,

Indonesia Luncurkan Sistem Canggih Atasi Kebakaran Hutan Dan Kabut Asap. Seperti Apakah?

Setiap tahun Indonesia mengalami ‘bencana’ berupa kebakaran hutan dan lahan, yang menyebabkan kabut asap dan membahayakan kesehatan, mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia bahkan sampai ke negara tetangga. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah, tetapi nampaknya belum berhasil dan optimal.

Oleh karena itu, pemerintah dengan dikomandoi Badan Pelaksana (BP) REDD, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan World Resources Institute (WRI), serta melibatkan berbagai instansi pemerintah, pihak swasta dan partisipasi masyarakat, pada Selasa kemarin (23/07/2014) meluncurkan sistem canggih dan mutakhir untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kabut asap.

Sistem yang diberi nama Karhutla Monitoring System (KMS) melibatkan sistem Global Forest Watch Fires (GFW-Fires) yaitu sebuah platform online untuk memonitor dan merespon kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara.

KMS ini bekerja berdasarkan citra satelit dengan resolusi tinggi dari DigitalGlobe (penyedia citra satelit terkemuka), mengeluarkan peringatan dari NASA dalam waktu yang mendekati aktual, menyebarkan peringatan melalui sistem pesan singkat SMS, menampilkan peta konsesi dan penggunaan lahan, dan kegunaan lainnya.

GFW-Fires platform memuat data yang demikian kaya dan dilengkapi perangkat yang memungkinkan pihak pemerintah, dunia usaha dan masyarakat umum Indonesia memonitor serta memerangi kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap secara lebih efektif.

KMS ini bekerja efektif karena mampu memberi peringatan dalam waktu yang hampir aktual dari NASA dan NOAA, yang dipetakan secara online dan segera didistribusikan kepada pejabat lokal, unit pemadam kebakaran, kepala desa dan pihak-pihak lainnya melalui sistem peringatan SMS.

KMS mampu memberikan keterangan arah angin dalam waktu yang aktual, serta tampilan data tentang kualitas udara, membantu menunjukkan area yang berisiko terpapar kabut asap.

Sistem GWF-Fires mampu menghasilkan citra satelit dengan resolusi sangat tinggi dari DigitalGlobe, dimana satelit mampu mengirimkan citra kebakaran hutan terkini dengan resolusi sedetil 50 x 50 cm.

Dengan data dan kemampuan lengkap tersebut, KMS dapat diperoleh lokasi tepat terjadinya kebakaran dan memperkirakan pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

DigitalGlobe juga akan mengunggah citra tersebut ke dalam platform Tomnod milik mereka demi mendorong kampanye bagi urun daya (crowdsourcing) dari berbagai pihak untuk dapat segera mengindentifikasi area yang terbakar.

Sistem KMS dengan bantuan komputasi yang sangat besar dari Google Earth Engine dalam penyediaan analisis-analisis penting lainnya, seperti misalnya peta rinci mengenai bekas kebakaran.

KMS juga mempunyai data peta mutakhir karena meliputi data tentang peta konsesi lahan kelapa sawit, kayu, perusahaan pengolah serat kayu, peta area-area yang dilindungi, lahan-lahan yang dijangkau WRI, BP REDD+, Kementerian Kehutanan dan sebagainya.

Ditampilkannya diskusi tentang kebakaran dan kabut asap di media sosial dengan mencantumkan keterangan geografis lokasi percakapan, yang juga memungkinkan pembicaraan tentang kebakaran dan kabut asap di twitter dapat termonitor.

GFW-Fires sendiri dirancang di atas platform dan melalui analisis yang dibangun oleh Global Forest Watch, sebuah sistem monitoring dan peringatan online yang dinamis, yang mampu memberdayakan berbagai pihak – dimana pun – untuk mengelola hutan dengan lebih baik.

Kepala BP REDD+ Heru Prasetyo dalam acara peluncuran KMS dan GFW-Fires di kantor BP REDD+ di Jakarta mengatakan sistem ini menjadi cara komprehensif untuk menangani, mencegah, dan mengawasi kebakaran hutan, lahan dan kabut asap.

“KMS ini juga dapat meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan, serta melalui penerapan audit ketaatan di area-area konsesi dimana titik api umumnya ditemukan,” kata Heru.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Kepala BNPB Bidang Pencegahan dan Kesiapan, Dody Ruswandi mengatakan KMS bisa menjadi sistem kontrol kabut asap nasional.

Sedangkan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan Ketua Dewan WRI Indonesia, Dino Patti Djalal yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan KMS ini sangat membantu upaya diplomasi Indonesia di kawasan regional dan internasional terkait bencana asap yang dapat merugikan negara tetangga.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,