Kaki Palung

Suasana hening terasa di tepian hutan.  Hanya suara gemiricik air dari arah sungai yang memecah kesunyian. Sesekali suara sahutan burung terdengar. Desir angin menerpa pepohonan.

Tiba-tiba satu suara bariton seorang lelaki menggema, menyapa kerumunan bocah-bocah lugu di sekitarnya. “Adik-adik, tahukah Anda boneka apa yang ada di tangan saya?” kata laki-laki itu kepada sekumpulan bocah disekitarnya. Serentak bocah-bocah itu menjawab, “Orang utan…!”

Begitulah rekaman suasana belajar di Bentangor Pampang Environmental Education Center milik Yayasan Palung. Lelaki itu adalah seorang relawan di sekolah alam yang terletak di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Sekolah alam ini jauh dari kesan formal. Relawan mengajar santai. Kadang bernyanyi, bertutur, dan bermain. Cara menyampaikan pesan seperti itu dinilai jauh lebih efektif. Berbagi cerita dengan alat bantu boneka orangutan (puppet show), ceramah lingkungan (lecture), dan belajar langsung di alam bebas adalah rangkaian aktivitas yang rutin dilaksanakan.

Bentangor Pampang Environmental Education Center disokong tenaga pengajar dari relawan Tajam dan RebonK. Sejak 2010 lalu, para relawan sudah turut ambil bagian dalam menyebar “virus” cinta lingkungan hingga menyasar ke sekolah-sekolah.

Siswa sekolah Siswa sekolah alam sedang melakukan pengamatan flora dan indikator air di kawasan Sekolah Alam  Bentangor Pampang Environmental Education Center milik Yayasan Palung. di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Foto :  Petrus Kanisius
Siswa sekolah Siswa sekolah alam sedang melakukan pengamatan flora dan indikator air di kawasan Sekolah Alam Bentangor Pampang Environmental Education Center milik Yayasan Palung. di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Foto : Petrus Kanisius

Sadar ancaman terhadap lingkungan di sekitar Taman Nasional Gunung Palung kian besar, mereka pun secara sukarela membagi tenaga dan waktu untuk berbagi kisah alam bagi sesama. Bahkan, kisah itu sudah disematkan kepada anak-anak usia dini.

Selain berbagi cerita langsung di alam, relawan juga menyasar sejumlah sekolah binaan Yayasan Palung. Mereka pun tak segan mengajar di kelas dan memberikan materi dasar lingkungan, pengetahuan khusus, dan isu-isu kekinian yang menyangkut satwa-satwa dilindungi seperti orangutan berikut habitatnya.

Selain itu, materi kerelawanan, sispala dan dasar pengorganisasian, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat juga disampaikan. Sedangkan belajar secara langsung di alam dilakukan melalui fieldtrip dan pendidikan dasar (diksar). Saat belajar di hutan, mereka dapat mengamati tumbuh-tumbuhan obat di sekitar hutan dan pengamatan satwa.

Tidak hanya itu, beberapa sekolah yang sudah memiliki organisasi seperti Sispala, menjadi salah satu agenda rutin kunjungan para relawan dan memberikan materi-materi dasar tentang Sispala di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara.

Berdasarkan catatan yang ada, sekolah alam ini disokong 50 dari 100 tenaga relawan. Mereka berasal dari Relawan Konservasi Taruna Penjaga Alam (RK- TAJAM) di Ketapang dan Relawan Bentangor Konservasi (RebonK) di Kayong Utara. Mereka terdiri dari anak-anak sekolah dan perguruan tinggi.

Ranti Naruri, salah seorang pembina relawan dari Yayasan Palung mengatakan, relawan ini bisa menjadi motivator lingkungan bagi anak-anak serta pemuda-pemudi di Kayong Utara. “Mereka secara sukarela bergerak melakukan aksi-aksi nyata terhadap hutan dan lingkungan untuk generasi mendatang,” katanya di Sukadana, Rabu (2/7/2014).

Menurut Ranti, agenda ini juga menjadi ajang bagi anak-anak lokal menempa diri serta belajar mengembangkan pengetahuan tentang konservasi. Ia menjadi sarana mengaktualisasi diri dalam bentuk keterampilan dan ide-ide yang dimiliki. Artinya, peluang berbuat kebaikan untuk alam dan lingkungan menjadi salah satu kewajiban bagi para relawan.

Ranti menyebut, peran serta para relawan dalam menebar “virus” cinta lingkungan ini mengandung nilai kesalehan sosial. “Kita mungkin belum bisa berbuat banyak. Tapi dengan bekal ilmu yang dimiliki, kita sudah berhasil menyampaikan informasi yang baik kepada para siswa tentang konservasi orangutan dan hutan pada umumnya. Setidaknya, aplikasi ilmu itu sudah mulai tampak lewat budaya menanam pohon di sekolah-sekolah yang ada di Kayong Utara dan Ketapang,” ucapnya.

Anak-anak sedang belajar mengidentifikasi daun di Sekolah Alam  Bentangor Pampang Environmental Education Center milik Yayasan Palung yang terletak di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Foto : Petrus Kanisius
Anak-anak sedang belajar mengidentifikasi daun di Sekolah Alam Bentangor Pampang Environmental Education Center milik Yayasan Palung yang terletak di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Foto : Petrus Kanisius

Semoga dengan semangat para relawan dalam menebar ‘virus’ cinta lingkungan,  maka hutan dan kehidupan hutan di kawasan Kayong Utara akan tetap terjaga dan lestari sampai anak cucu mendatang.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,