Delapan Bulan Tanpa Hujan, Aceh Dilanda Kekeringan

Hujan yang tidak turun sejak delapan bulan terakhir membuat Aceh dilanda kekeringan. Akibatnya, ratusan hektar sawah terancam gagal panen dan warga kesulitan air bersih karena sumurnya mulai mengering.

Di Aceh Besar, kecamatan yang paling terkena dampak kekeringan adalah Darussalam, Kuta Baro, dan Ingin Jaya. Di wilayah ini, sungai sudah tidak ada lagi airnya. Hanya di Kecamatan Indrapuri dan Blang Bintang, padi masih menghijau karena ada irigasi. Kekeringan ini juga meluas hingga ke sebagian pantai barat dan timur Aceh.

Salma, petani asal Lieu, Darussalam, mengatakan bahwa masa turun ke sawah seharusnya tiga bulan lalu. Namun, ketidaktersediaan air hujan membuatnya tidak bisa bekerja. “Air irigasi sempat mengaliri persawahan, tetapi persediaannya yang terbatas membuat bibit padi mati sebelum ditanami,” ucapnya.

Minggu pagi, masyarakat dari Kecamatan Darussalam dan Kuta Baro menggelar Salat Istiska, salat meminta hujan di tengah persawahan mereka yang kering kerontang. Di dua kecamatan itu, mayoritas warga bekerja sebagai petani. Salma berharap hujan akan turun. “Semoga doa kita dikabulkan, sudah depalan bulan kami tidak merasakan hujan,” paparnya.

Biasanya, ini sudah masuk musim tanam. Masyarakat sudah menanam bibit, namun hujan tidak juga turun. “Ini gagal panen,” ucap Hasballah Ahmad, Ketua Tuha Adat Gampong Lamreh, Darussalam.

Di Tualang Cut, Aceh Tamiang, warga bahkan menggali sumur bor untuk mengatasi krisis air. “Untuk satu hektar satu sumur,” kata Zakaria, petani setempat. Zakaria menuturkan, akhir-akhir ini mendung kerap menghiasi langit. Namun, hujan tidak turun. “Sejak tiga tahun terakhir, kami gali sumur bor untuk mengaliri air ke sawah, “ujarnya.

Sebagai salah satu sentra pertanian di Aceh, Kabupaten Aceh Besar mempunyai luas persawahan sekitar 30.521 hektar. Ini terdiri dari sawah irigasi teknis 12.596 hektar, sawah irigasi sederhana 4.480 hektar, dan sawah tadah hujan 13.445 hektar. Total areal persawahan di Aceh adalah 164.796 ha.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, Muhammad Nur, tidak menampik kekeringan yang terjadi di Aceh akibat musim hujan yang tak lagi menentu. Namun, ini semua tidak akan parah bila hutan yang ada tidak dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit secara masif. Pembukaan tambang baik skala perusahaan maupun tradisional di Aceh makin memperkeruh kondisi ini. “Aktivitas manusia di hutan saat ini semakin tinggi. Hutan sebagai pusat air sudah dikebunkan dan ditambangkan,” ujarnya.

Muhammad Nur menyebutkan, saat ini, sekitar 17 kabupaten/kota di Aceh mengalami kekeringan. Ia berharap, komitmen pemerintah untuk menjaga hutan sebagai sumber air lebih ditingkatkan.

Dalam laporan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJP Aceh) Tahun 2005-2025, disebutkan bahwa Aceh mempunyai 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar dan  kecil. Aceh juga memiliki beberapa danau: Danau Laut Tawar di Aceh Tengah dan Danau Aneuk Laot di Sabang. Sementara rawa dengan luas 444.755 hektar terdiri dari rawa lebak seluas 366.055 hektar dan rawa pantai seluas 78.700 hektar.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,