,

Ramai-ramai Serukan Penyelamatan Harimau Sumatera

Seratusan massa dari organisasi lingkungan di Sumatera Utara, Minggu sore (20/7/14), menggelar aksi damai menolak perburuan harimau Sumatera. Mereka juga menolak eksploitasi dan perambahan hutan Indonesia.

Kelompok ini dari organisasi penyelamatan harimau Sumatera seperti Tiger Heart, Biopalas, BFS, dan sejumlah mahasiswa lingkungan Univeritas Sumatera Utara (USU).

Mereka menggelar aksi teatrikal yang menceritakan manusia memburu harimau, termsuk menghancurkan hutan tempat tinggal satwa ini. Kostum menyerupai harimau, membuat pengendara motor yang berhenti kala lampu merah memberikan tepuk tangan. Lalu membunyikan klakson mobil dan sepeda motor bersamaan.

Siska Handayani, koordinator Tiger Heart Sumut, mengatakan, aksi ini satu upaya menyadarkan masyarakat, bahwa harimau Sumatera itu sub-spesies terakhir di Indonesia. Setelah harimau Bali dan Jawa punah.“Ini juga memperingati Tiger Day 29 Juli.”

Dia mengatakan, tahun 70-an, populasi harimau Sumatera sekitar 1.000. Namun terus menurun karena perburuan dan konflik degan manusia. Juga pembukaan hutan buat pembangunan dan alih fungsi lahan menjadi sawit, tambang maupun HTI.

Tahun 1992, populasi diperkirakan hanya 400-500 harimau. “Itupun hidup di lima taman nasional, dan dua kawasan lindung,” katanya. Catatan Kementerian Kehutanan, pada 1997, populasi minimal 250 harimau di delapan taman nasional.

Menurut dia, populasi harimau terus menurun, karena perburuan masih terus terjadi. Pemberian sanksi hukum lemah, hingga pelaku tidak jera.

“Ketika pertemuan tingkat tinggi Tiger Summit di St. Petersburg Rusia 2010, dihadiri 13 negara diketahui hampir seluruh bagian tubuh satwa ini bisa diambil dan dijual. Tertinggi dikirim ke China untuk obat-obatan. ”

Di pasaran gelap, bagian kulit, taring dan gigi dikoleksi, dengan harga lumayan mahal. Setidaknya, ada 253 harimau Sumatera diambil dari habitat. “Itu masih 2002, bagaimana kondisi sekarang? Kami pastikan populasi makin turun, ” kata Siska.

Dia berharap, kesadaran semua pihak, baik penegak hukum, pemerintah, maupun masyarakat, untuk tidak memburu harimau Sumatera ini.

Hamdani, mahasiwa USU mengatakan, pemerintah tidak serius menjaga satwa, terlebih yang tergolong terancam punah seperti gajah Sumatera, orangutan, dan harimau. “Tetapi apa? Menteri Kehutanan hanya sibuk kampanye akan dan akan. Di lapagan, terbalik, perburuan meningkat. Mereka sibuk dengan kepentingan individu dan golongan.”

Aksi menuntut penyelamatan habitat harimau Sumatera, sekaligus memperingati Hari Harimau Sedunia di Sumut. Foto: Ayat S Karokaro
Aksi  gabungan menuntut penyelamatan habitat harimau Sumatera sekaligus memperingati Hari Harimau Sedunia di Sumut. Foto: Ayat S Karokaro

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,