,

Lumba-Lumba “Bule” Pertanda Datangnya Musim Ikan Pepija

Di beberapa tempat sudah umum kemunculan suatu jenis satwa menjadi penanda datangnya sebuah fenomena, demikian juga yang terjadi di perairan Tarakan, Kalimantan Utara.  Kemunculan lumba-lumba albino (bule) menjadi pertanda nelayan setempat atas keberadaan ikan pepija atau ikan lembek yang sedang melimpah.

“Jika umumnya mamalia laut seperti lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncates) berwarna hitam keabu-abuan, tidak demikian yang bisa kita jumpai di perairan Tarakan. Warna kulit lumba-lumba disini berwarna merah muda (pink), warna yang tidak lazim ini bukan lantaran terkena zat pewarna atau sengaja di cat, melainkan karena ada kelainan genetika. Kulit tubuh tidak dapat menghasilkan pigmen melamin yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari cahaya matahari.

“Sejak beberapa tahun terakhir, lumba-lumba pink berada di perairan Tarakan, setiap kemunculanya selalu membawa berkah bagi kami karena hasil tangkapan akan melimpah,” ujar Rusli, salah satu nelayan di kelurahan Juata Laut, Tarakan.“ Para nelayan disini tidak berani untuk mengusik apalagi sampai menangkapnya, setiap ada yang tersangkut di jaring selalu dilepas kembali.”

Menurut Rusli, terdapat beberapa kelompok lumba-lumba yang terdiri dari tiga hingga tujuh ekor. Tidak selalu dalam kelompok semuanya berwarna pink, dalam setiap kelompok lumba-lumba pink dapat bercampur dengan lumba-lumba hitam keabu-abuan. Kadangkala dalam satu kelompok memiliki warna yang seragam yaitu pink atau hitam keabu-abuan.  Biasanya kelompok lumba-lumba muncul pada setiap air besar, sekitar pukul 7-11 pagi.

Dituturkan Rusli, jumlah keseluruhan lumba-lumba yang ada di perairan Tarakan kurang lebih mencapai 30 ekor, dimana sekitar 17 diantaranya albino. Dalam pengamatan Rusli, setiap lumba-lumba albino  muncul ikan pepija melimpah. “Sayangnya kemunculannya tidak setiap hari, sehingga pendapatan kami tidak bisa ikut stabil,” imbuhnya sambil tersenyum.

Dalam setiap kesempatan munculnya lumba-lumba albino, para nelayan akan mendapatkan tangkapan ikan pepija yang cukup banyak, setiap kapal dengan kapasitas 1 GT hingga 5 GT mampu menangkap ikan hingga 2 ton. Ikan pepija sendiri adalah komoditi utama andalan Tarakan Utara yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan ikan asin kering tipis, yang harga jualnya lumayan di pasar.

Nelayan Juata Laut sedang mengangkat ikan pepija hasil tangkapan di perairan Tarakan, jika ada kemunculan lumba - lumba albino bisa dipastikan hasil tangkapan akan melimpah
Nelayan Juata Laut sedang mengangkat ikan pepija (Harpodon nehereus) hasil tangkapan di perairan Tarakan, jika ada kemunculan lumba – lumba albino bisa dipastikan hasil tangkapan akan melimpah. Foto: Ali Mustofa

Maskot Wisata dan Harapan Konservasi Laut

Secara terpisah kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tarakan Abidinsyah menjelaskan, bahwa saat ini DKP berencana menggalakan program wisata bahari di daerah pesisir pantai Juata Laut, Tarakan.

Perencanaan program ini dilatarbelakangi adanya populasi lumba-lumba albino yang hidup disepanjang perairan Juata Laut hingga Tanjung Pasir. Lebih lanjut pihak DKP berharap agar pemerintah dapat membuat wilayah konservasi bagi perlindungan populasi lumba-lumba tersebut. Selain itu, DKP juga berniat untuk melakukan observasi terhadap kawanan lumba-lumba albino yang saat ini telah menjadi sahabat nelayan di kelurahan Juata Laut tersebut.

“Masih kita pelajari dulu bagaimana satwa ini hidup, apakah mereka akan selamanya di perairan Tarakan atau hanya sekedar migrasi atau singgah saja,” urainya.

Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan oleh Mongabay Indonesia, kemunculan dari lumba-lumba albino di perairan dunia sendiri sangat jarang ditemukan. Lumba-lumba albino dilaporkan pernah muncul di perairan Jepang, perairan estuaria Lousiana dan lepas pantai Texas di Amerika Serikat.

Menurut para peneliti induk dari lumba-lumba albino biasanya tidak berwarna albino, pun saat dilahirkan lumba-lumba albino masih berwarna abu-abu gelap.

Jenis kealbinoan sendiri dapat beragam dari hanya sekedar corak hingga total albino.  Penelitian lain menyebutkan bahwa munculnya albino dalam populasi mamalia termasuk jarang terjadi, dengan rasio 1 berbanding 10.000 pada setiap kelahiran. Dengan demikian, kemunculan lumba-lumba albino berkelompok di perairan Tarakan menjadi sangat menarik sebagai obyek penelitian ilmiah.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,