Nasib Petani Sawah Lebak di Tengah “Madu” HTI dan Sawit

Sekitar 146.279 hektar lebak dikelola 220 ribu petani di Sumatera Selatan, terancam perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Produksi padi lahan lebakpun kian menurun setiap tahun. Saat ini, per tahun pendapatan mereka rata-rata Rp8 juta atau hasil padi 2,67 ton per hektar.

Selama 10 tahun terakhir, sekitar 25 ribu hektar lebak hilang untuk perkebunan sawit dan HTI. Sekitar 90% di OKI, terutama di Kecamatan Pangkalan Lampan dan Pampangan.“Alih fungsi lahan lebak ini karena dinilai tidak produktif, berubah menjadi perkebunan sawit dan HTI,” kata Ahmad Fitriadi Monginsidi, ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumsel, awal Juli 2014.

Keadaan ini, ternyata memberi dampak populasi kerbau rawa, burung, sejumlah jenis ikan, serta tradisi kerajinan seperti tikar purun, berkurang. “Dulu OKI terkenal sebagai sentra produksi susu dan daging kerbau. Kini sulit didapatkan.”

Data BPS OKI 2004, ke-220 ribu petani sawah lebak itu menyebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 45.687 hektar (31,23%), Kabupaten Ogan Ilir 40.562 hektar (27,73%), dan Kabupaten Banyuasin 16.705 (11,42%).  Sisanya, 29,62% persen tersebar di Musi Banyuasin, Muaraenim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, Musi Rawas, Prabumulih dan Palembang.

Salah satu upaya memperbaiki lahan pertanian sawah, dengan reklamasi. Selama ini, pemerintah hanya fokus lahan pasang surut  hingga dalam 10 tahun terakhir, produksi melampaui pertanian lebak, yang sudah ratusan tahun.

Untuk menyelamatkan lahan lebak, katanya, pemerintah harus menjadikan petani lebak sebagai potensi kedaulatan pangan nasional.

Untuk itu, lahan lebak harus direklamasi. “Reklamasi bukan berarti penimbunan, melainkan perbaikan, peningkatan kualitas lahan, melalui pemberdayaan teknologi dan manusia.”

Saat ini, rata-rata petani lebak di Sumsel menguasai 1,24 hektar. Dari luasan itu produksi padi per tahun hanya 2,67 ton per hektar atau Rp8 juta. Dengan perbaikan tata air mikro dan peningkatan kesuburan lahan melalui reklamasi, produksibisa mencapai 4-5 ton padi per hektar setahun.

“Petani lebak setahun mampu menyumbang 600 ribu ton untuk pangan nasional. Petani makmur, rakyat Indonesia terpenuhi pangan. Negara tidak perlu lagi impor beras.”

Miliki potensi

Sebenarnya, Pemerintah OKI melihat potensi sawah lebak. Mereka berencana menyusun program pengembangan guna ketahanan pangan.

Dedi Kurnawan, kabag Humas & Protokol OKI, mengatakan, Pemerintah OKI akan bekerjasama dengan pemerintah pusat mensosialisasikan potensial sawah lebak ini.  Mereka telah memberikan pendidikan atau penyuluhan petani sawah lebak di Kecamatan Jejawi.

OLYMPUS DIGITAL CAMERAKawasan lebak di Kecamatan Pampangan, OKI. Foto: MH Sobri

sawah1-Screen Shot 2014-07-22 at 9.09.55 PM

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,