Yuk, Beraktivitas Positif di Bulan Ramadan lewat Aksi Bersih Sampah Hingga Tanam Mangrove

Minggu pagi (06/07/2014) sekitar pukul 05.30, terlihat sekitar 20-an anak muda mengenakan pakaian olahraga berangkat ke Pantai Panjang di kota Bengkulu.  Setelah berolahraga sebentar, mereka pun memungut sampah yang berserakan di pantai kebanggaan warga kota Bengkulu yang terbentang sepanjang 7 km, yang setiap harinya ramai dikunjungi wisatawan itu.

Setelah beristirahat, sekitar pukul 08.00, anak muda yang terdiri pelajar dan mahasiswa itu sampai di Pantai Jakat di Desa Pondok Besi. Di pantai ini, selain memunguti sampah, mereka pun melanjutkan kegiatan berupa penanaman mangrove di pantai yang kondisi kritisnya sepanjang 3 kilometer.

Meskipun saat itu sedang  dalam bulan puasa ramadan, mereka tetap semangat melakukan kegiatan bersih dan tanam mangrove ini. Apa yang melandasi mereka melakukan kegiatan tersebut?

“Kami prihatin dengan kondisi pantai dan kami mencoba memperbaikinya. Caranya kegiatan memungut sampah dan penanaman mangrove atau pohon ketaping setiap minggu,” jelas kata Feri Vandalis, selaku koordinator kegiatan tersebut.

“Kami lakukan kegiatan ini sejak awal Mei 2014 lalu. Tim yang turun bergantian. Setiap minggu yang turun berkisar 20-25 orang. Syukurlah, sekitar empat minggu lagi, Pantai Jakat ini mungkin sudah seluruhnya kami tanami mangrove atau bibit ketaping.”

Dijelaskan Feri, kerusakan lingkungan di Provinsi Bengkulu bukan hanya terjadi di wilayah pegunungan. Wilayah pesisir, yakni pantainya sepanjang 525 kilometer, yang menghadap Samudera Hindia, juga mengalami kerusakan. Pantai terus tergerus abrasi.

Garis pantai yang melalui lima kabupaten; Mukomuko, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, Bengkulu Selatan, dan Kota Bengkulu, diperkirakan mengalami abrasi berkisar 2-3 meter per tahun. Ini dikarenakan sebagian besar pantai tidak lagi ditumbuhi mangrove atau pohon ketaping yang selama ini berfungsi sebagai penahan abrasi. “Data kerusakan masih kita kumpulkan, dugaan sementara kami kerusakan mencapai 70 persen,” kata Feri.

Jaringan Aksi dari Para Relawan dan Forum Peduli Lingkungan

Awalnya, pada akhir April 2014 lalu, aktivis Walhi Bengkulu berdiskusi bersama sejumlah lembaga seperti Cahaya Perempuan, WCC Bengkulu, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Wilayah Bengkulu. Kemudian beberapa jaringan mahasiswa pencinta alam, serta komunitas pemuda peduli lingkungan hidup seperti Komunitas Mangrove Bengkulu dan Komunitas Puspa Langka Bengkulu. Mereka mendiskusikan mengenai kondisi pantai di Bengkulu yang sudah memprihatinkan.

Dari diskusi tersebut, disepakatilah sebuah perkumpulan yang bernama”Sahabat Walhi Daerah Bengkulu”, yang berisi anak muda di Bengkulu. Tersusunlah program kerja yang terkait dengan persoalan pantai di Bengkulu. Agenda kerjanya melakukan pemungutan sampah dan penanaman mangrove dan ketaping. Wilayah kerja yang pertama di kota Bengkulu.

Kegiatan awal dilakukan pada Kamis (1 Mei 2014) sore, berupa pencarian bibit mangrove di Taman Wisata Alam Pantai Panjang. Minggu (4 Mei 2014) sekitar pukul 05.30 dilakukan penanaman mangrove yang pertama.

Pada kegiatan minggu ketiga, pada 18 Mei 2014, saat bersih-bersih Pantai Tapak Paderi dan Pantai Jakat, mereka kedatangan tamu dari Amerika Serikat yakni Jeff Conant dari Friends Of The Earts (FOE) dan Brihannala Morgan dari RAN (Rainforest Action Network) USA. Mereka ikut terlibat dalam kegiatan Sahabat Walhi Bengkulu bersih-bersih pantai dan menanam mangrove dan ketaping.

“Saat ini anggota kita mencapai 150 orang. Kegiatan masih terfokus di kota Bengkulu. Kita targetnya di lima kabupaten yang berada di pesisir Bengkulu memiliki anggota, yang mana setiap minggu melakukan pembersihan pantai dan penanaman mangrove dan ketaping,” kata Feri.

Salah satu hambatan dalam kegiatan ini, yakni lambannya melakukan sosialisasi kepada generasi muda di Bengkulu. “Maklum kita masih menggunakan dana pribadi. Sosialisasi maupun pertemuan tentunya membutuhkan biaya. Soal bibit mangrove dan ketaping saat ini masih mudah didapatkan,” ujarnya.

Di sisi lain, kata Feri, mereka berharap pemerintah Bengkulu mengeluarkan satu kebijakan untuk penyelamatan pesisir barat Sumatera. “Termasuk pula upaya bersama lintas provinsi di Sumatera. Dari pemerintah Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, untuk mengatasi abrasi di sepanjang pesisir barat ini,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,